untuk menanyakan apa dirinya telah sampai di rumah. Bermenit-menit aku
mbat dalam membalas pesanku, tapi entah kenapa kali
alasannya. Aku berharap sikapnya akan kembali normal padaku seperti di awal, seperti saat kami belum melewati
, dirinya malah semakin lambat membalas pesan-pesan dariku. Aku seperti tak diacuhkannya lagi. Aku seperti tidak dianggap ada. Aku seperti
empat hari. Aku mengiriminya pesan di hari Selasa dan dia baru membalasnya di hari Sabtu. Sebetulnya aku penasaran kenapa sikapnya s
ekasihku. Aku termangu, aku mencoba mengoreksi diri. Mungkin selama ini dia sudah cukup tergangg
ku mencoba belajar untuk tidak mengharapkan pesan-pesan darinya lagi di sela-sela kesibukanku di kantor. Tidak mengharapkan pesannya lagi yang meny
u es krim. Apa dia sudah melupakan janji yang diucapkannya sendiri? Apa baginya itu hanya main-main? Apa Hendra tidak ada niat untuk menepatinya? Sedangkan aku, karena janji itu aku masih be
ekasihku. Aku tidak peduli apa dia akan menganggap semua ini terlalu cepat untukku ungkapkan padanya. Satu jam lebih kemudian dia menjawab pertanyaanku. Dia tidak bilang
angisku sampai terdengar oleh ibu diluar kamar. Aku b
udah menganggap lunas janjinya untuk membelikanku es krim. Meski sebenarnya hatiku begitu sakit, aku masih belum rela sepenuhnya kal
perempuan baik-baik, makanya aku ngga mau sakitin kamu. Kamu pantes dape
ra. Sekuat hatiku mencoba menahan rasa ingin berkomunikasi lagi dengannya. Namun aku selalu gagal, sesekali aku tetap mengiriminya pesan. Sekedar be
ku mendengar sesuatu yang hanya akan menambah rasa sakit di hatiku. Aku juga tidak tahu apa disana dia be
kehadiran pesan-pesan dari Hendra di setiap hariku. Hanya satu atau dua kali saja dia mau merespon pesanku, menjawab dengan singkat apa yang ku tanyakan padanya
perempuan baik-baik, lalu kenapa d
erlalu sibuk, kami duduk berdampingan. Aku hanya me
! Bodohnya aku selama ini, kenapa baru terpikir sekarang olehku
ini dengan akun milikku. Aku mencoba masuk, semoga aku tidak salah mengetikkan passwordnya. Namun satu kali ga
edua tangan aku men
tanya Meisya menoleh pa
an-jangan akun gue udah dihapus
erku dan menanggapi ucapanku, "Iya bi
gue pinjem akun lo saja sebentar. Boleh ngga? C
bangkit dari kursinya agar
mulai membuka situs yang lain di komputer ku. Dia sudah mulai fokus pada artikel yang ditemukannya. Se
rofilnya. Aku dapat leluasa melihat semua album fot
dalam profilnya jelas-jelas dia menuliskan setelah lulus sekolah menengah atas, dia kuliah di luar neg
atu isi album foto
uhkan perempuan bodoh seperti diriku. Lantas kenapa dia harus berbohong dengan mengatakan dirinya kuliah di Jakarta? Apa karena dia tidak ingin aku merasa minder karena dia t