ah gontai, aku berjalan ke depan kaca rias, melihat mata sembabku yang bengkak dan memerah. Aku segera keluar dari kamar, menuju kamar mandi untuk membasuh wajah y
an di meja." Suara berat itu
ng?" pekikku dengan
eninggalkanmu dalam
, bukan? Mengapa ia seolah-olah berkata bahwa ia takut meninggalkanku yang k
n dapur. Namun, sebelum benar-benar masuk ke ruangan kecil itu, aku kembali membalikkan ba
membasuh wajah, segeralah makan. Percayalah, makanan yang dingin memiliki ra
lagi di pantulan kaca wastafel, apa karena sedang butuh perhatian, sehingga tubuhku bereaksi akan penuturan Bima
Setelah memastikan air basuhan di wajahku sudah mengering, segera kumenghampiri Bima yang sedang sibuk d
ahan seperti tadi." Aku melangkah pelan dan duduk
u. "Tak apa, kuanggap itu adal
res. Bagaimana mungkin kesedih
a, lalu berjalan mendekat ke a
kerut samar.
hirnya kalian berpisah karena dia yang berselingkuh. Dan bisa kutebak dari
. "Bagaimana bisa ka
hanya mendengar
" Selain Mira tak ada yang ta
ngungkap siapa inform
kau lebih baik kembali ke unitmu. Ini sudah tengah malam,
at yang cukup. Aku tak mau mata sembabmu terlihat saat pemotre
membuat jantungku berdegup kencang? Tiga tahun menjalin hubungan dengan Arka, tak pernah sekali pun ia
ang, ada omelet, sayur sop, dan beberapa tumisan lainnya. Apa Bima yang memasak semua ini? Sepertinya begitu, setelah aku memastikan bahwa bahan ma
*
mu semalam
at yang salah. Apa ia harus bertanya hal yang benar-benar ambigu bagi orang lain yang mendengarnya? Kutatap Bima dengan wajah garang, lalu mengedark
a tidur nyenyak." Aku tak mau kalah. Jika namaku akan tercoren
enengahi sambil menaikkan kedua tangan di udara. "Sem
an tidur di gedung apartemen yang sama." Penutura
ahil. Tidak ada yang salah, bukan? Kami memang be
tidur nyenyak, Bim?" Mbak Lara
ndarkan punggung ke sandaran kursi lalu menyilangkan kedua tangan di dada. Sangat sombong dan men
mulut tak menyangka dengan berita hot pagi ini. Aku bisa menebak
uk-nepuk pundak ini sambil mengedipkan sebelah mata. "Kamu benar-benar
yaku berbisik dengan mata yang terbelalak. Ia mengg
hatkan cengiran pada Bima. Pria itu terlalu santai dan memil
mengetuk terlebih dahulu. Keseringan bersamanya, membuatku kerap
dan segera kulakukan. "Jelasin
am," celetukku santa
malam. Oh, tidak, Ayana. Apa dia melakukannya dengan hati-hati?"
rkata bahwa kami tidur di gedung apartemen yang sama. Den
kecewa. "Kalian benar-b
itanya panjang. Intinya dia membantuku
eminta uang? Wah, ternyata pria itu tak punya malu." Wanita itu me
melakukan
rbelalak sembari menepuk tangan rian
usaha untuk mel
lain? Menurutku Bima adal
napa bukan Mbak aj
kata, "hei, mengapa kau melemparnya padaku? Selama ini dia seperti pria yang menjaga hatinya untuk satu wanita. Ak
alnya. Bukankah itu hal wajar. Bima menyukai seorang wanita adalah hal wajar, bukan? Dia laki-laki normal yang tak mungkin menyia-nyia