ke setiap penjuru, mencari-cari keberadaan dari keluarganya. Nihil, lelaki bersetelan ja
k gak ada di sini, sih
a berkebaya cokelat itu nampa
uh yang jelas, jangan bikin
i mana. Dimas menautkan kedua alis, menanti untuk penjelasan merasuki telinga. Namun, wanita di de
i antara keheningan, Dima
dah penuh kayak gini, kenapa a
Mendingan, sekarang
i mata serta ekspresi wajah. Tyo berbalik, mengajak sang kakak menemui yang lain, tanpa pe
gung, tatkala ia mendapati semua keluarga berkumpul di dalam, memasang kecemasan. Paling membuat lelaki bertubuh tinggi teg
ua di sini?" tegur Dimas, menel
ah dibuat begitu penasaran. Dia pun mendekati Luna-adik angkat yang hari ini hendak melangsungkan pernika
kamu bakalan nikah, tapi kenapa kamu malah n
s!" Terdengar seruan menyela, Dim
ngecil mengamati wajah pria berkacamata, yang bar
ak jauh dari Luna berada, mulai menarik sangat dalam
peranjat berdiri. "A-apa ma
ni, pas istrinya dateng buat maki-maki Luna, anggap kalau Luna udah hancurin
nyapa pendengaran. Mata perlahan bergeser pada adik angk
unya keluarga?! Itu gak mungkin! Apa yang bakal mereka pikirin soal keluarga kita?! Soal Luna?! Gimana masa depan Luna nanti, a
ta gak ada yang tau kalau Rifk
lai kayak apa yang mereka lihat, apa yang mereka denger, tanpa peduli kebenarannya
ga mereka. Bahkan, hal itu telah menjadi pembahasan, setelah kedatangan Maida-istri sah Rifky yang datang dengan amarah luar biasa, men
h, memejamkan kedua mata dan mengembuskan karbondioksida perla
ap insan tengah mem
soal ini?! Bukannya semua orang juga bakal anggap jauh lebih
una nanti. Aku bakal nikahin Luna sampai keadaan mereda, setelah i
Aku yang bakal urus semua itu nanti, termasuk ngejelasin ke R
tiin, kalau semua gak akan pernah tau tentang pernikahanku
i sofa. "Biarpun ini cuma sementara,
uma kamu atau Rena aja! Mama, papa, Tyo! Jadi, tolo
ak sudut pandang lebih dulu. Ya, meski Teddy juga memiliki kecemasan besar dalam hati, akan diri sang menantu juga besannya. Mere
tara dirinya bersiap dengan pakaian mempelai pria yang ada dalam kamar berbeda. Dimas p
nyaman, hingga menjatuhkan semangkuk kecil bubur di tangan. Siapa lagi jika bukan Rena, perem
m kamar rawat inap, pada sa
ya, ia mendekat dan menyentuh pundak. "
mengerutkan alis dan beralih biji mata ke arah
in membantu putrinya duduk, setelah ia meyakini ba