tak lupa ku cek. Setelahnya, aku duduk menunggu waktu Isya. Kutatap jam tua berwarna merah hati yang warnanya sudah kusa
apa yang aku bosankan? Aku selalu begin
menyukai saja saat ini. Karena setiap malam rasa takut dan pe
tak punya teman selain sepi. Jika ramai, it
zan Isya yang berkumandang dari mushola yang letakknya
holat. Antara senang, tak akan ada lagi setan mengganggu karena
buku katakana tadi. Dan... agar makhluk halus yang menghuni rumah kuno yang kute
u. Aku juga tidak mendengar suara yang aneh. Tapi, suara meja r
malah kepikiran gini, "Siapa yang mainan meja? Gimana tuh nanti kalau sotoku tumpah? Eman banget. Masi
u tinggal sendirian, jendela rumah dan pintu juga sudah aku kunci.
h terbata-bata. Orang jawa nyebutnya blekak-blekuk dengan harapa
goyang-goyangkan. Puncaknya, aku mendengar suara benda dari kaca
juga tidak tahu di mana. Suaranya seperti di luar, antara
ti ayam yang baru saja dicabuti bulunya. Aku diam, menajamkan ind
itu masih tidak puas melempari aku bangkai ular besar
aya saja, biasanya masih terdengar suara anak band dari salah satu ruko yang disulap menjadi studio musik kecil itu. Kenapa
Sruuugh....
, lewat mana?' batinku. Aku sangat ketakutan, bergerak saja rasanya gak
ai tersibak. Aku takut, jika sosok di depan kamarku melihatku, dan melakukan hal buruk padaku.
i luar, kenapa selambu kamarku ikut tertiup? Lewat mana an
Karena, walau ada angin yang kencang memainkan selambu, udara di sini sangat panas. Untuk meraih kertas buat kipasan aku tidak berani. Jangankan bergerak, menutup ma
diam, membiarkan hawa panas ini, dan
eratur udara panas saja yang rasanya kian meningkat. ingin rasanya melepas Milna satin yang kugunakan ini. Tapi,
rap segera pagi. tak apa, jika aku nanti haru
tok...
nang dan berdamai dengan apa yang baru saja menimpaku ti
took...
Tapi, aku diam. Aku takut itu hantu yang be
lukaiku, Atau mungkin bapak tiriku yang ingin bernegosias
suara apapun. Jika itu orang berniat jah
ja tidak menyerah. Ia tetap m
an bertahan dalam posisimu saat ini