yang ku tuju. Begitu aku mendongak, "Lho, kok lewat atas busnya?", gumamku seraya bangkit dari kursik
a aku bisa mendad
an penyeberangan yang membentang luas sekitar lima
, yang penting aku harus balik ara
enyeberangan yang
pon H
kejauhan suara lelaki i
h. Parah banget b
as
di bawah ma
ngga lihat. Sibu
balik arah deh.
or.", tanpa sedikit rasa bers
ku putuskan untuk sigap menyetop taksi biru yang sangat kebetulan sekali melintas di depan mata. Dalam sisa perjalanan, otakku tak dapat be
dengan santai sambil mengatur nafasku menghampiri area loby. Terlihat
yang membawa belanjaan mereka. Mungkin mereka se
a berdiri mendekat kepa
h lama Hen?", ak
nd
dah mau masuk
lang dari acara resepsi pernikahan Cintya telah muncul di hadapan
senyum-senyum sendiri memandangi wajahnya. Dia menyadari s
n sih? Hahaha.", sekali lagi lelaki
ya dari kampung n
bku
apa? Bungkus saja
serah kamu. Yang
u kamu, arahny
k-angguk dan per
semakin sore tampaknya se
ada cokelat lho. Ambil
u langsung meraihnya dengan tangan kananku, memindahkan paper bag itu ke atas pangkuanku. Di da
akan i
Buat ganjal peru
nkanku memakan
sekitar kami mencari tempat dimana kira-kira aku bis
saja ke p
apa-
l dibuang kalau ke
bungkus cokelat itu ke dalam paper bag p
nya tiba-tiba ser
elus paha
aku juga tidak berusaha menepis tangannya dari atas pahak
Aku masi
a. Ini mau beli
rea drive thru se
memesan sesuka hatinya. Aku tidak bersuara
t?", akhirnya di
. Bo
nya. Tanpa meminta bantuan dariku, dia meletakkan sendiri dua buah k
n perjalanan di
kami tidak berbi
iku aku bertanya-tanya dari mana dia tahu kalau disini ada hotel, apa dia sudah pernah kesini sebelumnya atau dia memang berniat mencari in
iasa saja dilihat dari segi penampilan luarnya. Bukan hotel berbintang, namun juga bukan
uah sofa kecil menunggu dan mengamati Hendra yang sedang berbica
tanyaku pa
toilet dulu, d
ku merasa sedikit bodoh, tidak tahu apa yang akan kami lakukan nanti di dalam kamar. Tidak lama, Hendra telah kembali berdiri di hadapanku. Aku mendongak meman
rus sekitar empat langkah saja. Hendra membuka kuncinya dan mempers
ranjang. Sementara Hendra kembali menutup pintu dan meraih remote kontr
apakah temperatur AC-nya telah cuk
tas hitam yang cukup besar dicangklokkan pada salah satu bahunya. Kedua tangannya penuh dengan plastik berisi makanan cepat saji yang tadi