Tidak ada yang tahu jika Kalina, seorang gadis terabaikan di sekolahnya adalah anak seorang CEO. Harapannya simpel, ingin hidup damai dalam setiap hal. Namun, kedamaian tidak lagi ia dapati. Ketika, tidak sengaja Kalina membuka sebuah segel terlarang mempertemukan dengan pemuda tampan bernama Elang. Kalina tidak sengaja mendapatkan permata simbol bangsa siluman. Membuatnya terhubung langsung, pada mahluk lain yang juga menginginkan kekuatan permata tersebut. Bagaimana mungkin di zaman modern seperti ini masih ada manusia siluman? Mampukah Kalina dan Elang menjaga permata tersebut ketika banyak pemangsa mengepung? Sosial media: Fb: NaRa (Admin Author KarRa) Ig: @lovely_karra Twitter: @KarRa_Lovely
"Aaaa ... tidak!" Teriakan menggema tertelan hujan lebat pada malam gelap dan dingin.
Kalina pasrah dengan nasib, saat kilatan dan petir sekonyong-konyong menyambar ranting pohon penopang tubuhnya. Gadis itu tersentak, berteriak, memejamkan mata, tubuhnya mulai terjun bebas ke bawah.
"Beginikah akhir hidupku?" ratap Kalina dalam hati. Hatinya kalut, seolah sesuatu lepas dalam dirinya, dadanya nyeri, melayang jatuh ke bawah dengan kecepatan yang sangat cepat. Ketika ia telah merasa di ambang ketidakberdayaan. Sebuah cahaya terang menyilaukan muncul di hadapan gadis itu.
"Apakah malaikat maut tampan datang menjemputku?"
Samar-samar ia melihat sesosok pemuda tampan. Tanpa sadar ia sudah berada dalam dekapannya, dirasakannya otot-otot lengan tangan si tampan yang mendekapnya. Tanpa ragu Kalina menyandarkan kepala pada dada bidang yang terasa sixpack saat tak sengaja tersentuh tangannya. Kalina mendongakkan kepalanya, pemuda itu tersenyum. Sungguh pemandangan indah tak ayal Kalina langsung dibuat terlena menatap wajah indah itu.
"Oh, aku akan mati dengan bahagia berkat ketampanannya."
Pemuda itu membelai pipi Kalina dengan lembut membuatnya tersadar dari lamunan sesaat. Tatapan mereka semakin dalam dan dekat dirasakan napas mereka yang saling menyapu wajah masing-masing. Kalina sempat terkejut ketika bibir mereka saling bertemu.
"My first kiss," bisiknya dalam hati. Kalina memalingkan wajahnya karena malu. 'Andai kata ini sebuah mimpi maka aku akan bangun dengan perasaan malu,' ucap dalam hati merasakan detak jantungnya berparade.
Melayang dalam dekapan seorang pemuda asing, tidak dikenal, berlatarkan cahaya terang yang entah dari mana berasal.
Gerimis yang turun seolah-olah ikut menambah suasana menjadi semakin romantis. Sungguh mimpi indah. Kesadaran Kalina mulai menghilang, mata mulai meredup dalam alunan musik alami malam.
'Aku siap mati dalam dekapanmu!' pikir Kalina.
Cahaya terang bersama kepulan asap putih melebur, hilang ketika jatuh menyentuh tanah. Lolongan serigala perlahan menjauh. Begitu pula dengan teriakan para burung hantu yang kembali tenang dan berbunyi seperti biasa. Seolah tidak terjadi apa pun, semua kembali tenang. Semua terasa gelap bagi Kalina.
Benarkah Kalina akan mati dengan nyaman?
*KarRa*
Beberapa saat sebelumnya.
Setiap tanggal lima belas ketika, bulan terlihat bulat sempurna, konon sering terdengar suara-suara orang menangis, merintih, bahkan jeritan bersahut-sahutan. Percaya atau tidak itulah cerita mitos, dari warga setempat mengenai hutan yang kini, menjadi tempat camping dari sekelompok murid sekolah menengah pertama. Ada yang sering melihat seorang lelaki tampan, atau wanita cantik. Namun, mereka akan menghilang ketika didekati. Malam semakin sunyi di antara bayangan yang berada di bawah sana, seperti terlihat sosok putih berkelebatan. Dia seperti tersenyum di antara pekatnya kabut tebal yang seolah menyelimuti. Sedikit cahaya masuk menerangi hutan rimbun tersebut. Auman binatang malam seolah ikut menyambut bahagia. Rengekan binatang malam lainnya jua seolah menatap penuh harap. Bayangan putih yang kasat mata oleh pandangan orang biasa. Kemudian terbang menari-nari mengitari sekitar sungai dan kemudian ke atas, menatap sebuah tubuh mungil yang tersesat. Tawa girangnya menggema, memecah belah kerumunan burung yang langsung berhambur keluar dari sarang. Bayangan putih itu kemudian terbang, semakin jauh ke atas sana. Namun, seperti ada yang menarik paksa. Bayangan itu kembali lagi ke bawah menjadi kepulan asap putih dan menghilang di balik batu. Ada beberapa serigala mendekat, melolong bersahutan, suara seramnya terdengar merintih seperti meminta pertolongan.
Seorang gadis menangis meraung-raung menyaksikan dengan mata kepala sendiri sang sahabat jatuh ke jurang. Tangannya mengepal memukul-mukul tanah. "Kalina," teriak di sela isak tangis. "Kenapa kamu yang jatuh ke jurang bukannya aku," lanjutnya. Dengan sempoyongan ia mencoba berdiri meski sempat terduduk kembali, lututnya lemas tak bertenaga. "Gak, Alinsia, kamu nggak boleh putus asa, kamu harus bangkit," ujar gadis bernama Alinsia itu menguatkan diri sendiri. "Demi Kalina, aku harus cepat mencari bantuan." Dihela napas panjang berulang kali. "Sabar Kalina aku pasti bakalan cari bantuan buat nolongin kamu, aku mohon bertahanlah."
Tidak patah semangat, dikuatkan hatinya dan kembali bangkit. 'Ayo Alinsi, kamu pasti bisa.' Dia mencoba menyemangati diri sendiri. Menghapus linangan air mata yang membasahi pipi dengan tangan, tak peduli ia dengan wajahnya yang menjadi kotor. Terseok-seok gadis merana itu menapaki jalan yang terjal, tak peduli badan yang terluka ketika melewati semak berduri. Jalanan licin tak dipedulikan lagi, yang ia pikirkan hanya segera mencari pertolongan. Dengan semangat empat lima membara, dipercepat langkah kaki.
Dari jauh sudah terlihat perkemahannya, Aliansi pun berlari pontang-panting mendekati tenda sekretariat. Tampak di sana para anak laki-laki yang tengah berjaga. Ada yang terduduk sambil menahan kantuk. Ada yang mondar-mandir kayak setrika. Ada pula yang tiduran di atas matras. Ada yang lagi ngopi sambil bercengkrama, dan masih banyak lagi.
Brak! Alinsi menggebrak meja sekretariat dengan sangat keras. Semua anggota OSIS yang berjaga pun dibuatnya kaget dan ada yang terjungkal jatuh dari kursi. Ia berhasil membangunkan kantuk mereka. Sebagian terkejut melihat penampilan compang-camping, wajah kotor hasil karya tangannya sendiri, dan rambut awut-awutan mirip nenek gayung itu.
"Tolong," pinta Alinsia, tangisannya pecah kembali.
"Kamu kenapa?" tanya salah seorang yang langsung berdiri dari duduknya.
Reza and the gank pun menghampiri.
"Keadaan kamu kenapa gitu, habis dikejar penunggu hutan ya?" tanya salah seorang pemuda.
"Atau habis gelut sama kucing garong?" timpal seorang cowok lagi.
"Pertanyaan kalian itu gak masuk akal tau gak sih?" cebik Rando, sang wakil ketua OSIS, menghentikan pertanyaan aneh yang lain sebelum mereka berucap. Spontan mereka kompak terdiam, kini hanya terdengar isak tangis Alinsi.
"Coba cerita, kalau kamu nangis gini kita semua gak paham," ucap Reza memegangi lengan Alinsi mencoba menenangkannya.
"Kalina jatuh ke jurang," jawab Alinsi masih menangis.
"Apa?" teriak mereka kompak.
"Kok bisa," pekik Rando. Dengan panjang kali lebar Alinsi menceritakan secara detail kejadian tersebut.
"Aduh kenapa mesti ada kejadian kayak gini sih," keluh Reza, sang ketua OSIS dengan wajah tampan paripurna, dia menggaruk kepala yang tidak gatal. "Rando tolong panggil anak-anak cowok yang lain buat bantu cari Kalina," lanjutnya.
"Sekarang nih," celetuk Rando.
"Nggak besok pagi," desis Reza kesal.
"Kalau besok pagi kenapa kamu perintahkan sekarang Za," keluh Rando dengan wajah tanpa dosa.
"Rando, lama-lama bikin darting tau nggak. Mending lengser aja dari jabatan wakil ketua OSIS sana," cibir Reza kehilangan kesabaran.
"Lho, kok bisa, salah saya apa?" Rando menatap dengan wajah mirip kerbau dicocok hidungnya.
Mendengar perdebatan tidak penting itu membuat Alinsi semakin menangis keras sejadi-jadinya. "Kalian ini punya perasaan gak sih!" bentak Alinsi membuat semuanya terdiam mematung.
"Sabar ya Alin, sekarang kau basuh wajah kotor kamu dulu sana, kamu kelihatan nyeremin kita di sini," ujar Rando membuat Alinsi mendelik ingin sekali menampar jidat cowok itu dengan panci.
"Ok, kita rapat darurat dulu sekarang!" ajak Reza.
Setelah berkutat dengan perdebatan yang penting tidak penting, para jantan-jantan pun akhirnya berkumpul. Dipandu Alinsia mereka menuju ke tempat kejadian perkara.
"Tunggu kami Kalina," gumam Alinsia.
Bersambung....
@lovely_karra
Bagi publik, dia adalah sekretaris eksekutif CEO. Di balik pintu tertutup, dia adalah istri yang tidak pernah diakui secara resmi. Jenessa sangat gembira ketika mengetahui bahwa dia hamil. Tapi kegembiraan itu digantikan dengan ketakutan ketika suaminya, Ryan, menghujani kasih sayangnya pada cinta pertamanya. Dengan berat hati, dia memilih untuk melepaskan pria itu dan pergi. Ketika mereka bertemu lagi, perhatian Ryan tertangkap oleh perut Jenessa yang menonjol. "Anak siapa yang kamu kandung?!" tuntutnya. Tapi dia hanya mencemooh. "Ini bukan urusanmu, mantan suamiku tersayang!"
Kumpulan cerita seru yang akan membuat siapapun terbibur dan ikut terhanyut sekaligus merenung tanpa harus repot-repot memikirkan konfliks yang terlalu jelimet. Cerita ini murni untuk hiburan, teman istrirahat dan pengantar lelah disela-sela kesibukan berkativitas sehari-hari. Jadi cerita ini sangat cocok dengan para dewasa yang memang ingin refrehsing dan bersenang-senang terhindar dari stres dan gangguan mental lainnya, kecuali ketagihan membacanya.
Bagi yang belum cukup umur, DILARANG KERAS Membaca Cerita ini, karena banyak sekali adegan Dewasa. Mohon Bijak Dalam Membaca.⚠️ Menceritakan seorang anak muda, yang terjerumus kedalam lubang hitam, hingga akhirnya, pemuda tampan kecanduan seks dengan Guru dan keluarganya sendiri.
Julita diadopsi ketika dia masih kecil -- mimpi yang menjadi kenyataan bagi anak yatim. Namun, hidupnya sama sekali tidak bahagia. Ibu angkatnya mengejek dan menindasnya sepanjang hidupnya. Julita mendapatkan cinta dan kasih sayang orang tua dari pelayan tua yang membesarkannya. Sayangnya, wanita tua itu jatuh sakit, dan Julita harus menikah dengan pria yang tidak berguna, menggantikan putri kandung orang tua angkatnya untuk memenuhi biaya pengobatan sang pelayan. Mungkinkah ini kisah Cinderella? Tapi pria itu jauh dari seorang pangeran, kecuali penampilannya yang tampan. Erwin adalah anak haram dari keluarga kaya yang menjalani kehidupan sembrono dan nyaris tidak memenuhi kebutuhan. Dia menikah untuk memenuhi keinginan terakhir ibunya. Namun, pada malam pernikahannya, dia memiliki firasat bahwa istrinya berbeda dari apa yang dia dengar tentangnya. Takdir telah menyatukan kedua orang itu dengan rahasia yang dalam. Apakah Erwin benar-benar pria yang kita kira? Anehnya, dia memiliki kemiripan yang luar biasa dengan orang terkaya yang tak tertandingi di kota. Akankah dia mengetahui bahwa Julita menikahinya menggantikan saudara perempuannya? Akankah pernikahan mereka menjadi kisah romantis atau bencana? Baca terus untuk mengungkap perjalanan Julita dan Erwin.
Istriku Lidya yang masih berusia 25 tahun rasanya memang masih pantas untuk merasakan bahagia bermain di luar sana, lagipula dia punya uang. Biarlah dia pergi tanpaku, namun pertanyaannya, dengan siapa dia berbahagia diluar sana? Makin hari kecurigaanku semakin besar, kalau dia bisa saja tak keluar bersama sahabat kantornya yang perempuan, lalu dengan siapa? Sesaat setelah Lidya membohongiku dengan ‘karangan palsunya’ tentang kegiatannya di hari ini. Aku langsung membalikan tubuh Lidya, kini tubuhku menindihnya. Antara nafsu telah dikhianati bercampur nafsu birahi akan tubuhnya yang sudah kusimpan sedari pagi.