Dijodohkan. Satu kata yang menurut Kim benar-benar sebuah kata sial. Bagaimana tidak, tiba-tiba saja kedua orang tuanya memberikan pilihan tersulit. Menikah dengan laki laki yang sudah mereka pilihkan, atau justru melepaskan semua aset-aset pribadinya. Awalnya menolak, tapi ia pasrah ketika mamanya memohon. Tak mengenal, bahkan Kim tak tahu siapa laki-laki yang dijodohkan dengannya. Hingga akhirnya semua terungkap bahwa dia adalah Alvin, gurunya sendiri. Bayangkan. Bagaimana jadinya hubungan pernikahan di antara guru dan murid ini? Bukankah itu seperti perpaduan antara air dan api. Bukan hanya perbedaan usia, tapi juga pola pikir.
Pagi ini masih sama seperti hari-hari biasanya, Sekolah Sekolah dan Sekolah. Hidup memang tak jauh-jauh dari yang namanya buku pelajaran. Itu jugalah yang dialami gadis bernama, Kimberly Hana Affandi, yang biasa dipanggil Kim atau Kimmy.
"Pagi Ma, Pa," sapa Kim pada mama dan papanya yang sudah berada di meja makan untuk menikmati sarapan.
"Pagi, Sayang," balas William dan Jessica.
"Loh, Mama pagi-pagi udah rapi aja, mau kemana, Ma?'' tanya Kim pada mamanya.
"Ini, Mama mau datang ke acara pembukaan butik teman Mama."
"Ooh," balas Kim, kemudian terus melanjutkan sarapannya.
Di saat sedang menikmati sarapannya, tiba-tiba papa dan mamanya malah sibuk berbisik-bisik. Entah apa yang sedang mereka bicarakan. Tapi ia merasa curiga kalau dirinyalah yang sedang menjadi pokok pembicaraan keduanya.
Kim berdehem, membuat kedua orang tuanya mengarahkan pandangan padanya. ''Papa sama Mama ngapain, sih, bisik-bisik?'' tanyanya penasaran.
Tampak William ragu-ragu untuk buka suara, tapi pada akhirnya bicara juga.
"Gini, Sayang. Papa sama Mama mau menjodohkan kamu dengan anak dari sahabat kami,'' terang William tiba-tiba.
Tentu saja itu membuat Kim kaget. Kupingnya saja langsung berasa panas mendengar ucapan papanya barusan.
"Dijodohin?'' tanyanya tak percaya. Bukan, ini lebih tepatnya ekspressi kaget.
"Iya, Sayang. Kamu mau, kan?'' tanya Jessica.
Dijodohkan? Siapa yang mau. Yakali dijodohin sama pacar sendiri, itu baru hal yang paling sempurna.
"Aduh ... Papa sama Mama apa-apaan, sih. Masa iya Aku dijodoh-jodohin segala. Aku juga masih Sekolah, Pa, Ma ... masih 18 tahun. Aku masih pingin kuliah, kerja, dan lain-lain lah pokoknya," jelasnya panjang lebar.
"Meskipun kamu menikah, kamu akan tetap Sekolah seperti biasanya, kok. Mau, ya?" tambah Jessica lagi seqkan berharap banyak jika Kim menerima.
"No!" pekiknya. "Apa Papa sama Mama pikir Aku nggak laku, sampe harus dijodoh-jodohin segala!?"
William menarik napasnya dalam, saat niatnya dan sang istri mendapat penolakan keras. Sebenarnya keduanya pun sudah menebak jika Kim akan memberikan reaksi seperti ini.
"Oke ... kalau gitu kamu tinggal pilih saja, terima perjodohan ini, atau ..." William menggantung ucapannya.
"Atau apa, Pa? Papa mau ngancem aku?"
"Atau ini semua Papa sita," ujar William sambil meletakkan kunci mobil, beberapa kredit card, ponsel dan tablet milik Kim di meja.
Kedua bola mata Kim langsung terbelalak melihat penampakan itu. Ia heran, bagaimana papanya bisa memegang semua aset-aset berharga miliknya?
"Kok semua milikku ada di Papa?"
"Asalnya dari Papa, tentu saja bisa."
"Papa," rengeknya.
"Jadi, gimana? Terima perjodohan yang kami putuskan, atau kehilangan semua ini?" tanya William seakan sengaja membuat putrinya terdesak untuk mengambil keputusan.
"Tapi, Pa ..."
"Kim, Sayang. Masa kamu nggak mau ngabulin permintaan kami ini. Cuma ini, Sayang ... Mama sama Papa nggak minta yang lain-lain. Sejak masih dalam perut, kamu Mama bawa-bawa. Pas udah lahir, Mama manja-manjain sampe saat ini. Kamu seorang yang kami punya, hanya ini permintaan kami, Nak," jelas Jessica mengeluarkan bakat terpendamnya yang tak tersalurkan.
Sudah jelas itu membuat Kim terharu. Karena hingga detik ini, ia tak pernah menolak apapun keinginan dan aturan orang tuanya. Melanggar aturan pun, ia pikir-pikir dulu, biar nggak terlalu mengecewakan kedua orang tuanya.
Dengan napas berat, ia akhirnya pasrah. "Ya udah, ya udah ... aku terima," setujunya dengan wajah ditekuk.
"Beneran, Sayang?" tanya Jessica antusias.
"Iya, Ma. Tapi ..."
"Tapi?'' tanya suami istri itu berbarengan.
"Kalau orangnya nggak ganteng, aku bunuh diri," ancam Kim.
"Oke," jawab keduanya pasti.
"Mama yakin, kamu nggak akan menolak laki-laki ini sebagai pasanganmu. Udah ganteng, berpendidikan, baik, dan kaya. Pokoknya semua yang terbaik ada pada dia," puji Jessica.
Entah kenapa, mendengar pujian-pujian yang diucapkan mamanya, malah membuat ia penasaran dengan sosok laki-laki itu. Tapi tetap saja, yang namanya perjodohan gimana mau enak. Kaya, tapi kasar. Bisa-bisa dirinya jadi korban KDRT di usia beliau. Lembut, tapi fisik minim. Duh, makin parah. Berharap sajalah agar semua hal buruk yang ada di dalam pikirannya tak sampai terjadi.
"Kalau gitu aku berangkat Sekolah dulu, Ma, Pa," ujarnya pada kedua orang tuanya.
Kim hendak menyambar semua barang-barang berharga miliknya yang tadinya mau di sita. Tapi, belum menyentuh, William malah menahan tangannya.
"Jangan bohong, loh," ingatkan William.
"Iya, Papa," balasnya sambil mencium punggung tangan kedua orang tuanya secara bergantian. Kemudian dengan secepat kilat memunguti semua benda-benda berharga miliknya yang tertata di meja. "Bye, Ma, Pa," tambahnya pamit.
"Belajar yang bener, jangan pacaran-pacaran, kan udah mau punya calon suami!" teriak Jessica pada Kim mengingatkan.
"Ahh, calon suami," gumam Kim sambil berlalu pergi.
---000---
Di tempat yang berbeda, seorang laki-laki berparas tampan juga sudah rapi dengan tuxedo yang menutupi tubuh atletisnya. Penampakan yang benar- benar sempurna, apalagi bagi mata kaum hawa.
Menuruni anak tangga, kemudian lanjut melangkah menuju meja makan. Menghampiri pasangan suami istri yang sudah menunggu di sana.
"Aku berangkat dulu," ucapnya pamit pada kedua orang tuanya yang saat itu berada di meja makan.
"Kamu mau kemana?'' tanya Doni pada putranya dengan suasana dingin.
"Aku mau ke Sekolah, nanti siang baru ke kantor," jawabnya tak kalah dingin.
"Duduk dulu, Papa sama Mama mau bicara hal yang penting sama kamu, Vin," ujar Doni yang segera dituruti oleh putranya.
"Ada apa?''
"Papa mau menjodohkan kamu dengan Putri dari teman Papa sama Mama. Namanya Kimberly. Dia juga salah satu siswi di Sekolahmu,'' jelas Doni langsung ke titik pembahasan.
Penjelasan Doni hanya ditanggapi Alvin dengan ekspressi dingin. Jujur, ia memang kaget, orang tuanya seolah memaksanya dengan perjodohan ini. Tapi, apa dayanya sebagai seorang anak. Ia hanya ingin orang tuanya bahagia. Meskipun hatinya tak menginginkan itu semua.
"Bagaimana, Vin?" tanya Doni menunggu balasan.
"Bukankah itu merupakan sebuah pernyataan, bukan pertanyaan. Jadi, aku tak perlu menjawabnya, kan," ungkap Alvin dingin.
Langsung bangkit dari posisi duduknya dan berlalu pergi begitu saja meninggalkan kedua orang tuanya yang bahkan belum memberikan penjelasan lainnya. Hanya saja, ia sudah memahami apa yang mereka inginkan.
Terlihat raut kesal di wajah Doni atas sikap Alvin. Ia belum selesai bicara dan dia sudah berlalu pergi begitu saja.
"Sabar. Alvin memang begitu, kan, sikapnya," ujar Karmila menenangkan sang suami.
Menarik napasnya panjang. "Terserah apa kata dia, yang jelas perjodohan ini tetap berlanjut."
Cinta datang memang tak memandang siapapun. Termasuk memandang kadar otak seseorang. Bahkan, seseorang yang bisa di bilang memiliki kadar otak rendah pun, bisa memiliki cinta seseorang yang pintarnya kelewatan. Tapi, bukan kehidupan namanya, kalau tak ada penghalang. Begitupun yang di alami oleh Axel Leo Dinata dan juga Elvio Nadira. Apakah mereka berdua bisa dan sanggup menghadapi halangan dan rintangan pada hubungan mereka?
Tiba-tiba Hana bangun, mendapati seseorang yang tidur bersamanya. Tentu lah itu membuatnya kaget.. Kesadarannya masih utuh dan ia meyakini kalau dirinya belum menikah. Tapi kenapa ada orang lain yang tengah tidur bersamanya?
Dijodohkan oleh mamanya dengan Cheryl, membuat Arland menentang keras semua itu. Ia tak ingin jika dirinya menikah tanpa rasa cinta. Apalagi dengan Cheryl yang sudah dianggap seperti adik sendiri. Kiran, tiba-tiba gadis itu memasuki kehidupannya. Niat awal pura pura menjadi sepasang kekasih untuk menggagalkan niat mamanya, kini justru dirinya malah diserang karma. Yap, cintanya yang sebenarnya benar-benar muncul untuk Kiran. Saat apa yang diharapkan terjadi, justru masalah kembali muncul. Hubungan keduanya justru tak mendapat restu dari mama Arland.
Ketika Nadia mengumpulkan keberanian untuk memberi tahu Raul tentang kehamilannya, dia tiba-tiba mendapati pria itu dengan gagah membantu wanita lain dari mobilnya. Hatinya tenggelam ketika tiga tahun upaya untuk mengamankan cintanya hancur di depan matanya, memaksanya untuk meninggalkannya. Tiga tahun kemudian, kehidupan telah membawa Nadia ke jalan baru dengan orang lain, sementara Raul dibiarkan bergulat dengan penyesalan. Memanfaatkan momen kerentanan, dia memohon, "Nadia, mari kita menikah." Sambil menggelengkan kepalanya dengan senyum tipis, Nadia dengan lembut menjawab, "Maaf, aku sudah bertunangan."
Alicia adalah istri yang menyedihkan selama tiga tahun. Yang dia dapatkan dari apa yang disebut suaminya hanyalah ketidakpedulian, rasa jijik, dan lebih banyak ketidakpedulian. Sebuah kesempatan bersatu memicu harapan dalam dirinya bahwa Erick akhirnya berubah pikiran. Sayangnya, dia menemukan bahwa niat pria itu yang sebenarnya adalah untuk berdamai dengan cintanya yang hilang. Baik cinta dan kesabaran memiliki tanggal kedaluwarsa. Alicia tidak tahan lagi. Dia melemparkan surat cerai ke wajahnya. Alih-alih segera menandatanganinya, Erick menekannya ke dinding dan meludahi wajahnya, "Kamu ingin menceraikanku? Tidak akan terjadi!" Terlepas dari keengganannya, Alicia memutuskan untuk mengubah hidupnya. Dia mulai menaiki tangga kesuksesan dan segera menarik banyak pengagum. Erick tidak senang dengan ini. Ketika mereka bertemu satu sama lain suatu hari, Alicia ditemani beberapa anak. Sesuatu yang mendorong Erick untuk bertindak di luar karakter. "Biarkan aku menjadi ayah mereka," tawarnya. Alicia memutar mata ke atas padanya. "Aku tidak butuh bantuanmu, Tuan Ellis. Aku bisa mengurus anak-anakku sendiri." Namun, Erick tidak menerima jawaban tidak ....
ADULT HOT STORY 🔞🔞 Kumpulan cerpen un·ho·ly /ˌənˈhōlē/ adjective sinful; wicked. *** ***
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Joelle mengira dia bisa mengubah hati Adrian setelah tiga tahun menikah, tetapi dia terlambat menyadari bahwa hati itu sudah menjadi milik wanita lain. "Beri aku seorang bayi, dan aku akan membebaskanmu." Pada hari Joelle melahirkan, Adrian bepergian dengan wanita simpanannya dengan jet pribadi. "Aku tidak peduli siapa yang kamu cintai. Utangku sudah terbayar. Mulai sekarang, kita tidak ada hubungannya satu sama lain." Tidak lama setelah Joelle pergi, Adrian mendapati dirinya berlutut memohon. "Tolong, kembalilah padaku."