/0/6385/coverbig.jpg?v=cc707d5831ec672f6e8b08c4ba3cf437)
Senja sudah menjalin hubungan dengan Awan selama kurang lebih dua tahun, namun selama dua tahun itu pula Senja tidak merasakan arti pacaran yang sesungguhnya karena Awan selalu mementingkan Raya, sahabat perempuan yang dia miliki di bandingkan dengan Senja di setiap keadaan.
Sepanjang Senja menjalin hubungan dengan Awan, Senja tidak pernah menjadi hal yang Awan prioritaskan, karena yang Awan prioritaskan hanyalah Raya sahabat kecil Awan. Seperti halnya saat ini, sejak bel istirahat berdering Senja sudah menunggu cowok itu di depan kelas Senja karena Awan tadi pagi mengetakan akan pergi ke kantin bersama dengan Senja, namun sampai sekarang batang hitung Awanpun tak terlihat.
Hal itu membuah Senja ahkirnya menutuskan mengirimkan Awan pesan lewat ponselnya.
Senja : Awan kamu dimana? kita jadi kan ke kantin bareng?
Awan : Maaf senja aku gak bisa sekarang, aku harus pulang
Senja : Kenapa pulang? kamu sakit?
Awan : Bukan aku tapi Raya, yaudah ya aku tinggal dulu kasihan Raya dia pucet banget
Senja : Iya Awan, Awan jangan lupa makan juga ya
Setelah itu Senja tidak menerima lagi pesan balasan dari Awan. gadis itu membuang nafas kasar, meski hal seperti ini sangat sering terjadi nyatanya hatinya tidak sekuat itu. Ahkirnya Senja berjalan sendirian ke kantin menyusul Bella, sahabat Senja yang sudah lebih dahulu ke kantin tadi.
"Gue tebak, pasti Awan sama Raya. Iya kan?" Tebak Bella saat Senja menyusulnya ke kantin, Bella sudah sangat hafal bagaimana sifat Awan kepada Senja.
"Iya," jawab Senja.
"Kan udah gue ajakin tadi ke kantin, lo-nya aja yang gak mau! kalo lo sakit hati Awan lebih pilih Raya harusnya lo bilang Ja, jangan diem terus, diem lo ga berguna yang ada Awan makin seenaknya sama lo," ujar Bella menasehati Senja.
"Gak papa kok, lagian kan Raya yang duluan kenal Awan dan mereka udah sahabatan dari kecil," jawab Senja, setiap Bella memberikan nasehat untuk Senja, Senja selalu menjawab itu mulu.
"Gak cowoknya gak ceweknya, sama-sama ga ada yang kreatif, lo gak ada kalimat lainnya gitu? gue sampek bosen sama kalian berdua, untung lo sahabat gue ja!"
"ya kan emang begitu adanya," tambah senja.
"Iye emang begitu, kata gak papa yang selalu lo ucapin itu bulshit ja! ga ada yang mau jadi kedua, meski Raya sahabat Awan tapi lo pacarnya!"
"Udah ah! Bella udah mirip banget sama Bu Sri guru sejarah kalo ngomel terus!"
"Eh, eh, eh, enak aja gue yang glowing, shaining, gini disamain kayak Bu sri sejarah."
"hahahaha habisnya sama sih sukanya ngomel-ngomel."
//////
Bel pualng sekolah sudah berbunyi, langit sore ini juga di tutupi awan kehitaman yang menandakan sebentar lagi hujan akan turun, hari ini Senja juga tidak bisa pulang sekolah bersama dengan Bella karena tadi pagi Bella di antar oleh papanya dan tentu pulangya juga di jemut oleh papa Bella.
Senja menghela nafas sambil berjalan ke arah pintu gerbang, ia akan menunggu angkot di halte sekolah. Namun siapa sangaka ternyata sebuah motor yang sangat Senja kenali terhanti di depan sana.
"Awan," panggil Senja.
Membuat Awan menengok ke arah Senja.
"Kamu ngapain disini?" tanya Senja.
"Ya jemput pacar aku lah, " kata Awan.
"Tapi katanya tadi nunguin Raya?" tanya senja.
"Jadi ga kamu nih di jemput pacar sendiri?" kata Awan balik bertanya, "Mama Raya udah pualng tadi, jadi aku bisa tinggal," tambah Awan.
Senja menggeleng, "Bukan gitu maksudnya Senja, Senja suka kok Awan jemput di sekolah, tapi Awan ga mau tadi bolos pulang sekarang balik lagi ke sekolah? apa kata temen-temen lain?"
"Ngapain malu? kan aku keseini buat jemput pacar aku, gih naik keburu hujan."
"Iya," jawab Senja yang lekas memakai helm yang Awan berikan dan naik ke atas motor Awan.
Setekah Senja naik ke atas motornya, Awan segera menjalankan motor itu menembus ramainya jalanan ibu kota dan langit yang maulai menggelap tertutup oleh mendung yang menghitam.
"Besok berangkat bareng mau?" Tawar Awan saat Senja sudah turun dari motornya, kini mereka berada di depan rumah Senja.
Senja sepontan menggeleng, "gak usah," jawab senja.
Membuat Awan mengerutkan keningnya, "Emang kenapa gak usah?" tanya Awan.
"Kamu ga berangkat bareng Raya?" balik tanya Senja.
"Kan aku ajak kamu berari aku ga bareng sama dia."
"yaudah terserah Awan aja, tapi kalo mau bareng jangan siang-siang ya berangkatnya besok Senja ada piket kelas," jujur saja sebenarnya Senja takut kembali kecewa, jika tiba-tiba Awan membatalkan itu dan lebih memilih berangkat bersama dengan Raya.
"Siap cantik!" jawab Awan sambil mengacak- acak puncak kepala Senja.
"kalo gitu aku pulang ya," pamit Awan yang mendapatkan anggukan dari Senja. Awan memakai lagi helm full facenya dan lekas menghidupkan kembali meskin motornya.
Senja menatap kepergian Awan hingga mobil itu tidak terlihat opeh pandangan matanya, baru setelah itu Senja masuk ke dalam rumahnya.
/////////
Setelah menganti bajunya dan istirahat sebentar, kini Senja akan berangkat ke cafe tempatnya bekerja part time. Setelah kepergian Ayah Senja, keadaan ekonomi Senja dan Bundanya memang tergolong menurun, itu yang membuat setiap pulang sekolah Senja harus bekerja part time di sebuah cafe yang tidak jauh dari rumahnya, hanya sekitar satu setengah kilometer.
Senja selalu berjalan kaki berangkat ke tempatnya bekerja itu, Cafe Lavender nama cafe tempatnya bekerja dari hari senin sampai jumat pukul 4 sampai 9 malam.
"Langsung ke belakang ya ja, cafe rame banget sore ini," ujar mas wawan kasir di Cafe itu.
"iya mas," jawab Senja.
Senja pergi ke lokernya dahulu untuk memakai celemek apronnya, setelah itu ia pergi ke arah dapur untuk mengambil makanan yang sudah siap, dan mengantarkanya pada pengunjung Cafe.
"Ini buat meja mana aja kak?" tanya Senja pada Sinta, Chef cafe lavender.
"2 Spageti, jus alpukat sama milkshake strawberry itu buat di meja 5, terus 1 piza, 2 Es jeruk sama satu chicken katsu buat meja nomor 8," terang Sinta.
"siap kak," jawab Senja. ia lantas mengambil napan dan mengantarkan pesanan untuk meja 5 dahulu, baru setelh itu ia kembali ke dapur lagi untuk mengantarkan pesanan meja 5.
Tidak hanya sampai di situ saja, Senja selanjutnya mengambil gelas dan piring- piring kotor yang sudah di tinggalkan pembelinya dan membawanya ke belakang, malam ini pengunjung cafe terbilang rame padahal ini bukan malam minggu, membuat Senja sedikit merasa berlelah berjalan bolak-balik.
Di malam minggu sebenarnya Senja libur, namun kadang jika pekerja di cafe ini kualahan, Senja akan dihubungi untuk datang ke Cafe membantu mengantarkan makanan.
Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 9 malam, Cafe sudah di utup juga dan kini saatnya Senja untuk pulang.
"Gak mau bareng kakak Ja?" tawar Sinta.
Senja menggeleng, "Gak usah kak, kita kan beda arah, Senja jalan kaki aja," jawab Senja.
"Ya gak papa kaka anterin kamu dulu."
"engga kak, Senja berani kok pulang jalan kaki sendiri, biasanya kan juga gitu."
"yaudah kalo gitu kaka pulang dulu ya Ja, sampai ketemu besok," pamit Sinta.
Ketika semua orang menganggap rumah adalah istana, dengan keluarga yang selalu menjadi tempat ternyaman untuk berbagi keluh kesah. Namun tidak bagi Alana, rumah adalah tempat penuh rintangan yang harus aku hadapi. Semua menganggapnya anak pembawa sial, selalu menyalahkannya atas kejadian di masa lalu, yang bahkan dirinya sendiri tidak tau. Semua itu membuat Alana tumbuh dengan kepribadian dingin dan sulit tersentuh demi menutupi setiap luka dan lara yang ia terima. Sampai suatu ketika ia bertemu dengan Reyhan yang berhasil merubah hidupnya menjadi berwarna kembali. Namun, itu hanya sesaat sebelum sebuah perjanjian bisnis yang melibatkan Reyan. Hanya ada dua pilihan yang Alana miliki, merelakan Reyhan untuk Bianca dan mengorbankan perasaanya atau, mengorbankan perasaan adiknya demi dia bisa bersama dengan Reyhan.
Cerita ini banyak adegan panas, Mohon Bijak dalam membaca. ‼️ Menceritakan seorang majikan yang tergoda oleh kecantikan pembantunya, hingga akhirnya mereka berdua bertukar keringat.
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Keseruan tiada banding. Banyak kejutan yang bisa jadi belum pernah ditemukan dalam cerita lain sebelumnya.
Pernikahan itu seharusnya dilakukan demi kenyamanan, tapi Carrie melakukan kesalahan dengan jatuh cinta pada Kristopher. Ketika tiba saatnya dia sangat membutuhkannya, suaminya itu menemani wanita lain. Cukup sudah. Carrie memilih menceraikan Kristopher dan melanjutkan hidupnya. Hanya ketika dia pergi barulah Kristopher menyadari betapa pentingnya wanita itu baginya. Di hadapan para pengagum mantan istrinya yang tak terhitung jumlahnya, Kristopher menawarinya 40 miliar rupiah dan mengusulkan kesepakatan baru. "Ayo menikah lagi."
Sepatah Kata, Jangan pernah bengong dan tertegun-tegun jika belum selesai membaca kisah yang sangat AGAK LAEN dan super unik dalam novel ini. Mungkin banyak yang tidak terpcaya jika cerita ini lebih dari 58,83% merupakan KISAH NYATA, 24,49% Modifikasi Alur dan 16,68% tambahan halu sebagai variasi semata. Buktikan saja keunikan kisah dalam novel ini. Jangan mengatakan gak masuk akal jika belum tahu bahwa hal itu bisa terjadi kapan dan dimanapun juga