dengan Bu Kades Ratih saat ini, dalam pikiranku masih terngiang-ngiang tentang apa yang di lakukan oleh Bu Ratih kepada teman k
ku terasa berdiri ,hingga aku kembali ketakutan sendiri di dalam Kamar mandi. Sesaat aku menghentika
arasati..tolo
seperti tak asing dengan suaranya saat itu yang te
adalah dibawah alam sadarku. Aku menutup mataku lalu aku mengh
yang masih melilit ditubuhku, saat aku akan melangkah kakiku keluar menuju kamar, aku segera mengambil Pakaianku dari dalam lemariku. Saa
" Aku pun bert
kan saat ini aku hanya memakai handuk yang melilit tubu
ug
mar mandi ku. Seketika tubuhku terjatuh tepat diatas
it." Pekik
kau menindih tepat di Pusakaku saat i
apalagi aku yang saat ini dalam keadaan setengah telanjang. Aku yang tak bisa bangkit sendiri karena lilitan handu
k tahan lagi." Pekiknya dengan meronta saa
atakan itu kepadaku. " ucapku dengan menjambak ra
ngkan kepalaku, Hentikan Larasati
terus rambutnya, sakinv kesalnya dia saat itu, akhirnya tubuhku kini dib
ama kali melihatnya, sunggu aku sangat malu saat itu, begitupun dengan dirinya yang langsung memalingkan
idak bisa bergerak dan memakai han
ngan mulai beranjak
ku dengan cepat saat dia
epan Pintu Kamarku tadi?"
tadi, tapi kau malah tiba-tiba keluar dan menab
esini?" tanyak
gera menjemputmu saat ini, kenapa kau m
diku yang lama? Aku akan
membersihkan celanaku yang sed
yang kau gosok dari tubuhmu itu, aku akan menunggumu disini segeralah kau pakai pakaianmu." C
dan katakan padanya kalau aku akan segera
nik ,saat matanya mulai nakal dengan menatap tubuh bagian atasku yang terlilit dengan handuk warna Pink saat in
sendiri atau aku yang akan melepas handuk mu itu dan menggantikan Paka
usan ia katakan, segera aku masuk dan mengunci
lagi beetemu dengan Pria aneh itu. Sejak pertama aku menginjakkan kaki ku dis
tadi di lemari, aku tak mau membuka lemari itu kembali , kar
dengan cream dan bedak serta mengolesi bibirku dengan l
janta yang saat ini menyilangkan kedua tangan di kakinya di tembok depan kamarku. Ia ters
! Nyai Ratih suda
ia berjalan menuju motor bebeknya,
ya saat ia mulai menya
i jarak agar dadaku tak menempel di punggungnya. Setelah aku naik, Arjanta mulai
a dledarkan mataku satu persatu saat berada disana, banyak wajah yang menurutku aneh saat aku melihat
u pikiran burukku dengan mulai mengobrol dengan Santy yang ada disampingku, karena s
h mengadakan acara Syukuran hasil Desa. Aku tak begitu paham prosesi acaranya namun aku lihat banyak makanan yang ada disana. Saat acara sudah di m
ngan daging mentah yang masih banyak berlumuran darah dan saat itu dengan jelas aku melihat sosok bayanga
sam