Akibat perceraian kedua orangtuanya. Suara, yang masih berusia 12 tahun harus tinggal sendirian di sebuah rumah tua yang sudah lama kosong. Karena, ibunya harus bekerja demi menyambung hidup, serta untuk biaya pendidikannya. Sedangkan, sang ayah, yang sebenarnya adalah ayah tiri, terus mengancam sang ibu. Sehingga, Suara lah yang kena dampak menerima serangan gaib, dari mantan ayah tiri, dan juga menerima banyak gangguan dari penghuni rumah tua yang ditempatinya setiap malam. Lalu, apa tanggapan ibu, saat Suara mengadukan hal tersebut? Apakah sang ibu percaya? Atau, justru menganggap anak sudah gila? Akankah ada seseorang yang akan menolong Suara? Atau, ia harus berjuang sendiri demi dapat keluar dari masalahnya. Karena, sejak kecil hingga dewasa suara sudah diikuti oleh banyak bangsa lelembut. Serta, tanpa ia sadari, ia memiliki pendamping yang tak kasat mata.
Sebenarnya, aku bukanlah murit yang bandel. Tapi, karena
teman-temanku suka membangkang dengan peraturan sekolahan yang ada, lambat laun akupun juga terbawa oleh mereka.
Seperti biasa. Di hari Kamis aku mengikuti kegiatan
extrakulikuler pencak silat, yang ada di SMP ku. Kegiatan dimulai pada jam satu. Tapi, jam satu kurang lima menit, aku malah memesan baso sama teman-temanku di kantin sekolahan.
Belum juga habis separo, baru makan satu butir pentol aja, kakak
pelatih sudah datang. Bingung pasti, antara mau dibuang atau dimakan.
Dibuang sayang mau dimakan panas banget.
Takut kena hukumuman suruh dowwer sampai dua kali putaran
lapangan sepak bola lagi, dengan mantap kutinggalkan tuh, makanan favorit sejuta umat. Aku bergegas ke kamar mandi wanita untuk ganti seragam pencak.
Karena sudah penuh, dan hanya ada satu kamar mandi yang tersisa, dan kabarnya, kamar mandi satu ini memang keramat tak boleh di masukki. Tapi, terpaksa
aku memasukkinya. Karena masih enneg dengan hukuman minggu lalu, aku sampe lemes dan muntah-muntah, si pelatih gak kasih ampun. Jadi, pura-pura aja gak
sanggup lagi, padahal males. 🤪
Mengenai kamar mandi keramat ini, kabarnya dulu, dulu banget
tepatnya kapan juga aku tidak tahu. Ada seorang siswi yang melahirkan di kamar mandi ini. Dan membuang bayinya yang masih hiddup ke dalam wc. Walau sempat
bingung juga, kulihat lubang wc segitu, terus, bayinya segede apa kok bisa bisa masuk? Apa mungkin dia lahiran premature?
Next. Tak lama kemudian, setelah bayi itu hanyut ke dalam
closet si ibu berteriak histeris. Keesokannya ditemukan sudah dalam keadaan tak bernyawa oleh penjaga sekolah. Sejak saat itu, banyak desas desus kalau di sekitar toilet itu angker. Banyak yang melihat penampakan seorang wanita
menggendong anak, kadang juga seorang anak yang berlari-lari sambil tertawa sendiri. (gak tau, waras apa tidak.)
Tidak terjadi masalah saat aku ganti baju di sana. Sampai
keluarpun juga tetap semua baik-baik saja. Padangan mata juga tidak berubah. Wajah teman ya, masih tetap dengan wajahnya masing-masing. Tidak berubah angker, apalagi horor.
Tapi, saat mendengarkan kakak Pembina marah pada kami yang
bandel tadi, tiba-tiba saja kok pengen ketawa. Mana gak bisa ditahan lagi,
padahal ga ada yang lucu, gak ingat kejadian lucu dan tidak ada yang
menggelitiki perut.
Akhirnya tertawa pun tak dapat dihindari. Aku tertawa ngakak
sampe jungkir balik saat latihan, jam istirahat pun juga masih ngakak. Jangan tanya bagaimana reaksi teman-teman. Apalagi para pelatih yang galaknya au ah... gak usah diceritain. takut yang bersangkutan keselek.
mereka marah besar padaku. Tapi, apa daya, aku tak bisa menghentikan tawaku sampai kegiatan berakhir. Jam lima sore, ya hanya aku tertawakan saja.
Karena aku ke sekolah naik angkutan umum, horror banget, kan kalau aku terus tertawa. Nanti yang ada dikira stress lagi. Padahal
waras, dan tertawa bukan mauku. Tapi, itu juga di luar kenadaliku.
Aku memberanikan diri meminta salah satu kakak pelatih yang
naik motor untuk mengantarkanku kembali ke kos-kosan. Ya, masih kelas satu SMP
bahkan aku dulu sudah jadi anak kos. Karena orang tua tinggal di luar kota.
"Mas, minta tolong dong. Perutku sakit, nih. Anterin aku
pulang, ya?" ucapku memohon.
Kulihat dari raut wajah mas Ahmad (nama samaran) juga santai
saja. Tidak keberatan.
"Ya sudah, ayo sini kuantar."
Akupun naik ke atas motor bebek dan masih saja tertawa.
Padahal ga ada yang lucu, sebenarnya aku juga lelah. Soal do'a, jangan tanya
lagi, ayat kursi, al-fatehah juga sudah kubaca berulang kali sampai kubayangkan
siksa kubur. Tapi, gak mempan.
Begitu motor yang kami naiki sudah keluar dari pagar
sekolah, tertawaku sudah berkurang tak separah sebelumnya. Terlebih setlah melewati taman bacaan yang letaknya kurang lebih limaratus meter dari sekolahanku, aku sudah bisa diam. Tinggal perut aja, rasanya kaya kram.
"Kok diam, gak ketawa lagi, Ra?" tanyanya, memulai percakapan.
"Gak," jawabku singkat. Karena lemes, perut juga sakit.
"Kamu kenapa sih, tadi itu kok tiba-tiba saja ketawa kek
orang kesurupan? Kamu sadar tidak sih tadi itu?"
Sepertinya dia mulai kepo dengan apa yang terjadi padaku.
Tapi, karena aku berfikir dia hanya ingin tahu saja, bukan peduli, ya sudahlah.
Diam lebih baik. Gak usah dijawab. Kalau pun dia ngambeg dan menurunkan aku di
sini. Tigaratus meter lagi juga sudah sampai di tempat tinggalku.
Ternyata dia cukup baik juga jadi orang. Dia tidak
menurunkanku di tengah jalan. Melainkan tepat di depan pagar rumahn yang aku
tinggali.
"Benar ini, kan rumah kamu?" tanyanya sambil melihatku yang
tiba-tiba saja diam. Mungkin dia sudah berfikir macam-macam tentangku. Tapi, aku ini normal tidak apa-apa. Cuma lemes saja.
"Iya, benar Mas. Makasih, ya?" ucapku dan langsung ngeloyong
begitu saja memasuki pagar dan membiarkan dia tetap di depan pagar tanpa kuajak
basa-basi mampir dulu. Aku takut, gimana kalau nanti dia mampir beneran? Yang
ada nanti malah dikira orang sekitar kami ngapa-ngapain lagi.
Oh, iya. Mas Ahmad itu salah satu pelatih yang baik dan sabar. Dia orangnya tinggi, besar berkulit putih matanya sipit. Kaya orang cina. Padahal, aslinya, aku gak tahu, belum pernah nanya. Dia masih sekolah, kalau tidak salah dia kelas dua SMK.
Dengan rasa jengah dan bosan aku menapakki tangga rumah dan
menaiki teras yang cukup tinggi. Kira-kira satu meteran. Selama dua bulan sudah aku menempati rumah tua ini. Rumahnya besar, memanjang ke samping seperti ada
dua ruang tamu dan dia pintu masuk, yang maha luas tapi, kamarnya sempit, hanya muat dimasuki satu
tempat tidur berukuran 200x140cm an dan satu meja kecil, yang bahkan untuk aku
belajar juga tidak muat dengan buku-bukuku, itu sudah cukup sesak. Khas sekali dengan bangunan
kuno.
Di rumah ini ada dua dapur. Yang bagian depan dapur digunakan untuk
memasak menggunakan kompor. Tempatnya juga luas banget, dan ke belakang lagi
ada pintu di sana ada tempat mencuci piring dari semen, dan dua buah tungku yang berjajar.
Jika kalian penasaran dengan kejadian aneh yang ada di sini,
yang tentunya kualami sendiri, jangan tanya. Banyak. Sampai aku sebagian besar lupa. Saking banyaknya.
Selain model rumahnya yang kuno, letak bangunan ini juga ke
dalam banget jauh dari jalan raya. Samping kebun yang luas dan belakang rumah ada rimbunan pohon bambu.
kiri kanan kebun. Jadi, kalau malam hari ya sunyi. Sekalipun Cuma serratus
limapuluh meter ke depan sudah jalan raya. Tapi, kalau malam ya gelap. Akan terasa jauh jika seandainya dikejar setan.
Aku juga heran, kenapa ibuku mencarikan aku tempat kok kaya
gini. Sebelumnya memang aku ngekos. Tapi, si pemilik kosnya julid. Skip aja,
terlalu sakit kalau diceritain. Jadi, dia memindahkanku di tempat ini. Tempat
yang sebenarnya lebih cocok untuk uji nyali daripada tempat untuk beristirahat kala lelah dari pulang sekolah.
Ku lempar tas ke atas kursi tua, dan aku segera masuk ke
dalam kamar yang hanya ditutup dengan kelambu warna kuning dan menghempaskan
badanku di atas kasur kapuk yang ditutupi dengan sprei batik. Adem dan nyaman memang. Tapi, tak bisa kuteruskan. Atau, aku malah ketiduran, karena ini juga sebentar lagi sudah magrib.
Dengan lngkah berat dan malas kulangkahkan kakiku yang
tearasa berat ini menuju kamar mandi. Ya, badan sakit semua karena walau
keadaan tak sadar dan terus tertawa para pelatih tetap melatihku dengan keras tadi. Tapi, ada keanehan. Biasanya orang yang tertawa itu lemah. Cuma, aku tadi bisa menang saat adu gulat.
Meskipun sudah berkali-kali dilabrak oleh istri sah dari pria yang dia goda, Alana masih saja tak jera. Entah, mungkin dia telah mengidap gangguan jiwa, di mana penderitanya merasa bahagia dan senang jika telah dilabrak, dan dihajar di depan umum oleh wanita yang prianya telah berhasil dia tiduri. Bangaa karena hebat dan cantik, adalah hal pertama yang terlintas di benak wanita berusia dua puluh dua tahun tersebut. Kegilaan Alana dalam menggoda suami kaya tak juga mereda. Meskipun dia juga sempat dilarikan ke IGD karena mendapat perlakuan yang brutal dari Irma, seorang istri yang telah membabi buta mendapai suaminya telah berhubungan intim dengannya di sebuah hotel.
Tidak ingin terus-menerus sakit hati, akhirnya Amora meninggalkan Gio yang penuh dengan drama dan kepalsuan dalam hubungan. Dia memilih menikahi Marcel, pria biasa saja dan terkesan cupu, yang merupakan sahabatnya sendiri. Dengan harapan, dia akan dijadikan ratu dalam rumah tangga, karena ketulusan dan rasa aman yang diberikan pria itu selama ini. Tapi, siapa sangka. Kebaikan pria itu hanyalah sebuah topeng. Pernikahan yang diharapkan bahagia justru jadi derita. Karena ternyata Marcel tidak sebaik seperti yang dia kenal selama ini. Di tambah kedatangan wanita di masa lalu Marcel yang terus berusaha membuat hubungan keduanya semakin hancur, dengan dukungan dari kedua orangtua Marcel. Membuat Amora menjadi kian hancur dan trauma akan pernikahan. Namun, Amora dipaksa oleh keadaan agar tetap bertahan supaya anak dalam kandungannya tidak terlahir tanpa seorang ayah.
Ketika mereka masih kecil, Deddy menyelamatkan nyawa Nayla. Bertahun-tahun kemudian, setelah Deddy berakhir dalam keadaan koma akibat kecelakaan mobil, Nayla menikah dengannya tanpa berpikir dua kali dan bahkan menggunakan pengetahuan medisnya untuk menyembuhkannya. Selama dua tahun, Nayla setia, mencari kasih sayangnya dan ingin melunasi utang budinya yang menyelamatkan nyawanya. Akan tetapi ketika cinta pertama Deddy kembali, Nayla, yang dihadapkan dengan perceraian, tidak ragu untuk menandatangani surat perceraian. Meskipun dicap sebagai barang bekas, hanya sedikit yang tahu bakatnya yang sebenarnya. Dia adalah seorang pengemudi mobil balap, seorang desainer terkenal, seorang peretas jenius, dan seorang dokter ahli. Menyesali keputusannya, Deddy memohon pengampunannya. Pada saat ini, seorang CEO yang menawan turun tangan, memeluk Nayla dan menyatakan, "Enyah! Dia adalah istriku!" Terkejut, Nayla berseru, "Apa katamu?"
Setelah diusir dari rumahnya, Helen mengetahui bahwa dia bukanlah putri kandung keluarganya. Rumor mengatakan bahwa keluarga kandungnya yang miskin lebih menyukai anak laki-laki dan mereka berencana mengambil keuntungan dari kepulangannya. Tanpa diduga, ayah kandungnya adalah seorang miliarder, yang melambungkannya menjadi kaya raya dan menjadikannya anggota keluarga yang paling disayangi. Sementara mereka mengantisipasi kejatuhannya, Helen diam-diam memegang paten desain bernilai miliaran. Dipuji karena kecemerlangannya, dia diundang menjadi mentor di kelompok astronomi nasional, menarik minat para pelamar kaya, menarik perhatian sosok misterius, dan naik ke status legendaris.
Untuk memenuhi keinginan terakhir kakeknya, Sabrina mengadakan pernikahan tergesa-gesa dengan pria yang belum pernah dia temui sebelumnya. Namun, bahkan setelah menjadi suami dan istri di atas kertas, mereka masing-masing menjalani kehidupan yang terpisah, dan tidak pernah bertemu. Setahun kemudian, Sabrina kembali ke Kota Sema, berharap akhirnya bertemu dengan suaminya yang misterius. Yang mengejutkannya, pria itu mengiriminya pesan teks, tiba-tiba meminta cerai tanpa pernah bertemu dengannya secara langsung. Sambil menggertakkan giginya, Sabrina menjawab, "Baiklah. Ayo bercerai!" Setelah itu, Sabrina membuat langkah berani dan bergabung dengan Grup Seja, di mana dia menjadi staf humas yang bekerja langsung untuk CEO perusahaan, Mario. CEO tampan dan penuh teka-teki itu sudah terikat dalam pernikahan, dan dikenal tak tergoyahkan setia pada istrinya. Tanpa sepengetahuan Sabrina, suaminya yang misterius sebenarnya adalah bosnya, dalam identitas alternatifnya! Bertekad untuk fokus pada karirnya, Sabrina sengaja menjaga jarak dari sang CEO, meskipun dia tidak bisa tidak memperhatikan upayanya yang disengaja untuk dekat dengannya. Seiring berjalannya waktu, suaminya yang sulit dipahami berubah pikiran. Pria itu tiba-tiba menolak untuk melanjutkan perceraian. Kapan identitas alternatifnya akan terungkap? Di tengah perpaduan antara penipuan dan cinta yang mendalam, takdir apa yang menanti mereka?
Istriku Lidya yang masih berusia 25 tahun rasanya memang masih pantas untuk merasakan bahagia bermain di luar sana, lagipula dia punya uang. Biarlah dia pergi tanpaku, namun pertanyaannya, dengan siapa dia berbahagia diluar sana? Makin hari kecurigaanku semakin besar, kalau dia bisa saja tak keluar bersama sahabat kantornya yang perempuan, lalu dengan siapa? Sesaat setelah Lidya membohongiku dengan ‘karangan palsunya’ tentang kegiatannya di hari ini. Aku langsung membalikan tubuh Lidya, kini tubuhku menindihnya. Antara nafsu telah dikhianati bercampur nafsu birahi akan tubuhnya yang sudah kusimpan sedari pagi.
Warning 21+ Harap bijak memilih bacaan. Mengandung adegan dewasa! Bermula dari kebiasaan bergonta-ganti wanita setiap malam, pemilik nama lengkap Rafael Aditya Syahreza menjerat seorang gadis yang tak sengaja menjadi pemuas ranjangnya malam itu. Gadis itu bernama Vanessa dan merupakan kekasih Adrian, adik kandungnya. Seperti mendapat keberuntungan, Rafael menggunakan segala cara untuk memiliki Vanessa. Selain untuk mengejar kepuasan, ia juga berniat membalaskan dendam. Mampukah Rafael membuat Vanessa jatuh ke dalam pelukannya dan membalas rasa sakit hati di masa lalu? Dan apakah Adrian akan diam saja saat miliknya direbut oleh sang kakak? Bagaimana perasaan Vanessa mengetahui jika dirinya hanya dimanfaatkan oleh Rafael untuk balas dendam semata? Dan apakah yang akan Vanessa lakukan ketika Rafael menjelaskan semuanya?
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?