/0/8904/coverbig.jpg?v=5870844ca746c5f82b880fe9d7786a42)
Dijodohkan. Satu kata yang menurut Kim benar-benar sebuah kata sial. Bagaimana tidak, tiba-tiba saja kedua orang tuanya memberikan pilihan tersulit. Menikah dengan laki laki yang sudah mereka pilihkan, atau justru melepaskan semua aset-aset pribadinya. Awalnya menolak, tapi ia pasrah ketika mamanya memohon. Tak mengenal, bahkan Kim tak tahu siapa laki-laki yang dijodohkan dengannya. Hingga akhirnya semua terungkap bahwa dia adalah Alvin, gurunya sendiri. Bayangkan. Bagaimana jadinya hubungan pernikahan di antara guru dan murid ini? Bukankah itu seperti perpaduan antara air dan api. Bukan hanya perbedaan usia, tapi juga pola pikir.
Pagi ini masih sama seperti hari-hari biasanya, Sekolah Sekolah dan Sekolah. Hidup memang tak jauh-jauh dari yang namanya buku pelajaran. Itu jugalah yang dialami gadis bernama, Kimberly Hana Affandi, yang biasa dipanggil Kim atau Kimmy.
"Pagi Ma, Pa," sapa Kim pada mama dan papanya yang sudah berada di meja makan untuk menikmati sarapan.
"Pagi, Sayang," balas William dan Jessica.
"Loh, Mama pagi-pagi udah rapi aja, mau kemana, Ma?'' tanya Kim pada mamanya.
"Ini, Mama mau datang ke acara pembukaan butik teman Mama."
"Ooh," balas Kim, kemudian terus melanjutkan sarapannya.
Di saat sedang menikmati sarapannya, tiba-tiba papa dan mamanya malah sibuk berbisik-bisik. Entah apa yang sedang mereka bicarakan. Tapi ia merasa curiga kalau dirinyalah yang sedang menjadi pokok pembicaraan keduanya.
Kim berdehem, membuat kedua orang tuanya mengarahkan pandangan padanya. ''Papa sama Mama ngapain, sih, bisik-bisik?'' tanyanya penasaran.
Tampak William ragu-ragu untuk buka suara, tapi pada akhirnya bicara juga.
"Gini, Sayang. Papa sama Mama mau menjodohkan kamu dengan anak dari sahabat kami,'' terang William tiba-tiba.
Tentu saja itu membuat Kim kaget. Kupingnya saja langsung berasa panas mendengar ucapan papanya barusan.
"Dijodohin?'' tanyanya tak percaya. Bukan, ini lebih tepatnya ekspressi kaget.
"Iya, Sayang. Kamu mau, kan?'' tanya Jessica.
Dijodohkan? Siapa yang mau. Yakali dijodohin sama pacar sendiri, itu baru hal yang paling sempurna.
"Aduh ... Papa sama Mama apa-apaan, sih. Masa iya Aku dijodoh-jodohin segala. Aku juga masih Sekolah, Pa, Ma ... masih 18 tahun. Aku masih pingin kuliah, kerja, dan lain-lain lah pokoknya," jelasnya panjang lebar.
"Meskipun kamu menikah, kamu akan tetap Sekolah seperti biasanya, kok. Mau, ya?" tambah Jessica lagi seqkan berharap banyak jika Kim menerima.
"No!" pekiknya. "Apa Papa sama Mama pikir Aku nggak laku, sampe harus dijodoh-jodohin segala!?"
William menarik napasnya dalam, saat niatnya dan sang istri mendapat penolakan keras. Sebenarnya keduanya pun sudah menebak jika Kim akan memberikan reaksi seperti ini.
"Oke ... kalau gitu kamu tinggal pilih saja, terima perjodohan ini, atau ..." William menggantung ucapannya.
"Atau apa, Pa? Papa mau ngancem aku?"
"Atau ini semua Papa sita," ujar William sambil meletakkan kunci mobil, beberapa kredit card, ponsel dan tablet milik Kim di meja.
Kedua bola mata Kim langsung terbelalak melihat penampakan itu. Ia heran, bagaimana papanya bisa memegang semua aset-aset berharga miliknya?
"Kok semua milikku ada di Papa?"
"Asalnya dari Papa, tentu saja bisa."
"Papa," rengeknya.
"Jadi, gimana? Terima perjodohan yang kami putuskan, atau kehilangan semua ini?" tanya William seakan sengaja membuat putrinya terdesak untuk mengambil keputusan.
"Tapi, Pa ..."
"Kim, Sayang. Masa kamu nggak mau ngabulin permintaan kami ini. Cuma ini, Sayang ... Mama sama Papa nggak minta yang lain-lain. Sejak masih dalam perut, kamu Mama bawa-bawa. Pas udah lahir, Mama manja-manjain sampe saat ini. Kamu seorang yang kami punya, hanya ini permintaan kami, Nak," jelas Jessica mengeluarkan bakat terpendamnya yang tak tersalurkan.
Sudah jelas itu membuat Kim terharu. Karena hingga detik ini, ia tak pernah menolak apapun keinginan dan aturan orang tuanya. Melanggar aturan pun, ia pikir-pikir dulu, biar nggak terlalu mengecewakan kedua orang tuanya.
Dengan napas berat, ia akhirnya pasrah. "Ya udah, ya udah ... aku terima," setujunya dengan wajah ditekuk.
"Beneran, Sayang?" tanya Jessica antusias.
"Iya, Ma. Tapi ..."
"Tapi?'' tanya suami istri itu berbarengan.
"Kalau orangnya nggak ganteng, aku bunuh diri," ancam Kim.
"Oke," jawab keduanya pasti.
"Mama yakin, kamu nggak akan menolak laki-laki ini sebagai pasanganmu. Udah ganteng, berpendidikan, baik, dan kaya. Pokoknya semua yang terbaik ada pada dia," puji Jessica.
Entah kenapa, mendengar pujian-pujian yang diucapkan mamanya, malah membuat ia penasaran dengan sosok laki-laki itu. Tapi tetap saja, yang namanya perjodohan gimana mau enak. Kaya, tapi kasar. Bisa-bisa dirinya jadi korban KDRT di usia beliau. Lembut, tapi fisik minim. Duh, makin parah. Berharap sajalah agar semua hal buruk yang ada di dalam pikirannya tak sampai terjadi.
"Kalau gitu aku berangkat Sekolah dulu, Ma, Pa," ujarnya pada kedua orang tuanya.
Kim hendak menyambar semua barang-barang berharga miliknya yang tadinya mau di sita. Tapi, belum menyentuh, William malah menahan tangannya.
"Jangan bohong, loh," ingatkan William.
"Iya, Papa," balasnya sambil mencium punggung tangan kedua orang tuanya secara bergantian. Kemudian dengan secepat kilat memunguti semua benda-benda berharga miliknya yang tertata di meja. "Bye, Ma, Pa," tambahnya pamit.
"Belajar yang bener, jangan pacaran-pacaran, kan udah mau punya calon suami!" teriak Jessica pada Kim mengingatkan.
"Ahh, calon suami," gumam Kim sambil berlalu pergi.
---000---
Di tempat yang berbeda, seorang laki-laki berparas tampan juga sudah rapi dengan tuxedo yang menutupi tubuh atletisnya. Penampakan yang benar- benar sempurna, apalagi bagi mata kaum hawa.
Menuruni anak tangga, kemudian lanjut melangkah menuju meja makan. Menghampiri pasangan suami istri yang sudah menunggu di sana.
"Aku berangkat dulu," ucapnya pamit pada kedua orang tuanya yang saat itu berada di meja makan.
"Kamu mau kemana?'' tanya Doni pada putranya dengan suasana dingin.
"Aku mau ke Sekolah, nanti siang baru ke kantor," jawabnya tak kalah dingin.
"Duduk dulu, Papa sama Mama mau bicara hal yang penting sama kamu, Vin," ujar Doni yang segera dituruti oleh putranya.
"Ada apa?''
"Papa mau menjodohkan kamu dengan Putri dari teman Papa sama Mama. Namanya Kimberly. Dia juga salah satu siswi di Sekolahmu,'' jelas Doni langsung ke titik pembahasan.
Penjelasan Doni hanya ditanggapi Alvin dengan ekspressi dingin. Jujur, ia memang kaget, orang tuanya seolah memaksanya dengan perjodohan ini. Tapi, apa dayanya sebagai seorang anak. Ia hanya ingin orang tuanya bahagia. Meskipun hatinya tak menginginkan itu semua.
"Bagaimana, Vin?" tanya Doni menunggu balasan.
"Bukankah itu merupakan sebuah pernyataan, bukan pertanyaan. Jadi, aku tak perlu menjawabnya, kan," ungkap Alvin dingin.
Langsung bangkit dari posisi duduknya dan berlalu pergi begitu saja meninggalkan kedua orang tuanya yang bahkan belum memberikan penjelasan lainnya. Hanya saja, ia sudah memahami apa yang mereka inginkan.
Terlihat raut kesal di wajah Doni atas sikap Alvin. Ia belum selesai bicara dan dia sudah berlalu pergi begitu saja.
"Sabar. Alvin memang begitu, kan, sikapnya," ujar Karmila menenangkan sang suami.
Menarik napasnya panjang. "Terserah apa kata dia, yang jelas perjodohan ini tetap berlanjut."
Cinta datang memang tak memandang siapapun. Termasuk memandang kadar otak seseorang. Bahkan, seseorang yang bisa di bilang memiliki kadar otak rendah pun, bisa memiliki cinta seseorang yang pintarnya kelewatan. Tapi, bukan kehidupan namanya, kalau tak ada penghalang. Begitupun yang di alami oleh Axel Leo Dinata dan juga Elvio Nadira. Apakah mereka berdua bisa dan sanggup menghadapi halangan dan rintangan pada hubungan mereka?
Tiba-tiba Hana bangun, mendapati seseorang yang tidur bersamanya. Tentu lah itu membuatnya kaget.. Kesadarannya masih utuh dan ia meyakini kalau dirinya belum menikah. Tapi kenapa ada orang lain yang tengah tidur bersamanya?
Dijodohkan oleh mamanya dengan Cheryl, membuat Arland menentang keras semua itu. Ia tak ingin jika dirinya menikah tanpa rasa cinta. Apalagi dengan Cheryl yang sudah dianggap seperti adik sendiri. Kiran, tiba-tiba gadis itu memasuki kehidupannya. Niat awal pura pura menjadi sepasang kekasih untuk menggagalkan niat mamanya, kini justru dirinya malah diserang karma. Yap, cintanya yang sebenarnya benar-benar muncul untuk Kiran. Saat apa yang diharapkan terjadi, justru masalah kembali muncul. Hubungan keduanya justru tak mendapat restu dari mama Arland.
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?
Warning konten pemersatu bangsa area 21+ pilihlah bacaan dengan bijak, tanggung jawab ada pada diri masing2. Penulis hanya berusaha menyajikan bacaan yang ringan dan menghibur. 🙏🏻 Hai saya Aldi 35 tahun yang saat ini bekerja sebagai arsitek dan design consultant. Sebagai persiapan masa pensiun, saya membangun sebuah bangunan kos yang juga sekaligus rumah saya di sebuah lokasi yang sangat bagus. Berisi 30 kamar yang dikhususkan untuk wanita kini semua kamar tersebut sudah penuh oleh penyewa. Saya berhubungan baik dengan semua gadis-gadis penghuni kos, bahkan sangat baik sehingga saya seringkali dengan ikhlas membantu masalah terbesar mereka. Seperti kata petuah jika kau memberi dengan ikhlas maka niscaya kau akan menerima balasannya 10 kali lipat bahkan berlipat-lipat. Mungkin itu yang saya rasakan sejak mereka semua mulai memperhatikan dan memenuhi kebutuhan hidup saya sehari-hari. Termasuk kebutuhan yang tidak bisa saya penuhi sendiri, yaitu kebutuhan di atas ranjang. Ini perjalanan saya, Aldi Reynaldi.
Memang benar perkataan adrian tentang dirinya, dia wanita yang sangat cantik nan rupawan, aroma tubuhnya sampai tercium meskipun jarak di antara kita cukup jauh. tubuhnya juga sangat terawat, pantatnya yang besar dan nampak sekel, dan lagi payudara miliknya nampak begitu bulat berisi. "Ehmm... dia itu yaa wanita yang mendapat IP tertinggi sekampus ini !", gumamku. "Cantik, kaya dan pintar.. dia seperti mutiara di kampus ini !", lanjut gumamku.
Amora Nouline selalu dibanding-bandingkan oleh sang ibu dengan kakak perempuannya sendiri bernama Alana Nouline! Dalam hal apapun Alana selalu unggul dari Amora, membuat sang Ibu lebih menyayangi Alana dibandingkan dengan Amora. Ketika dihadapkan dengan posisi sang ayah yang sakit parah dan memerlukan biaya rumah sakit yang tidak sedikit, Ibu dan kakak Amora sepakat untuk membujuk agar Amora menjual dirinya demi pengobatan sang ayah. Dengan hati teriris perih, terpaksa dan penuh ketakutan, Amora akhirnya menuruti keinginan ibu dan kakaknya demi kesembuhan sang ayah! Sialnya, malam itu laki-laki yang membeli Amora adalah seorang mafia dingin yang meskipun wajahnya teramat tampan namun wajah itu terlihat sangat menakutkan dimata Amora.
Setelah malam yang penuh gairah, Viona meninggalkan sejumlah uang dan ingin pergi, tetapi ditahan oleh sang pria. "Bukankah giliranmu untuk membuatku bahagia?" Viona, selalu menyamar sebagai wanita jelek, tidur dengan om tunangannya, Daniel, untuk melarikan diri dari pertunangannya dengan tunangannya yang tidak setia. Daniel adalah sosok yang paling dihormati dan dikagumi di kota. Kabar tentang petualangan romantisnya beredar, beberapa mengatakan mereka melihatnya mencium seorang wanita di dinding dan yang lain menyebutnya gosip. Siapa yang bisa menjinakkan hati Daniel? Kemudian, yang mengejutkan, Daniel ketahuan membungkuk untuk membantu Viona mengenakan sepatu, semata-mata demi mendapatkan ciuman darinya!
Neneng tiba-tiba duduk di kursi sofa dan menyingkapkan roknya, dia lalu membuka lebar ke dua pahanya. Terlihat celana dalamnya yang putih. “Lihat Om sini, yang deket.” Suradi mendekat dan membungkuk. “Gemes ga Om?” Suradi mengangguk. “Sekarang kalo udah gemes, pengen apa?” “Pengen… pengen… ngejilatin. Boleh ga?” “Engga boleh. Harus di kamar.” Kata Neneng terkikik. Neneng pergi ke kamar diikuti Suradi. Dia melepaskan rok dan celana dalamnya sekaligus. Dia lalu berbaring di ranjang dan membentangkan ke dua pahanya.