/0/6666/coverbig.jpg?v=05636029dedd6d2041e1810bdf1e26e3)
Ketika semua orang menganggap rumah adalah istana, dengan keluarga yang selalu menjadi tempat ternyaman untuk berbagi keluh kesah. Namun tidak bagi Alana, rumah adalah tempat penuh rintangan yang harus aku hadapi. Semua menganggapnya anak pembawa sial, selalu menyalahkannya atas kejadian di masa lalu, yang bahkan dirinya sendiri tidak tau. Semua itu membuat Alana tumbuh dengan kepribadian dingin dan sulit tersentuh demi menutupi setiap luka dan lara yang ia terima. Sampai suatu ketika ia bertemu dengan Reyhan yang berhasil merubah hidupnya menjadi berwarna kembali. Namun, itu hanya sesaat sebelum sebuah perjanjian bisnis yang melibatkan Reyan. Hanya ada dua pilihan yang Alana miliki, merelakan Reyhan untuk Bianca dan mengorbankan perasaanya atau, mengorbankan perasaan adiknya demi dia bisa bersama dengan Reyhan.
10 tahun lalu
"Ma, liat deh Lala tadi jadi juara lomba mewarna, Lala dapet piala, Ma," ujar gadis kecil berkuncir dua, yang perasaannya sangat gembira karena telah berasil membawa pulang piala yang kini berada di tangan kanannya.
"Ma, besok Mama ya, yang anter Lala buat lomba tingkat Kabupaten," pinta gadis kecil yang dari tadi masih setia menatap seorang wanita yang asik membaca sebuah buku bersama adik kembarnya.
"Saya sibuk harus mengantar anak saya ke sekolah," jawabnya ketus.
"Tapikan temen Lala yang lain diantar sama mamanya, Lala juga pengen di anter Mama, Lala kan mau kayak Caca di antar Mama," rengek gadis kecil itu.
"Kamu tidak paham, saya bilang saya harus mengantar anak saya!" Nada bicara Amara mulai terdengar meninggi.
"Lala mohon Ma, Mama yang anter Lala hiks! Hiks! Lala kan juga anak Mama." Gadis kecil itu mulai menangis sambil menggoyang-goyangkan bahu kanan Amara.
"Sudahlah Amara, turuti kata putrimu kali ini," pinta seseorang yang mulai berjalan mendekatdari ambang pintu.
"Harusnya dia sadar, dia itu siapa. Saya sudah sabar mau merawat dia, kamu itu anak yang tidak saya harapkan, anak pembawa sial!" Dia tau Alana tidak bersalah dan tindakannya yang sangat kekanakan dengan tidak pernah menganggap Alana sebagai anaknya, padahal Alana selalu membuatnya bangga dengan prestasi-prestasi yang diraihnya.
Tapi rasa benci terhadap masa lalunya selalu muncul, setiap kali ia menatap Alana. Hatinya masih belum siap menerima kehadiran gadis itu.
"Cukup Amara! Dia itu juga putrimu, putri yang kamu kandung, kalo kamu memang tak ingin mengantarnya sudah cukup jangan katakan hal yang tidak-tidak pada Alana."
"Putri saya hanya satu, yaitu Bianca!" Tegas Amara lalu menggendong Bianca pergi.
Alana merasa dunia ini tak adil padanya, semua ini terlalu menyakitkan untuknya, tak pernah ternilai di mata mamanya sendiri.
Mengapa mamanya selalu pilih kasih antara dirinya dan adiknya Bianca? Alana sama sekali tidak tau alasan atas kebencian Amara padanya.
Mengapa Amara selalu memprioritaskan Bianca dibandingkan dia?
Walau hanya sekali, Alana sangat ingin berada di posisi Bianca yang merasakan kasih sayang dari seorang mama. Alana juga ingin dipeluk, dicium, dan disayang seperti Bianca.
///
Embusan angin sore berlalu-lalang dengan bebas memainkan rambut panjang seorang gadis yang tergerai. Langit dengan awan kehitaman sama sekali tidak menghentikan langkahnya untuk berjalan melewati gundukan tanah yang berada di kiri dan kanannya, dengan membawa dua buah karangan mawar putih di tangannya.
Dia adalah Alana Claretta, gadis kecil itu kini sudah tumbuh menjadi seorang gadis remaja yang bisa dikatakan memiliki kecantikan di atas rata-rata dibandingkan remaja pada umumnya. Namun, siapa sangka gadis seperti dirinya tumbuh dengan banyaknya rasa luka yang membuatnya menjadi gadis dingin dan sulit tersentuh.
Kaki jenjangnya terus berjalan hingga tiba di tempat yang ia tuju. Alana menatap pilu dua pusara yang berada di hadapanya kini. "Apa kabar? Lala kembali lagi," ucap Alana lalu berjongkok di tengah kedua pusara itu.
Tak lupa Alana menaruh karangan mawar putih yang telah ia bawa di atas kedua pusara itu, lalu meanjatkan doa untuk mereka.
"Lala rindu kalian." Hanya kalimat itu yang mungkin bisa menggambarkan perasaan Alana saat ini, dengan bibir yang mulai gemetar menahan tangis.
Alana terdiam sejenak, berusaha untuk tidak menjatuhkan air matanya di depan orang yang sangat ia sayang, namun tetap saja ia adalah manusia biasa yang dengan mudah terbawa suasana. Cairan bening itu mampu lolos dari kedua sudut matanya.
"Maafin Lala, ya? Karena Lala kalian pergi. Sekarang Lala sendiri gak ada yang sayang sama Lala, apa bener kata Mama Lala itu anak pembawa sial? Buktinya kalian pergi gara-gara Lala hiks! Hiks! Hiks!" Air mata Alana terus mengalir membanjiri pipinya tanpa bisa ia tahan lagi.
"Kenapa semua benci sama Lala? Lala juga ingin disayang, apa Lala gak berhak menerima itu semua?" lirih Alana.
Langit sore yang awalnya hanya dihiasi awan yang mulai menghitam, kini sudah berganti ditemani dengan suara guntur dan tetersan air yang perlahan turun. Alana mengembuskan napas berat lalu mengusap air matanya.
"Lala pulang dulu ya? Lala sayang kalian," pamit Alana lalu mencium kedua nisan itu.
Alana berjalan keluar dari area pemakaman sambil merasakan tetesan air hujan yang perlahan membasahi tubuhnya. Derasnya air hujan seperti mewakili perasaannya saat ini.
Bukanya mencari taksi atau angkutan umum, Alana memilih berjalan di tengah hujan menuju rumahnya.
///
Ketika semua orang menganggap bahwa rumah adalah istana, dengan keluarga yang selalu menjadi tempat ternyaman untuk berbagi setiap masalah yang mereka hadapi. Namun, tidak bagi Alana, rumah dan keluarga adalah tempat penuh rintangan yang harus Alana hadapi.
"Ke mana aja Lo? Ngelayap terus sampai hujan-hujanan kayak gini, sakit gue syukurin Lo!" Sinis Bianca, adik Alana yang berdiri di depan pintu melihat gadis itu pulang.
Alana tak menjawab, ia hanya menatap Bianca yang menghalangi pintunya, jika ia menjawab sama saja ia memberi Boomerang pada dirinya sendiri.
"Lala kamu dari mana saja? Papa cemas memikirkanmu, ngapain kamu masih berdiri di depan pintu? Cepat masuk!" Itu adalah suara Farid yang berjalan menuruni tangga.
Mendengar suara Farid, Bianca menatap Alana dengan tajam, seperti mengisyaratkan agar ia tak berbicara macam-macam kepada Farid.
"Caca, bantu kakakmu masuk, Nak," pinta Farid.
"Iya Pah, ini juga Caca buka pintu mau bantu Lala kok," jawab Bianca. Jika kalian berpikir Bianca bermuka dua, pemikiran kalian tepat sekali. Bianca akan melakukan itu, agar semua perhatian tertuju padanya.
Bianca sedikit bergeser agar Alana dapat masuk ke dalam rumah. "Kamu harus cepat ganti baju ya, La? Biar gak sakit," ucap Bianca, seolah ia memikirkan kondisi Alana padahal tidak. Alana sudah hafal dengan permainan ini.
"Iya La, kata Caca benar. Kamu langsung bersih-bersih ganti baju biar gak sakit," tambah Farid.
"Iya, Pah," jawab Alana lalu berjalan menuju kamarnya.
"Lihat itu Mas, kelakuan anak yang selalu kamu bela, selalu keluyuran berbeda dengan anak kita," ucap Amara yang duduk di sofa.
"Jaga ucapanmu Amara, dia juga anak kamu, dia sama dengan Caca. Mau sampai kapan kamu tidak menganggap lala ada? Dia juga punya perasaan, sayang."
"Aku tidak peduli Mas, sampai kapan pun anak ku hanya satu, yaitu Caca!"
"Sampai kapan kamu akan seperti ini sayang?" tanya Farid pada istrinya itu.
"Sampai anak itu benar-benar pergi dari hidupku," jawab Amara tegas dan lantang.
Tanpa mereka sadari ada hati yang terluka mendengarkan itu semua, Alana mendengarkan semua perdebatan itu dari balik pintu kamarnya, hatinya sudah cukup tersayat. Air matanya mengalir begitu saja tampa bisa ia kendalikan.
"Kenapa Ma? Kenapa mama bersikap dingin dan acuh pada Lala, Ma? " monolog gadis itu dibalik pintu kamar.
Berbeda dengan keadaan Alana, di balik pintu kamar yang letaknya berhadapan dengan kamar Alana, Bianca tersenyum puas mendengarkan kedua orang tuanya saling beradu agrumen.
"Terus Mah, terus biar aja tuh si kuman pergi dari rumah. Kuman kayak dia gak pantas tinggal disini, karna hanya aku yang berhak memiliki semua kasih sayang dan perhatian," ucapnya sambil tersenyum kemenangan.
Senja sudah menjalin hubungan dengan Awan selama kurang lebih dua tahun, namun selama dua tahun itu pula Senja tidak merasakan arti pacaran yang sesungguhnya karena Awan selalu mementingkan Raya, sahabat perempuan yang dia miliki di bandingkan dengan Senja di setiap keadaan.
21+ !!! Harap bijak memilih bacaan HANYA UNTUK DEWASA. Untuk menguji kesetiaan pasangan masing-masing akhirnya Arga dan rekan-rekan sekantornya menyetujui tantangan gila Dako yang mengusulkan untuk membolehkan saling merayu dan menggoda pasangan rekan yang lain selama liburan di pulau nanti. Tanpa amarah dan tanpa cemburu. Semua sah di lakukan selama masih berada di pulau dan tantangan akan berakhir ketika mereka meninggalkan pulau. Dan itu lah awal dari semua permainan gila yang menantang ini di mulai...
Kedua orang yang memegangi ku tak mau tinggal diam saja. Mereka ingin ikut pula mencicipi kemolekan dan kehangatan tubuhku. Pak Karmin berpindah posisi, tadinya hendak menjamah leher namun ia sedikit turun ke bawah menuju bagian dadaku. Pak Darmaji sambil memegangi kedua tanganku. Mendekatkan wajahnya tepat di depan hidungku. Tanpa rasa jijik mencium bibir yang telah basah oleh liur temannya. Melakukan aksi yang hampir sama di lakukan oleh pak Karmin yaitu melumat bibir, namun ia tak sekedar menciumi saja. Mulutnya memaksaku untuk menjulurkan lidah, lalu ia memagut dan menghisapnya kuat-kuat. "Hhss aahh." Hisapannya begitu kuat, membuat lidah ku kelu. Wajahnya semakin terbenam menciumi leher jenjangku. Beberapa kecupan dan sesekali menghisap sampai menggigit kecil permukaan leher. Hingga berbekas meninggalkan beberapa tanda merah di leher. Tanganku telentang di atas kepala memamerkan bagian ketiak putih mulus tanpa sehelai bulu. Aku sering merawat dan mencukur habis bulu ketiak ku seminggu sekali. Ia menempelkan bibirnya di permukaan ketiak, mencium aroma wangi tubuhku yang berasal dari sana. Bulu kudukku sampai berdiri menerima perlakuannya. Lidahnya sudah menjulur di bagian paling putih dan terdapat garis-garis di permukaan ketiak. Lidah itu terasa sangat licin dan hangat. Tanpa ragu ia menjilatinya bergantian di kiri dan kanan. Sesekali kembali menciumi leher, dan balik lagi ke bagian paling putih tersebut. Aku sangat tak tahan merasakan kegelian yang teramat sangat. Teriakan keras yang tadi selalu aku lakukan, kini berganti dengan erangan-erangan kecil yang membuat mereka semakin bergairah mengundang birahiku untuk cepat naik. Pak Karmin yang berpindah posisi, nampak asyik memijat dua gundukan di depannya. Dua gundukan indah itu masih terhalang oleh kaos yang aku kenakan. Tangannya perlahan menyusup ke balik kaos putih. Meraih dua buah bukit kembarnya yang terhimpit oleh bh sempit yang masih ku kenakan. .. Sementara itu pak Arga yang merupakan bos ku, sudah beres dengan kegiatan meeting nya. Ia nampak duduk termenung sembari memainkan bolpoin di tangannya. Pikirannya menerawang pada paras ku. Lebih tepatnya kemolekan dan kehangatan tubuhku. Belum pernah ia mendapati kenikmatan yang sesungguhnya dari istrinya sendiri. Kenikmatan itu justru datang dari orang yang tidak di duga-duga, namun sayangnya orang tersebut hanyalah seorang pembantu di rumahnya. Di pikirannya terlintas bagaimana ia bisa lebih leluasa untuk menggauli pembantunya. Tanpa ada rasa khawatir dan membuat curiga istrinya. "Ah bagaimana kalau aku ambil cuti, terus pergi ke suatu tempat dengan dirinya." Otaknya terus berputar mencari cara agar bisa membawaku pergi bersamanya. Hingga ia terpikirkan suatu cara sebagai solusi dari permasalahannya. "Ha ha, masuk akal juga. Dan pasti istriku takkan menyadarinya." Bergumam dalam hati sembari tersenyum jahat. ... Pak Karmin meremas buah kembar dari balik baju. "Ja.. jangan.. ja. Ngan pak.!" Ucapan terbata-bata keluar dari mulut, sembari merasakan geli di ketiakku. "Ha ha, tenang dek bapak gak bakalan ragu buat ngemut punyamu" tangan sembari memelintir dua ujung mungil di puncak keindahan atas dadaku. "Aaahh, " geli dan sakit yang terasa di ujung buah kembarku di pelintir lalu di tarik oleh jemarinya. Pak Karmin menyingkap baju yang ku kenakan dan melorotkan bh sedikit kebawah. Sayangnya ia tidak bisa melihat bentuk keindahan yang ada di genggaman. Kondisi disini masih gelap, hanya terdengar suara suara yang mereka bicarakan. Tangan kanan meremas dan memelintir bagian kanan, sedang tangan kiri asyik menekan kuat buah ranum dan kenyal lalu memainkan ujungnya dengan lidah lembut yang liar. Mulutnya silih berganti ke bagian kanan kiri memagut dan mengemut ujung kecil mungil berwarna merah muda jika di tempat yang terang. "Aahh aahh ahh," nafasku mulai tersengal memburu. Detak jantungku berdebar kencang. Kenikmatan menjalar ke seluruh tubuh, mendapatkan rangsangan yang mereka lakukan. Tapi itu belum cukup, Pak Doyo lebih beruntung daripada mereka. Ia memegangi kakiku, lidahnya sudah bergerak liar menjelajahi setiap inci paha mulus hingga ke ujung selangkangan putih. Beberapa kali ia mengecup bagian paha dalamku. Juga sesekali menghisapnya kadang menggigit. Lidahnya sangat bersemangat menelisik menjilati organ kewanitaanku yang masih tertutup celana pendek yang ia naikkan ke atas hingga selangkangan. Ujung lidahnya terasa licin dan basah begitu mengenai permukaan kulit dan bulu halusku, yang tumbuhnya masih jarang di atas bibir kewanitaan. Lidahnya tak terasa terganggu oleh bulu-bulu hitam halus yang sebagian mengintip dari celah cd yang ku kenakan. "Aahh,, eemmhh.. " aku sampai bergidik memejam keenakan merasakan sensasi sentuhan lidah di berbagai area sensitif. Terutama lidah pak Doyo yang mulai berani melorotkan celana pendek, beserta dalaman nya. Kini lidah itu menari-nari di ujung kacang kecil yang menguntit dari dalam. "Eemmhh,, aahh" aku meracau kecil. Tubuhku men
Cerita ini banyak adegan panas, Mohon Bijak dalam membaca. ‼️ Menceritakan seorang majikan yang tergoda oleh kecantikan pembantunya, hingga akhirnya mereka berdua bertukar keringat.
Pernikahan itu seharusnya dilakukan demi kenyamanan, tapi Carrie melakukan kesalahan dengan jatuh cinta pada Kristopher. Ketika tiba saatnya dia sangat membutuhkannya, suaminya itu menemani wanita lain. Cukup sudah. Carrie memilih menceraikan Kristopher dan melanjutkan hidupnya. Hanya ketika dia pergi barulah Kristopher menyadari betapa pentingnya wanita itu baginya. Di hadapan para pengagum mantan istrinya yang tak terhitung jumlahnya, Kristopher menawarinya 40 miliar rupiah dan mengusulkan kesepakatan baru. "Ayo menikah lagi."
Riani sangat menyayangi pacarnya. Meskipun pacarnya telah tidak bekerja selama beberapa tahun, dia tidak ragu-ragu untuk mendukungnya secara finansial. Dia bahkan memanjakannya, agar dia tidak merasa tertekan. Namun, apa yang pacarnya lakukan untuk membalas cintanya? Dia berselingkuh dengan sahabatnya! Karena patah hati, Riani memutuskan untuk putus dan menikah dengan seorang pria yang belum pernah dia temui. Rizky, suaminya, adalah seorang pria tradisional. Dia berjanji bahwa dia akan bertanggung jawab atas semua tagihan rumah tangga dan Riani tidak perlu khawatir tentang apa pun. Pada awalnya, Riani mengira suaminya hanya membual dan hidupnya akan seperti di neraka. Namun, dia menemukan bahwa Rizky adalah suami yang baik, pengertian, dan bahkan sedikit lengket. Dia membantunya tidak hanya dalam pekerjaan rumah tangga, tetapi juga dalam kariernya. Tidak lama kemudian, mereka mulai saling mendukung satu sama lain sebagai pasangan yang sedang jatuh cinta. Rizky mengatakan dia hanyalah seorang pria biasa, tetapi setiap kali Riani berada dalam masalah, dia selalu tahu bagaimana menyelesaikan masalahnya dengan sempurna. Oleh karena itu, Riani telah beberapa kali bertanya pada Rizky bagaimana dia bisa memiliki begitu banyak pengetahuan tentang berbagai bidang, tetapi Rizky selalu menghindar untuk menjawabnya. Dalam waktu singkat, Riani mencapai puncak kariernya dengan bantuannya. Hidup mereka berjalan dengan lancar hingga suatu hari Riani membaca sebuah majalah bisnis global. Pria di sampulnya sangat mirip dengan suaminya! Apa-apaan ini! Apakah mereka kembar? Atau apakah suaminya menyembunyikan sebuah rahasia besar darinya selama ini?
Kemudian Andre membuka atasannya memperlihatkan dada-nya yang bidang, nafasku makin memburu. Kuraba dada-nya itu dari atas sampah kebawah melawati perut, dah sampailah di selangkangannya. Sambil kuraba dan remas gemas selangkangannya “Ini yang bikin tante tadi penasaran sejak di toko Albert”. “Ini menjadi milik-mu malam ini, atau bahkan seterusnya kalau tante mau” “Buka ya sayang, tante pengen lihat punya-mu” pintuku memelas. Yang ada dia membuka celananya secara perlahan untuk menggodaku. Tak sabar aku pun jongkok membantunya biar cepat. Sekarang kepalaku sejajar dengan pinggangnya, “Hehehe gak sabar banget nih tan?” ejeknya kepadaku. Tak kupedulikan itu, yang hanya ada di dalam kepalaku adalah penis-nya yang telah membuat penasaran seharian ini. *Srettttt……