cantik dengan kulit putih bersih. Walaupun demikian, postur tubuhku sebenarnya terhitung ramping dan kecil. Tinggi badanku hanya 154 cm. Tetapi meskip
otaku. Sehingga aku mengenal banyak relasi dari para pekerja perusahaan lain yang memas
a lelaki lain yang menyentuh hati dan tubuhku, kecuali suamiku yang sangat kucintai. Dan sebelum kisah ini terjadi, aku
bersetubuh dengan lelaki lain. Entahlah, mungkin ia terpengaruh dengan cerita kawan-kawannya. Atau mungkin juga termakan oleh bacaan-bacaan seks yang sering dib
ngan itu di toko tempatku bekerja, aku semakin akrab dengan seorang karyawan perusahaan distribusi yang biasa datang memasok barang. Sebutlah namanya Mas Roni. Ia seorang lela
sangat pandai mengambil hati orang lain. Begitu perhatiannya pada diriku, Mas Roni seringkali memberikan hadiah padaku. Misalnya pada saat lebaran dan tahun baru, Mas Roni memberiku bonus yang cukup besar.
nghitung keuangan bulanan perusahaan, tiba
ggak lihat ada orang dat
aru ngitung keuangan
nggak kelihatan cakepnya lho
menjawab pendek sambil tetap
ku dan Mas Roni mengobrol dan bersendau-gurau ke sana kem
tahun baru, Riri mau terima
iah. Mau dong, asal syaratnya hadiahn
itu akan kuberikan kalau Riri mau meme
n itu syaratnya aku mau," k
ampai aku memberi aba-ab
lunak menyentuh bibirku. Tidak hanya menyentuh, benda itu juga melumat bibirku dengan halus. Aku langsung tahu, Mas Roni tengah menciumku. Maka aku
matinya. Bahkan beberapa saat secara refleks aku juga membalas melumat bibir Mas Roni. S
," kataku dengan nada tergetar menahan m
erdiam beb
ekat. Seharusnya aku sadar kamu
angat sayang padamu Ri," ujarnya
rapa kali. Beberapa kali kesempatan Mas Roni berkunjung ke tokoku, ia selalu memberiku 'hadiah' seperti itu. Tentu, itu dilakukannya jika kawa
ang terangsang jika membayangkan aku berselingkuh. Ataukah karena aku jatuh cinta pada Mas Roni.
ab perselingkuhan yang sebenarnya. Tetapi karena ia selalu mendesakku, akhirnya aku pun menerima ajakkannya. Tetapi aku mengajukan syarat, agar
Selain aku dan Mas Roni, ikut juga kawan kerjaku, Yani dan pacarnya. Oh ya, berempat kami mengendarai mobil inventaris perusahaan Mas Roni. Berempat kami jalan-jalan ke suatu
at di sebuah losmen. Yani dan pacarnya menyewa satu kamar, dan kedua orang itu langsung hilang di balik pintu tert
ahnya. Aku sebenarnya juga berniat menyew
edar istirahat satu kamar saja.
. Aku numpang di kama
di telinga kami. Sejujurnya aku deg-degan juga mendengar desahan Yani yang mirip dengan suara orang terengah-engah itu. Entah kenapa dadaku semakin berdegup k
at menghindar, bahkan aku juga membiarkan ketika bibir dan kumis Mas Roni menempel ke bibirku hingga beberapa saat. Dadaku semakin berdegup kencang ketika kurasakan bibir Mas Roni melumat
u. Kudorong dada Mas Roni supaya
ggak pantas kita lakukan
ngannya yang kekar dan kuat itu masih tetap memeluk pinggang
suamimu, yaitu sama-sama mencintaimu," uja
m, namun perlahan tapi pasti nafsu birahi semakin kuat menguasaiku. Harus kuakui, Mas Roni sangat pandai mengobarkan birahiku. Jilatan demi jilatan lidahn
han erangan. Maka aku pun mendesis-desis untuk menahan kenikmatan yang mulai membakar kesadaranku. Setelah itu tiba-tiba tangan Mas Roni yang kekar itu
situ. Aku takut," kataku sa
ng tahu. Percayalah denganku," jawab Mas
ti sibuk melepas BH-ku. Meskipun aku masih berusaha meronta, namun itu tidak bergun
memegangi lenganku dan merentangkannya. Setelah itu Mas Roni mengangkatku dan merebahkannya di tempat tidur. Tanpa membuang waktu, bibir Mas Roni melumat salah satu buah dada
matan yang mencengkeram diriku. Aku menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan karena r
ndah sekali. A.. aku makin nggak
karena nafsu birahi
ndesis-desis mendapat rangsangan yang menggelora itu. Kemudian tanpa kuduga, dengan cepat Mas Roni melepaskan celana dan celana dalamku dalam satu
pernah sekalipun telanjang di hadapan lelaki lain, kecuali di hadapan suamiku. Sebelumnya aku juga tidak pernah berpiki
uhan perkawinanku..!" pintaku sambil meringkuk di atas tempat tidu
njur terbakar.., aku nggak kuat lagi, sayang. Please, aku.. mohon
p tubuhku. Bibir dan salah satu tangannya menggarap kedua buah dadaku, sementara tangan yang satunya lagi mengusap-usap paha d
bulat. Ya ampun, aku tidak dapat percaya, kini aku telanjang dalam satu kamar dengan lelaki yang bukan suamiku, ohh. Aku melihat tubuh Ma
tua dan kini tegak mengacung. Panjangnya kutaksir tidak kurang dari 22 cm, atau hampir dua kali lipat dibanding milik suamiku, sementara besarnya sekitar 3
tika dada yang kekar itu merapat dengan tubuhku. Ohh, baru kali ini kurasakan dekapan lelaki lain selain suamiku. Ia masih terus menciumi sekujur tubuhku, sementara
lah vaginaku. Ia memutar-mutarkan telunjuknya di dalam lubang vaginaku, sehingga aku benar-benar hampir tidak kuat lagi menahan kenikmatan y
sukkan jarinya, cukup di
npa henti melumat habis vaginaku. Aku tergetar hebat mendapat rangsangan ini. Tidak kuat lagi menahan kenikmatan itu, tanpa sadar
ba, Mas Roni melepaskanku dan berdiri di tepi tempat tidur. Ia m
erus yang aktif, capek nih. Sekarang ganti
ian aku masih takuut..!"
aku mohon, Ri..!" ujarnya sambil menyodo
darahku berdesir ketika tanganku mulai memegang penis Mas Roni. Sejenak aku sempat membayangkan