Serafhine Ariana, gadis pekerja jasa apa saja dalam dunia online yang bisa memuaskan para costumer lelaki dengan caranya tersendiri tanpa harus membuat dirinya berdarah untuk yang pertama kali. "Maaf Tuan, layananku hanya satu malam untuk satu klien. Dan aku tidak pernah menerima repeat order dari klien mana pun meski ditawarkan dengan harga tinggi!"
Desah napas tersendat-sendat saling bersahut-sahutan mengisi keheningan ruang kamar hotel. Di atas ranjang yang berhamburan pakaian lelaki dan perempuan nampak tubuh polos berlekuk layaknya jam pasir menunggangi seorang lelaki berkulit sawo matang.
"Mmmmh ... mmmhh...."
Gerak pinggul sang wanita yang mengalun lembut kini semakin cepat saat kedua jemari tangan mencengkeram pinggangnya.
Ranjang berderit, desah bariton dan serak manja semakin menjadi ketika tempo kecepatan gesekkan di bawah sana yang menempelkan kedua tubuh mulai meningkat. Keringat bercucuran membasahi tubuh polos sang wanita.
Sedangkan lelaki yang ada di bawah sana juga mengerang penuh kenikmatan memandang gadis cantik dengan segala keindahan tubuh yang sedang menungganginya. Sorot mata menjadi tajam, dia menjatuhkan sang gadis di atas ke sampingnya.
Kini mereka bertukar posisi, sang lelaki menindih kuat gadis cantik itu lalu memainkan pinggulnya dengan tempo cepat. Otot lengan yang memegang pinggang sang gadis hingga terangkat bergerak mengikuti ayunan pinggul.
"Oooh! ... kau sangat luar biasa, Lea!" serak bariton bercampur napas terengah memuji sang gadis yang tergoncang dalam pukulan kasar dari lelaki di bawah sana.
Sang gadis tersenyum manja, sorot matanya begitu sayu dalam kenikmatan, "mmhh! ... bagaimana dengan Aria-"
"Jangan bicarakan dia!" sang lelaki menyentak kuat, menyela perkataan itu hingga membuat mulut sang gadis menjerit penuh kenikmatan, "wanita culun itu tidak bisa dibandingkan denganmu."
Tak jauh dari ruangan, ada sepasang mata memerah dan sembab dengan telapak tangan yang menutup kuat mulut. Seorang gadis berpenampilan sederhana dengan rambut bergelombang yang diikat satu ke belakang, berdiri di depan pintu sambil melihat ke celah.
Melihat pemandangan itu isak tangisnya pecah meski sudah berusaha menahan dengan kedua telapak tangannya. Apalagi ketika mendengar sendiri pernyataan sang lelaki.
PRAAAKH!....
Gadis di balik pintu kamar mandi berbalik cepat, hendak menghentikan melihat pemandangan itu, tapi sayang tubuhnya malah melemah dan tersandar di belakang pintu.
!!!
TERHENTI!
"Apa itu!? ... kau mendengarnya?" ucap sang gadis menahan bidang datar dari lelaki yang begitu agresif di atas sana.
"Bagaimana sih!? Katamu tak ada siapa-siapa di sini? Apa kau menyembunyikan temanmu untuk memamerkan kau meniduriku?!" lanjut sang gadis memasang wajah kesal.
"Tidak ada, mungkin itu hanya tikus," jawab sang lelaki acuh, lalu menggoyang kembali pinggangnya, melanjutkan kenikmatan yang hampir terlepas dari dalam.
Mata sang gadis tampak sayu mendapatkan beberapa hantaman kuat hingga membuat tubuhnya terenyak berulang kali ke atas. Namun kenikmatan itu teralihkan, dia tidak fokus, melirik ke arah pintu kamar mandi, "hentikan dulu! Tikus tak mungkin bisa menutup pintu sekeras itu, cepat perik-"
Perkataan sang gadis terhenti sebab telapak tangan lelaki telah menempel kuat di mulutnya. Hentakan kasar berkali-kali mengeluarkan desahan kenikmatan hingga leher sang lelaki memanjang sebab wajahnya menengadah ke atas.
"Kenikmatan seperti ini tidak bisa dihentikan, Lea."
Satu persatu keringat menetes dari wajah sang lelaki hingga jatuh ke perut gadis yang berada di bawahnya. Dia menarik pelan pinggangnya, mengeluarkan sesuatu yang panjang dan tegang, menjauh dari tubuh sang gadis.
Sang lelaki turun dari ranjang dengan tubuh polos yang mengkilap karena keringat. Dia berjalan perlahan ke arah pintu kamar mandi sambil mengembus napas lega. Ketika hendak membuka pintu sesuatu yang berat seperti mencegahnya untuk membiarkan pintu terbuka.
Di dalam sana seorang gadis berusaha mempertahankan agar pintu tidak terbuka dengan kedua kakinya yang berpijak. Namun kekuatannya tak bisa menandingi lelaki berotot, dia terlempar kuat ke depan hingga kepala membentur dinding.
!!!
Mata sang lelaki terbuka lebar begitu melihat seorang wanita di dalam kamar mandi. Meski dalam posisi membalikkan badan, tapi ekspresinya jelas menunjukkan kalau dia sangat mengenal wanita itu.
Sang wanita meringis kesakitan sambil memegang dahinya. Dia berbalik perlahan, memandang lelaki tanpa busana di depan yang berdiri kaku menatapnya. Air mata di pipi tak bisa berhenti mengalir meski seharusnya dia malu melihat kepolosan tubuh sang lelaki.
"Se-Sera? Bukankah kau sedang sakit?" tanya sang lelaki kaku.
"Sakitku semakin parah setelah mengetahui perbuatanmu, Cliff!" balas gadis bernama Serafhine memelototi lelaki di hadapannya.
"Kenapa kau melakukan hal ini, kenapa harus dia?!" lanjut Serafhine berteriak kuat.
Teriakkan itu membuat gadis yang ada di atas ranjang cepat-cepat menarik selimut, menyelimuti tubuh polosnya lalu berjalan menghampiri Clifford. Matanya juga membulat begitu melihat gadis bermata sembab dengan benjolan di dahi.
"A-ariana?"
"Siapa lagi kalau bukan aku!? Kau ingin siapa yang berdiri di sini dan melihat perbuatan kalian berdua!" bentak Serafhine mengarahkan telunjuknya ke arah Clifford dan gadis berbalut selimut di sebelahnya.
"Hentikan!" bentak Clifford dengan suara lantang, "jangan meneriakiku! Kau pikir siapa dirimu bisa mengatur kehidupanku!?"
!!!
Bagai tersayat pisau berkali-kali jantung Serafhine mendengar perkataan Clifford. Kedua bola matanya memaku, manik hitam itu bergetar menatap Clifford. Pening di kepala juga semakin menjadi, lututnya hampir tak kuat menahan tubuh untuk tetap berdiri. Namun dia menyadarkan diri sendiri kalau saat ini harus ada penjelasan atas pengkhianatan Clifford.
"Siapa aku? ... aku ini pacarmu, Cliff, kau adalah kekasihku!"
Clifford menyeringai. Dia berkacak pinggang dengan tubuh polos sambil menatap Serafhine dari bawah kaki hingga ke atas kepala, "lihatlah dirimu! Kau tidak menarik sama sekali! Bahkan meski kau bertelanjang di depanku, aku sama sekali tidak tertarik untuk menidurimu!"
PLAK!....
Telapak tangan Serafhine menampar kuat pipi Clifford hingga wajahnya terenyak ke samping, "kau berengsek! Lelaki biadab!" kata umpatan pertama yang tak pernah terucap, kini keluar bagai bom yang meledak. Tak menyangka orang yang berhasil membuat dia bisa sekasar itu dalam bertutur kata adalah kekasihnya sendiri.
Clifford menoleh kembali, sorot matanya menjadi tajam menatap Serafhine. "Kau!-"
"Hentikan, Cliff!" sergah Leandra menahan tangan Clifford yang terangkat ke udara, hendak membalas balik dengan satu tamparan, "jangan mengotori tanganmu. Aku tidak suka kau menyentuhnya!"
Pandangan Serafhine masih tetap lurus ke depan, menatap Clifford tanpa takut meski tahu akan ada tamparan balasan. Setidaknya lewat tamparan itu sudah melampiaskan kepedihan yang menyiksa di dada meski tidak sebanding. Dia menoleh ke samping tepat di saat Leandra mengejeknya lalu berucap, "kau juga! Tak kalah berengsek dengannya. Kau sahabatku, Lea, tapi kenapa kau malah melakukan hal ini!?"
Leandra memalingkan wajah sejenak, seolah merasa bosan. Dia merangkul lengan Clifford dengan erat, "terserah kau mau bilang apa, Ariana. Intinya sekarang kami berdua saling mencintai, dan Cliff telah memutuskan perasaannya terhadapmu, hanya tinggal menunggu waktu untuk mengatakannya padamu."
Serafhine masih tak percaya dengan perkataan Leandra, dia menoleh kembali ke Clifford, menanti jawaban dari kebenaran yang didengarkan.
"Bagaimana denganku, Cliff? Aku mencintaimu, rasa cintaku lebih besar dari Leandra."
Ayahnya menjadi seorang pengkhianat pada group mafia terbesar di negaranya bernama group Limson, membuat Arabella harus hidup dalam bahaya. Bagaimana tidak, Arabella harus menjadi tawanan kamar Tuan Stanley yang merupakan ketua mafia group Limson atau dia berkeliaran diluar sana dan diburu oleh anggota mafia lainnya.
Siska teramat kesal dengan suaminya yang begitu penakut pada Alex, sang preman kampung yang pada akhirnya menjadi dia sebagai bulan-bulannya. Namun ketika Siska berusaha melindungi suaminya, dia justru menjadi santapan brutal Alex yang sama sekali tidak pernah menghargainya sebagai wanita. Lantas apa yang pada akhirnya membuat Siska begitu kecanduan oleh Alex dan beberapa preman kampung lainnya yang sangat ganas dan buas? Mohon Bijak dalam memutuskan bacaan. Cerita ini kgusus dewasa dan hanya orang-orang berpikiran dewasa yang akan mampu mengambil manfaat dan hikmah yang terkandung di dalamnya
WARNING 21+ !!! - Cerita ini di buat dengan berhalu yang menimbulkan adegan bercinta antara pria dan wanita. - Tidak disarankan untuk anak dibawah umur karna isi cerita forn*graphi - Dukung karya ini dengan sumbangsihnya Terimakasih
Jatuh dari keningratan, Zen Luo menjadi budak yang rendahan yang digunakan sebagai karung tinju untuk para mantan sepupunya. Secara tidak sengaja, dia menemukan cara untuk mengasah dirinya menjadi senjata dan sebuah legenda dimulai karena itu. Dengan keyakinan yang kuat untuk tidak pernah menyerah, dia berusaha untuk membalas dendam dan mengejar impian yang besar. Pendekar dari berbagai klan bersaing untuk kekuasaan dan dunia menjadi kacau. Mengandalkan tubuh yang sebanding dengan senjata ampuh, Zen mengalahkan banyak musuh dalam perjalanannya menuju keabadian. Akankah dia berhasil pada akhirnya?
BERISI ADEGAN HOT++ Seorang duda sekaligus seorang guru, demi menyalurkan hasratnya pak Bowo merayu murid-muridnya yang cantik dan menurutnya menggoda, untuk bisa menjadi budak seksual. Jangan lama-lama lagi. BACA SAMPAI SELESAI!!