/0/6514/coverbig.jpg?v=cb220a4a6529b94c20959fcb447f688f)
Rinjani adalah wanita dewasa yang selektif dalam memilih pasangannya. Mottonya dalam membangun suatu hubungan adalah KESETIAAN. Ketika Rinjani mendapati suaminya telah menghianatinya semenjak hari pertama pernikahan mereka , Rinjanipun merencanakan pembunuhan terhadap suaminya. Pada akhirnya Rinjani berhasil membunuh suaminya dan kehidupan kelamnya pun dimulai. Kehidupan kelam Rinjani mengantarkannya kepada kebahagiaannya.
"Kenapa kamu membunuhnya? " teriak Sonia dengan gemetar kepada Rinjani yang juga terlihat gemetar.
"Kamu yang memaksaku melakukannya, " jawab Rinjani datar.
Bercak darah terlihat mengotori tangan dan pakaian Rinjani. Pemandangan di lantai begitu mengerikan. Darah terus menerus mengalir dari kepala Devan yang sudah terbelah dan menggenangi sebagian dari lantai itu.
Ya. Rinjani baru saja membunuh Devan. Sabetan samurai panjang yang diayunkan Rinjani membelah kepala hingga menimbulkan luka menganga di sana.
Sonia tidak berani mendekat kearah Rinjani maupun Devan kekasih gelapnya. Bahkan untuk memberikan pertolongan. Samurai yang masih melekat kuat di tangan Rinjani membuat Sonia mengurungkan niatnya untuk memberikan pertolongan kepada Devan.
Devan tampaknya sudah menghembuskan nafas terakhirnya. Tidak terlihat lagi pergerakan pada tubuh itu.
"Segera telepon polisi, aku mau menyerahkan diriku, " ucap Rinjani tanpa ekspresi apapun di wajahnya.
Wajahnya terlihat datar tanpa adanya riak di sana. Guncangan yang begitu hebat menerpa jiwanya. Wajahnya terlihat linglung.
Sonia segera mencari cari tasnya.
Entah di mana dia melemparkan tas itu sebelum memulai aktifitas percintaannya dengan Devan.
Setelah menemukan tas tentengnya, segera Sonia mengeluarkan handphone dari dalam tasnya dan kemudian menelepon kantor polisi. Tangan itu terlihat dengan nyata bergetar hebat.
Sonia mulai mengutak atik handphone nya.Merupakan tantangan berat bagi Sonia untuk menelepon Polisi. Tubuhnya yang terus bergetar dan pikirannya yang kacau balau, di tambah rasa takut yang terus menyerangnya, membuat Sonia rasanya tidak sanggup untuk melakukan panggilan telepon.
Handphone itu terjatuh dua kali dari tangan Sonia hingga akhirnya berhasil menghubungi polisi.
"Ha_halo Pak, sa_saya mau melaporkan pembunuhan yang baru saja terjadi, " Suara Sonia terdengar bergetar saat mengatakan hal itu. Pandangannya tidak lepas dari Rinjani.
Bayangan samurai yang ada ditangan Rinjani, menebas kepalanya juga, membuat Sonia tidak bisa menghentikan getaran di tubuhnya.
Hingga polisi datang, Rinjani masih menggenggam erat samurai yang di gunakannya untuk menebas kepala Devan.
Ancaman pistol polisi yang diarahkan kepada Rinjani membuat Rinjani melepaskan samurai tersebut. Rinjani segera menjulurkan kedua tangannya ke arah Polisi. Polisipun segera memborgol kedua tangan Rinjani.
Setelah kedua tangan Rinjani di borgol Polisi, barulah Sonia menarik napasnya dengan dalam. Sonia hampir kehabisan oksigen. Karena hampir satu jam, ia bernafas setengah tertahan.
Sampai Polisi datang, Sonia masih terus dalam keadaan telanjang bulat. Karena, Rinjani mengarahkan samurainya ketika Sonia bergerak.
Bukan hanya Sonia yang ketakutan. Di dalam hati Rinjani juga terbersit rasa takut, kalau-kalau, Sonia meringkus tubuhnya dan berbalik membunuhnya dengan Samurai yang di gunakannya untuk menebas kepala Devan. Itu sebabya dia terus memegang samurai itu dengan begitu erat.
Polisipun segera melakukan olah TKP, Polisi itu mengambil beberapa gambar dari mayat Devan dan bagian-bagia dari kamar itu.
"Pakai bajumu, kamu harus ikut ke Kantor Polisi, " ucap salah seorang Polisi kepada Sonia. Sedangkan Polisi yang lain mulai mengevakuasi mayat Devan. Dan sebagian lagi menggiring Rinjani masuk kedalam mobil polisi. Kemudian, Polisi itu membawa Rinjani ke kantor Polisi.
___________________________
Berawal ketika Gilang memperkenalkan Devan kepada Rinjani siang itu.
Sebelum istirahat, sebuah notif pesan terdengar dari handphone Rinjani. Sekilas Rinjani melirik layar handphone yang terletak di sudut kanan meja kerjanya. Ada nama Gilang di sana. Segera Rinjani meraih handphone tersebut dan membukanya dengan cepat.
Memang semua yang menyangkut Gilang menjadi prioritas dalam hidup Rinjani.
[Rin, makan siang bareng yok!] isi pesan dari Gilang.
Dengan senyum yang mengembang Rinjani membalas pesan Gilang.
[Siapa takut? ] ketik Rinjani
[Ku tunggu di cafe one and one, ] notif ke dua masuk ke handphone Rinjani
[Oke! ] balas Rinjani
Rinjani segera menyusun semua buku-buku, yang tadi dia serakkan di meja untuk melihat catatan pesanan yang masuk hari ini. Kemudian Rinjani berlari ke kamar mandi untuk memeriksa riasan di wajahnya dan juga Pakaian yang melekat di tubuhnya.
"Sempurna! " ucap Rinjani sebelum meninggalkan cermin yang ada di kamar mandi.
Sambil bernyanyi kecil, Rinjani terus melaju di antara pengguna jalan raya. Rinjani mengendarai mobil Chevrolet camaro RS yang berhasil dia beli tahun lalu.
Begitu Rinjani sampai di parkiran cafe One and One, pandangan Rinjani telah menangkap wajah tampan Gilang. Rinjani diam beberapa saat untuk menikmati pemandangan yang tidak pernah membuatnya merasa bosan.
Hari itu Gilang mengenakan blazer hitam yang di padu dengan celana hitam dan kaos putih sebagai baju dalaman nya.Rambut Gilang memang selalu tertata rapi seperti itu.
"Wah ganteng nya..., " puji Rinjani dalam hati.
Rinjani memaksakan turun dari mobil karena tidak ingin membuat Gilang terlalu lama menunggunya.
"Sudah sampai toh? silahkan duduk dan pilih menu mu, " ucap Gilang sebagai kata sambutan kepada Rinjani.
Rinjani pun segera menuruti apa yang Gilang katakan.
"Hari ini mau makan soto medan saja di tambah nasi putih, " ucap Rinjani.
Ya. Soto medan di cafe itu terkenal dengan rasanya yang gurih. Jadi kalau sedang ke cafe itu, Rinjani seringan memesan soto medan.
"Samakan saja, pesankan untukku juga, " ucap Gilang kepada Rinjani.
Rinjani pun segera memanggil pelayan yang kebetulan melintas di meja mereka dan membuat pesanan mereka.
"Bagaimana dengan hari mu?" tanya Gilang persis dengan pertanyaannya pada pertemuan-pertemuan mereka sebelumnya.
"Yah..., begini saja, tidak ada yang istimewa, " jawab Rinjani.
"Sudah sering saya bilang, hidup itu jangan terlalu kaku, " ucap Gilang kembali menasehati Rinjani.
Rinjani hanya tersenyum. Rinjani sudah bosan mendengar kalimat itu keluar dari mulut Gilang.
Menurut Gilang, Rinjani itu orangnya terlalu serius. Dalam melakukan sesuatu maupun dalam hal asmara.
Ya. Memang Rinjani akui, Rinjani tidak suka mengerjakan sesuatu dengan semena-mena atau sesuka hati. Rinjani tidak mau waktunya terbuang dengan hal-hal yang tidak membuahkan hasil. Dalam hal asmara juga seperti itu. Sudah banyak hubungan yang dia bangun, tetapi selalu kandas di tengah jalan. Belum ada pria yang memenuhi kriteria Rinjani.
Bermacam-macam sikap dan sifat yang membuat Rinjani tidak merasa betah dengan hubungannya yang sebelumnya. Satu hal yang paling membuat Rinjani tidak bisa menolerir kesalahan seorang pria adalah KESETIAAN.
Bila seorang pria terlihat ada unsur tertarik dengan wanita lain, secepat mungkin Rinjani melemparkan kisah mereka ke laut dan tidak menerima maaf.
"Hei bro! sini, sini, " ucap Gilang sambil melambaikan tangannya kepada pria yang baru muncul di pintu cafe tersebut.
Pria itu sedikit berlari mendekat kearah meja mereka.
"Sory telat, " ucapnya sambil menarik kursi yang ada di samping Rinjani. Kemudian duduk disana.
"Kenalin Rin, ini temanku di pacuan kuda, " ucap Gilang kepada Rinjani.
Pria itu lalu menjulurkan tangannya kepada Rinjani. Rinjanipun menyambut tangan pria tersebut.
"Rinjani, " ucapnya memperkenalkan dirinya
"Devan, " balas pria itu.
Wajah pria yang bernama Devan itu begitu tampan,dan terlihat laki. Persis dengan wajah-wajah pria tampan yang dikisahkan di novel-novel romantis.
"Devan mau makan apa? cepat di pesankan mumpung pesanan kami belum diantar, "ucap Gilang.
Devan pun segera melambaikan tangannya memanggil pelayan cafe.
" Saya mau ikan saos tambah nasi putih, "ucapnya kepada pelayan menyebutkan pesanannya.
"Apa kalian sudah mencicipi minuman yang baru diluncurkan cafe ini? "tanya Devan kepada Rinjani dan Gilang.
Gilang langsung menggelengkan kepalanya.
" Kalau Rinjani? "tanya Devan kepada Rinjani.
Rinjani sempat terkejut mendengar Devan menyebutkan namanya dengan luwes.
" Belum, "jawab Rinjani.
" Kalau begitu, Telang coffe lattenya tiga, "ucap Devan kepada pelayan yang setia menunggui pesanan Devan yang belum final.
" Apa ini Rinjani yang sering kamu ceritakan? "tanya Devan kepada Gilang
" He-em, "jawab Gilang sambil menganggukkan kepalanya.
Hati Rinjani terasa berdesir mengetahui kalau Gilang sering membawanya dalam ceritanya. Tapi dalam hal apa?
" Kamu sering ya menjelek-jelekkan aku kepada teman-temanmu? "tanya Rinjani pada Gilang dengan mata yang melotot.
" Apa lagi? memang hanya itu yang kamu punya kan? "jawab Gilang enteng.
Seketika Rinjani memanyunkan bibirnya dengan wajah yang terlihat kesal.
" Coba pikir, wanita secantik Rinjani masih jomblo di usianya yang ke dua puluh lima tahun, cuma gara-gara dua orang pria menghiatinya," tutur Gilang kepada Devan.
" Bukan dua, tapi tiga, "sela Rinjani
" Alan itu tidak termasuk, perpindahan keluarganya yang membuat hubungan kalian kandas di tengah jalan. Itupun kalau kamu bersedia LDRan waktu itu, hubungan kalian tidak akan putus, "celoteh Gilang.
"Kamu itu bisanya membuli aku terus, pokoknya laki-laki itu sama saja, siapa yang bisa jamin, kalau Alan betulan akan setia sama aku? apa bedanya dengan kamu? tiap caturwulan ganti pacar, "cerewet Rinjani yang kembali manyunkan bibirnya.
Devan tersenyum melihat tingkah Rinjani tersebut.
"Jangan meladeni Gilang, saya rasa kamu tidak seperti yang di ceritakannya, "ucap Devan berusaha menenangkan hati Rinjani.
" Hmmm, karena kamu belum kenal saja, tidak ada pria yang pas di hatinya. Dia ini terlalu pemilih. Teman saja memilih, apalagi pacar? "ucap Gilang.
" Kalau begitu, aku mendaftar jadi temanmu ya? siapa tahu lulus seleksi, "ucap Devan kepada Rinjani.
Rinjani nampak melirik Devan dari ekor matanya. Sikap yang di tunjukkan Devan tidak seperti sikap pria yang baru berkenalan dengannya. Para pria yang baru berkenalan dengan Rinjani akan sedikit menjaga wibawanya di depan Rinjani. Mungkin untuk mengimbangi wibawa yang di tunjukkan oleh Rinjani.
Namun tidak demikian dengan Devan. Devan terlihat sangat santai dan bersikap akran dengan Rinjani.
"Gimana? aku bisa mendaftar jadi calon temanmu tidak? " Devan mengulangi permintaanya, karena melihat Rinjani tidak menanggapi permintaannya.
"Apa susahnya jadi teman, kalau memang mau berteman dengan ku, ya, ayo!" jawab Rinjani.
"Oke, fix ya, kita teman? " ucap Devan memastikan.
Rinjani menautkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Devan yang terulur padanya sebagai tanda di mulainya persahabatan mereka.
"Kalau begitu, sebagai sahabat, bisa tidak aku minta nomor teleponmu? " pinta Devan.
Rinjani segera mengeluarkan handphonenya dari dalam tasnya, dan segera menunjukkan nomor handphonenya kepada Devan untuk segera di catat di dalam handphone Devan.
"Tumben kamu menerima orang jadi sahabatmu segampang ini? biasanya wajahmu terlihat jutek bila seorang pria minta nomor handphone mu, " ucap Gilang menyela perbuatan Rinjani.
"Kamunya aja yang selalu berpikiran negatif kepadaku. Nyatanya, aku ini memang orang baik yang ramah, " serang Rinjani. Dia tidak terima kalau Gilang mengatainya dengan wanita yang sombong.
Saya mengenalmu sejak kamu bayi, " ucap Gilang. Lany memandang wajah pria yang berbicara kepadanya dengan nanar. "Kamu lucu sekali, mana mungkin orang kaya sepertimi mengenal gadis yang terbuang sepertiku, " ucapnya Lany kemudian memuntahkan seleruh minuman keras yang di tenggaknya ke baju pria tersebut. Lany adalah bayi kecil yang dulu terletak di depan pintu rumah Gilang. Karena kesibukan orangtuanya, akhirnya bayi itu diserahkan orang tuanya ke Panti asuhan terdekat. Sejak melihat wajah bayi itu, Gilang telah jatuh hati kepada bayi perempuan tersebut. Dapatkah Gilang memenangkan hati Lany yang sudah terjerumus begitu dalam kedalam dunia malam dan prostitusi? kita simak sama-sama yukkk..
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
AREA DEWASA! YANG BELUM CUKUP UMUR, MINGGIR DULU YA, CARI BACAAN SESUAI UMURNYA. NEKAT BACA CERITA INI, DOSA TANGGUNG SENDIRI. Pertemuan Anne Mary yang masih berumur 18tahun dengan Marcio Lamparska, 30tahun dalam sebuah tragedi pembunuhan di Tokyo dimana Marcio sebagai pelaku pembunuhan dan Anne yang menjadi saksi matanya membuat hubungan antara Anne dan Marcio terikat dalam suatu kerjasama yang saling menguntungkan karena akibat dari tragedi pembunuhan tersebut, Anne yang merupakan orang terdekat dengan korban, tertuduh menjadi tersangka utama pembunuhan. Sebelum interpol menemukan dan menangkap Anne, Marcio bersama anak buahnya sudah terlebih dahulu menculik gadis itu dan membawanya ke Murcia, Spanyol, kediaman Marcio berada. Anne Mary yang memiliki otak jenius di atas rata-rata hanyalah seorang gadis muda yang sangat lugu, polos namun memiliki mulut yang tajam pedas dan kritis sedangkan Marcio yang tanpa dia sadari sudah jatuh cinta kepada gadis muda tersebut semakin membuatnya protektif menjaga dan memberikan pelatihan-pelatihan fisik pada Anne yang tentu saja semakin membangkitkan api dendam dalam diri Anne yang membara di dalam dadanya. Anne akhirnya bersedia membuka hatinya untuk menerima perasaan Marcio agar dia bisa lebih mudah untuk membunuh pria itu yang ternyata tanpa dia sadari masuk ke dalam perangkapnya sendiri, jatuh cinta pada Marcio. Bisakah Anne melupakan Touda Akira sepenuhnya, orang yang sudah menjadi korban pembunuhan Marcio, dimana Touda merupakan cinta pertama Anne yang mencintainya secara diam-diam dan melupakan balas dendamnya pada Marcio? Bagaimana dengan Iosef, tangan kanan musuh besar Marcio yang sejak pertama kali bertemu dengan Anne, memiliki perasaan tidak biasa terhadap gadis mungil itu. Iosef juga musuh yang pernah melukai Anne namun juga menyelamatkan gadis itu dari kematian. Demi menyelamatkan Marcio, Anne terpaksa ikut pergi dengan Iosef. Iosef yang lembut, perhatian, sangat posesif dan mencintai Anne dengan nyawanya. Cinta yang tulus dan abadi namun memahami jika gadis yang dia cintai tersebut masih mengukir nama Marcio di dalam hatinya. Dalam pelarian bersama Iosef, Anne tumbuh semakin kuat, tangguh dan sangat cantik mempesona. Ayunan pedangnya sangat cepat, akurat, dan sikapnya tegas, tidak segan membunuh siapapun yang menjadi tugas dalam misinya. Akankah pertemuan kembali Anne dan Marcio bisa menumbuhkan perasaan cinta dan kerinduan di antara mereka lagi atau mereka menjadi musuh yang akan saling membunuh? Ikuti terus cerita Anne Mary ini dari seorang gadis biasa yang jelek menjadi seorang gadis muda yang sangat cantik dan memukau namun sifatnya yang sangat tidak peka akan cinta membuat para pria yang terpikat padanya selalu salah paham akan sikapnya. “Ini bukan tentang cinta dan siapa yang kamu pilih, tapi kepada siapa kamu akan berkomitmen untuk memberikan hati yang kamu yakini dia bisa menjaga hatimu dengan sangat baik,” – Anne Mary. CERITA INI EXCLUSIVE HANYA ADA DI BAKISAH!
BERISI BANYAK ADEGAN HOT! Rey pemuda berusia 20 tahunan mulai merasakan nafsu birahinya naik ketika hadirnya ibu tiri. Ayahnya menikah dengan wanita kembar yang memiliki paras yang cantik dan tubuh yang molek. Disitulah Rey mencari kesempatan agar bisa menyalurkan hasratnya. Yuk ikuti cerita lengkapnya !!
Kemudian Andre membuka atasannya memperlihatkan dada-nya yang bidang, nafasku makin memburu. Kuraba dada-nya itu dari atas sampah kebawah melawati perut, dah sampailah di selangkangannya. Sambil kuraba dan remas gemas selangkangannya “Ini yang bikin tante tadi penasaran sejak di toko Albert”. “Ini menjadi milik-mu malam ini, atau bahkan seterusnya kalau tante mau” “Buka ya sayang, tante pengen lihat punya-mu” pintuku memelas. Yang ada dia membuka celananya secara perlahan untuk menggodaku. Tak sabar aku pun jongkok membantunya biar cepat. Sekarang kepalaku sejajar dengan pinggangnya, “Hehehe gak sabar banget nih tan?” ejeknya kepadaku. Tak kupedulikan itu, yang hanya ada di dalam kepalaku adalah penis-nya yang telah membuat penasaran seharian ini. *Srettttt……
Cerita bermula, ketika Adam harus mengambil keputusan tinggal untuk sementara di rumah orang tuanya, berhubung Adam baru saja di PHK dari tempat ia bekerja sebelumnya. "Dek, kalau misalnya dek Ayu mau pergi, ngga papa kok. " "Mas, bagaimanapun keadaan kamu, aku akan tetap sama mas, jadi kemanapun mas pergi, Aku akan ikut !" jawab Ayu tegas, namun dengan nada yang membuat hati kecil Adam begitu terenyuh.
Untuk memenuhi keinginan terakhir kakeknya, Sabrina mengadakan pernikahan tergesa-gesa dengan pria yang belum pernah dia temui sebelumnya. Namun, bahkan setelah menjadi suami dan istri di atas kertas, mereka masing-masing menjalani kehidupan yang terpisah, dan tidak pernah bertemu. Setahun kemudian, Sabrina kembali ke Kota Sema, berharap akhirnya bertemu dengan suaminya yang misterius. Yang mengejutkannya, pria itu mengiriminya pesan teks, tiba-tiba meminta cerai tanpa pernah bertemu dengannya secara langsung. Sambil menggertakkan giginya, Sabrina menjawab, "Baiklah. Ayo bercerai!" Setelah itu, Sabrina membuat langkah berani dan bergabung dengan Grup Seja, di mana dia menjadi staf humas yang bekerja langsung untuk CEO perusahaan, Mario. CEO tampan dan penuh teka-teki itu sudah terikat dalam pernikahan, dan dikenal tak tergoyahkan setia pada istrinya. Tanpa sepengetahuan Sabrina, suaminya yang misterius sebenarnya adalah bosnya, dalam identitas alternatifnya! Bertekad untuk fokus pada karirnya, Sabrina sengaja menjaga jarak dari sang CEO, meskipun dia tidak bisa tidak memperhatikan upayanya yang disengaja untuk dekat dengannya. Seiring berjalannya waktu, suaminya yang sulit dipahami berubah pikiran. Pria itu tiba-tiba menolak untuk melanjutkan perceraian. Kapan identitas alternatifnya akan terungkap? Di tengah perpaduan antara penipuan dan cinta yang mendalam, takdir apa yang menanti mereka?