/0/8411/coverbig.jpg?v=1a0c3178a908c3ddd33d2a5ee0c195f9)
Ryu bebas menyentuh setiap bagian tubuh Momo, tapi kalau Ryu tegang sebelum Momo mendesah, berarti ia kalah. Sebaliknya, Ryu akan jadi pemenang jika berhasil membuat Momo mendesah sebelum miliknya bangun. Setiap perselisihan mereka selesaikan dengan taruhan seperti itu. Untuk bisa menang mereka harus mampu "Meringkus Gairah" saat hasrat mulai membumbung. @zii.092
"Hei, apa kau serius bilang kalau aku yang terangsang?" Nada bicara Momo terdengar berat.
"Eh? Ti- tidak." Ryu coba mengelak, menarik kembali ucapannya.
"Kau yakin tidak akan tegang meski kau menyentuhku?" Momo bertanya lagi.
"Be- benar." Ryu menjawab singkat, mulai menyesali perkataan sebelumnya.
"Baiklah. Ayo kita taruhan! Sentuh aku sepuasmu," tantang Momo.
"Apa? A- apa kau bilang? Taruhan?" tanya Ryu gugup.
"Aku kesal, kau ngoceh terus dari tadi dengan alasan konyol."
"Bukan. Tadi itu bukan alasan."
"Cukup! Ayo kita jadikan kesempatan ini untuk menyelesaikan segalanya. Aturannya mudah saja. Selama sepuluh menit, kau boleh menyentuh bagian mana saja di tubuhku. Kalau aku mulai mendesah, kau yang menang. Tapi kalau kau tegang sebelum aku mendesah, aku yang menang," tutur Momo menjelaskan.
Mereka bukan pasangan kekasih, bahkan baru kenal beberapa jam yang lalu. Semua berawal di hari sebelumnya, kehidupan Ryu yang akan dipenuhi pengalaman erotis.
***
32 JAM YANG LALU.
Kala Ryu sedang melayani seorang gadis berambut sebahu, bertubuh kecil dengan dada besar yang bulat bak melon, manajernya tiba-tiba memanggil Ryu
"Ryu Suichi, ke sini sebentar."
Ryu berdiri, beranjak menghampiri lelaki paruh baya berkacamata.
"Ada apa, Pak?"
"Ryu, apa sungguh akan baik-baik saja membuang-buang banyak waktu untuk klien murah seperti itu."
Keduanya melirik gadis bernama Momoka Yumeno yang duduk pada kursi khusus klien di balik meja panjang. Sebagai karyawan penyedia layanan jasa, Ryu telah mengajak gadis itu berkeliling melihat tempat tinggal. Mereka kembali ke kantor mencari informasi lain sebab tak menemukan tempat cocok bagi Momo.
"Saya rasa ...."
"Yang benar saja," potong manajer Ryu. "Berapa jumlah yang berhasil kau jual untuk bulan ini?" lanjutnya bertanya sedikit menyindir.
"Maafkan saya, tapi tampaknya dia sedang kesulitan."
"Ryu, itulah sebabnya kau tak akan bisa melakukannya dengan baik. Jika kau menuruti permintaan setiap pelanggan, maka kau tidak cocok untuk pekerjaan ini. Gunakan kata-kata bijak untuk membuat pelanggan pergi juga merupakan teknik."
Pasca mendapat sedikit asupan saran dari manajernya, Ryu kembali ke kursinya duduk di hadapan Momo.
"Maaf sudah membuat Anda menunggu."
"Lama sekali," balas Momo.
Ryu hanya tersenyum sebagai bentuk penyesalan, lalu mulai melontarkan kata-kata bijaknya.
"Saya telah mencari data banyak tempat, tapi tampaknya semua itu memerlukan uang muka untuk beberapa bulan. Bagaimana kalau Anda menyerah saja," usul Ryu.
"Tidak akan! Tolong bekerjalah dengan baik," balas Momo menegaskan.
"Aku mengerti. Dalam kondisi seperti ini, apa Anda bersedia berhubungan seksual dengan pemilik rumah? Jika Anda tidak bisa, maka jangan harap Anda bisa tinggal di tempat yang Anda inginkan tanpa uang muka."
Momo terbeliak, tapi tak membantah dan hanya diam menyimak saran Ryu.
"Anda seharusnya bersyukur jika hanya diminta untuk melakukan hal itu sebagai uang muka. Tapi bila Anda masih tidak mau, aku punya kamar kosong di rumahku, apa kau mau tinggal di sana? Aku bahkan akan menurunkan harga sewanya," lanjut Ryu menawarkan, meskipun sebenarnya ia tak sungguh-sungguh.
Momo tertunduk tanpa kata meremas ujung rok pendek ketat miliknya. Saat itu Ryu merasa telah menang, beranggapan klien satu itu akan pergi setelah mendengar kata-kata bijak darinya.
"Ah! Sekarang aku sudah melakukannya. Mohon maafkan sikap sombongku, jangan berkompromi lagi," batin Ryu berharap.
Namun, Ryu salah. Momo mengangkat wajah menatap tajam, menunjuk Ryu dan berteriak lantang.
"Orang ini! Dia bilang berhubungan seks denganku cuma satu-satunya cara untuk mendapatkan tempat tinggal!" seru Momo tersenyum picik.
Setiap yang ada di ruangan itu, karyawan dan juga klien serentak menatap ke arah Ryu.
"Bu ... bukan begitu," kilah Ryu gugup.
"Dia bilang aku bisa menempati kamar kosong di rumahnya asal bersedia berhubungan seks dengannya," lanjut Momo menambahkan.
"Tidak, kau salah. Itu cuma salah paham, pelanggan." Ryu mengelak sambil tersenyum meneteskan keringat dingin.
Sebelum Momo pergi tanpa permisi, ia mendaratkan sebuah tamparan keras di pipi kiri Ryu sebagai hadiah perpisahan.
Ryu tinggal sendiri di rumahnya. Memang masih ada satu kamar kosong, tapi Ryu tidak pernah serius ingin menyewakan kamar itu pada siapa pun. Entah apa alasannya, tapi setiap kali Ryu pulang ke rumah, ia akan masuk ke kamar kosong itu sebelum ke kamarnya.
Keesokan harinya Ryu berangkat kerja pagi-pagi, tanpa sengaja bertemu Momo di depan stasiun. Wanita itu hanya berdiri melipat tangan, menopang dada besarnya tanpa mengatakan apa pun.
"Ha ... hai," sapa Ryu.
"Hai. Soal kejadian terakhir kali ...." Momo membalas.
Ketika gadis itu hendak membahas kejadian sebelumnya, Ryu segera menyela, "Benar juga, soal yang kemarin, ya? Mohon maafkan aku, saat itu aku hanya mendadak bergairah saja, kok."
"Soal kamar itu," lanjut Momo.
"Kamar? Seperti yang kau tahu, kamar pilihanmu sangat sulit dicari. Aku permisi dulu, ya." Ryu cengar-cengir, melambai sembari berjalan masuk ke stasiun.
Takdir yang kebetulan, atau kebetulan yang ditakdirkan, bahkan mungkin sesuatu yang disengaja. Di dalam kereta Ryu dan Momo bertemu lagi, keduanya tak mendapatkan tempat duduk dan berdiri saling berhadapan.
Sekali lagi Ryu terjebak dalam situasi canggung, dan kali ini ia tidak bisa lari lagi seperti sebelumnya. Untuk mengalihkan perhatian, Ryu memainkan ponsel, membuka aplikasi apa saja yang tidak perlu.
Ketika kereta akan berangkat, orang-orang bergegas masuk sebelum pintu kereta ditutup. Gerbong mulai sesak, orang yang berdiri di belakang Momo mendesak gadis itu hingga merapat pada tubuh Ryu.
Dada kenyal kian lembut milik Momo menabrak tubuh Ryu dan menekan untuk beberapa saat. Ryu merasakannya, tapi pura-pura tidak terjadi apa pun dan tetap menatap layar ponselnya.
Momo berusaha mendorong tubuhnya ke belakang menjauh dari Ryu. Kala itu Ryu diam-diam mencuri pandang ke arah dada Momo, di antaranya tali tas pakaian Momo yang tertarik kuat membelah keduanya semakin mempertegas bentuknya.
Saat itu Ryu baru sadar kalau pakaian yang dikenakan gadis itu masih sama dengan kemarin. Tas besar berisi pakaian juga masih Momo bawa saat itu.
"Jangan-jangan ...," batin Ryu menerka-nerka.
Ryu merangkul tubuh Momo. "Ayo ke pojok sana," ajaknya.
Ryu membiarkan Momo berdiri bersandar pada dinding gerbong, berdiri di hadapan wanita itu melindunginya dari desakan kerumunan.
"Huft ... di sini sedikit lebih aman. Jadi, kau harusnya punya sesuatu untuk dikatakan, bukan?" tanya Ryu menduga.
"Sejak kejadian kemarin, aku telah pergi ke berbagai makelar lainnya. Tapi begitu para karyawan melihatku sekilas, mereka membuat wajah yang tak menyenangkan, lalu menolakku atau mengatakan tak ada kamar yang tersedia, bahkan tanpa membiarkanku untuk melihat tempatnya dulu. Buruk sekali, kan? Pada akhirnya, hanya kamu satu-satunya yang menganggapku serius. Jadi tolong, biarkan aku menyewa kamarmu," tutur Momo meminta.
"Eh ...? Tunggu dulu, sebenarnya aku tidak serius saat bilang begitu," terang Ryu.
"Tapi, kamarnya kosong, kan?"
"Iya, tapi tetap tidak bisa. Kamu kabur dari rumah, kan?"
Nita merupakan gadis yang diselimuti daya tarik. Sedangkan Arung hanya pemuda tak berguna yang kerap tersandung oleh kecantikannya. Awalnya Arung pikir semuanya akan menyenangkan, tapi rupanya dia salah. Perkenalannya dengan Nita justru membawanya terjebak dalam rentetan tragedi tak terduga. Kardiograf nadi meronta, suaranya menggema dalam pikiran, dan terkadang senyum-senyum sendiri. Ia belum gila, hanya sedang jatuh cinta. Hubungan dengan pacar sewaan secara alami mulai berubah, sedikit demi sedikit.
Liana menyeret Hart ke dalam hidupnya, dipaksa menjalani status sebagai budak. Namun, siapa sangka kalau ternyata budak itu adalah seorang dari masa lalunya. Hart menyembunyikan jati diri dan statusnya hingga akhir. Masuk ke dalam kehidupan Veronica rupanya telah ia rencanakan sejak awal, segalanya telah diatur hingga terlihat seperti sebuah kebetulan. Semuanya demi suatu tujuan.
BERISI ADEGAN HOT++ Leo pria tampan dihadapan dengan situasi sulit, calon mertuanya yang merupakan janda meminta syarat agar Leo memberikan kenikmatan untuknya. Begitu juga dengan Dinda, tanpa sepengetahuan Leo, ternyata ayahnya memberikan persyaratan yang membuat Dinda kaget. Pak Bram yang juga seorang duda merasa tergoda dengan Dinda calon menantunya. Lantas, bagaimana dengan mereka berdua? Apakah mereka akan menerima semua itu, hidup saling mengkhianati di belakang? Atau bagaimana? CERITA INI SERU BANGET... WAJIB KAMU KOLEKSI DAN MEMBACANYA SAMPAI SELESAI !!
Megan dipaksa menggantikan kakak tirinya untuk menikah dengan seorang pria yang tanpa uang. Mengingat bahwa suaminya hanyalah seorang pria miskin, dia pikir dia harus menjalani sisa hidupnya dengan rendah hati. Dia tidak tahu bahwa suaminya, Zayden Wilgunadi, sebenarnya adalah taipan bisnis yang paling berkuasa dan misterius di kota. Begitu dia mendengar desas-desus tentang hal ini, Meagan berlari ke apartemen sewaannya dan melemparkan diri ke dalam pelukan suaminya. "Mereka semua bilang kamu adalah Tuan Fabrizio yang berkuasa. Apakah itu benar?" Sang pria membelai rambutnya dengan lembut. "Orang-orang hanya berbicara omong kosong. Pria itu hanya memiliki penampilan yang mirip denganku." Megan menggerutu, "Tapi pria itu brengsek! Dia bahkan memanggilku istrinya! Sayang, kamu harus memberinya pelajaran!" Keesokan harinya, Tuan Fabrizio muncul di perusahaannya dengan memar-memar di wajahnya. Semua orang tercengang. Apa yang telah terjadi pada CEO mereka? Sang CEO tersenyum. "Istriku yang memerintahkannya, aku tidak punya pilihan lain selain mematuhinya."
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Cerita bermula, ketika Adam harus mengambil keputusan tinggal untuk sementara di rumah orang tuanya, berhubung Adam baru saja di PHK dari tempat ia bekerja sebelumnya. "Dek, kalau misalnya dek Ayu mau pergi, ngga papa kok. " "Mas, bagaimanapun keadaan kamu, aku akan tetap sama mas, jadi kemanapun mas pergi, Aku akan ikut !" jawab Ayu tegas, namun dengan nada yang membuat hati kecil Adam begitu terenyuh.