Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Dia Canduku
Dia Canduku

Dia Canduku

5.0
151 Bab
57.3K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Malam itu tanpa diketahuinya, Amira telah dijual sang suami dalam keadaan setengah sadar pada pengusaha yang tengah membutuh wadah pelampiasan. Yah, malam itu mereka bergelut layaknya sepasang suami istri pada umumnya. Ternyata eh ternyata kejadian malam panas itu terus merasuki pikiran Raka di setiap kesendiriannya. Seminggu setelah kejadian malam itu, mereka dipertemukan kembali di rumah Raka sendiri. Kira-kira bagaimana nih kelanjutannya? Yuk simak terus jalan ceritanya! Cover by pixabay

Bab 1 Malam Yang Panas

Malam itu di saat Raka tengah melakukan pertemuan di luar kota. Tanpa diduga-duga sang klien telah menjebaknya. Wanita itu dengan sengaja mencampurkan obat perangsang ke dalam minumannya.

Setelah Raka meminumnya, dia segera pamit ke toilet dan tidak kembali lagi.

Mulanya Raka merasakan sedikit pusing. Namun, lama-lama tubuh Raka merasa gerah dan panas. Dia begitu gelisah sekali.

"Hey, kamu kenapa, Pak Bos?" ledek Joe tersenyum. Dia bersikap biasa karena hanya berdua saja dengan Raka.

"Entahlah, aku merasa ada yang aneh dengan tubuhku." Raka mengusap peluh di keningnya.

"Maksudmu, aneh bagaimana?" tanya Zoe serius. Dia tak lagi meledeki Raka. Malah sekarang dia merasa cemas dan khawatir.

"Awalnya, aku merasa pusing. Lalu, tubuhku terasa gerah dan panas. Dan sekarang si junior seperti bereaksi," jelas Raka mulai meringis.

"Hah, jangan bilang kalau kamu terpengaruh obat perangsang?" tanya Joe terkejut bukan kepayang. Dia otomatis bangkit dari kursi.

"Ayo cepat kita kembali ke Villa dahulu," ajak Raka tak tahan.

"Baik!" Joe segera memapah Raka.

Di Villa Raka sudah berusaha menumpahkan hasratnya sendiri di kamar mandi. Namun, usahanya tidak sepenuhnya berhasil. Reaksi obat tersebut masih terus bekerja.

"Ah, usahaku belum berhasil! Yang ada dia malah semakin mengembang saja!" gerutu Raka keluar dari kamar mandi. Tubuhnya tetap terasa panas, bahkan mulai menggigil. Dia merasa kalau malam ini dia akan mati sia-sia.

Joe selaku sekertaris dan assisten pribadinya dibuat pusing tujuh keliling. Dampak dari obat perangsang tersebut begitu cepat menjalar ke tubuh Raka.

"Waduh, bagaimana ini? Jika aku menjemput istrimu yang ada itu tidak mungkin. Kita sekarangkan sedang di luar kota. Bagaimana kalau aku carikan wanita di daerah sini saja?" saran Joe terpaksa mencari seorang wanita untuk melampiaskan hasrat bos sekaligus sahabatnya ini untuk menyelamatkan hidupnya.

"Terserahmu saja! Cepat pergilah!" usir Raka pasrah. Yang terpenting baginya saat ini adalah pelampiasan.

"Oke." Joe segera berlari tergesa-gesa keluar dari kamar.

Raka segera menjatuhkan tubuhnya di atas kasur empuk. Tubuhnya langsung meringkuk karena harus kuat menahan gejolak yang terus menyiksa.

Sudah hampir setengah jam berlalu, namun belum juga ada tanda-tanda kedatangan Joe. Raka semakin dibuat kelimpungan.

"Uh, lama sekali Zoe mencari satu wanita saja yang bersedia melayaniku. Apa dia sengaja ingin membunuhku secara perlahan, ah!" gerutu Raka kesal.

Tangannya terus mencengkram kuat sesuatu yang semakin mengeras. Buliran-buliran keringat terus mengucur dari tubuhnya. Berulang kali dia mengganti posisi tubuhnya menghadap kanan dan kiri karena benar-benar tak kuasa lagi menahannya.

"Dasar wanita sialan! Sebenarnya, motif dan tujuannya itu apa meracuni minumanku tadi? Kalau dia menginginkan aku ... tak mungkin dia pergi begitu saja setelah meracuniku," umpat Raka bertanya-tanya.

Dia begitu marah dan kesal akibat perbuatan wanita tersebut.

"Awas saja, esok akan aku selidiki dia? Jangan harap dia bisa tersenyum lagi seperti tadi, ah." Raka kembali mengerang.

Ceklek!

Pintu kamar tempat Raka berbaring dibuka seseorang. Raka segera menengoknya. Ternyata, yang datang adalah Joe sekertaris sekaligus assisten pribadinya.

"Hey, sebegitu menderitanya kamu? Sampai-sampai wajahmu pucat seperti akan mati saja," ledek Joe terkekeh. Dia menghampiri ranjang Raka. Dia dan Raka sudah bersahabat sejak kecil makanya saat sedang berdua mereka tampak akrab dan biasa saja. Karena sudah berhasil menemukan target, sengaja Joe meledeki Raka.

"Sialan kau! Mana wanitanya? Kenapa kau malah datang sendirian?" gerutu Raka dengan bibir bergetar. Kali ini dia benar-benar sudah tak kuat lagi menahannya.

"Haha, sabar! Dia sebentar lagi sampai kemari. Oh ya, sebaiknya aku ganti saja penerangannya agar wanita itu tidak curiga," jelas Joe langsung mematikan lampu utama. Lalu, menggantinya dengan lampu kamar yang remang-remang.

"Maksudmu apa? Apa wanita yang kau sewa adalah wanita baik-baik? Atau jangan-jangan dia ... ah!" Reaksi obatnya semakin menyiksa tubuh Raka.

"Tentulah dia wanita baik-baik. Mana mungkin aku membiarkan sahabat plus bos besarku ini tertular penyakit dari wanita malam," jawab Joe terkekeh. Sementara Raka diam seribu bahasa merasakan tubuhnya yang semakin panas.

Tak lama terdengar derap langkah seseorang yang semakin dekat. Joe yakin kalau yang datang pasti orang sewaannya. Dia segera meminta izin kepada Raka untuk mengeceknya.

"Sepertinya, pasienmu sudah datang. Aku tinggal dulu ya? Oh ya, ingat perlakukan dia dengan lembut. Dengar-dengar dia itu masih virgin loh," goda Joe tersenyum geli. Tubuhnya membungkuk dengan posisi bibir di telinga Raka.

"Hemmm."

Joe segera memperbaiki posisinya lalu melangkah meninggalkan Raka. Sesampainya di depan pintu, berdirilah laki-laki mengenakan jaket kulit berwarna hitam sambil membopong tubuh wanita.

Wanita itu sepertinya setengah sadar. Matanya sesekali terbuka dan tertutup kembali. Mungkin laki-laki itu sudah memberinya minuman yang membuatnya seperti itu.

"Ayo buruan bawa dia masuk ke dalam!" perintah Joe cepat dengan suara lirih. Dia tak ingin wanita itu mengetahuinya.

Pria itu tak bersuara, dia hanya mengangguk patuh. Lalu, buru-buru melangkah masuk ke dalam kamar. Ketika dia hampir sampai di dekat kasur, wanita itu mengeluarkan suaranya.

"Mas, kita ini di mana? Kenapa lampunya remang-remang? Oh ya, kenapa kepalaku terasa berat?" tanya wanita itu bingung. Tubuhnya terus berkeringat karena merasa gerah sekali.

"Sudah, tak usah banyak protes. Yang terpenting kita akan menikmati malam yang panjang, Sayang!" bisik pria itu sangat lembut di telinganya.

"Terima kasih, Mas. Aku sangat mencintaimu," ucap wanita itu bahagia sekali. Setelah beberapa bulan menjalani pernikahan. Akhirnya, sang suami mau menyentuhnya.

"Hemmm."

Begitu sampai di dekat ranjang, pria itu segera meletakkan tubuh wanita itu di sana. Lalu, dengan mengendap-ngendap melangkah keluar meninggalkannya.

Wanita itu terdiam merasakan panas di tubuhnya yang semakin menjadi-jadi. Tangannya menyingkap baju atasan yang dia kenakan berharap bisa menyejukkan tubuhnya.

"Mas, kenapa tubuhku tambah panas begini, ah!" celoteh wanita itu kebingungan.

Raka tak menjawabnya. Dia merasa kalau wanita di sampingnya juga pasti sudah dicekoki obat agar tak sadar sudah melakukan hal itu pada pria lain.

Grebbbb!

Mendengar suara pintu tertutup, Raka segera mencoba bangkit dari posisinya. Lalu, mengamati wajah wanita yang samar-samar terlihat menggemaskan itu. Keringat yang terus mengucur dari tubuh sang wanita semakin membuatnya bergairah. Tanpa berpikir panjang, dia segera menjalankan aksinya. Sementara wanita itu hanya diam saja menikmatinya.

Namun, ketika Raka mulai ketujuan inti. Wanita itu berteriak histeris karena kesakitan. Tangannya mencengkram kuat seprai kasur. Darah segar mengalir begitu saja membasahi seprai tersebut. Sungguh Raka semakin mabuk kepayang. Ini merupakan kali keduanya, dia merasakan tubuh wanita yang masih suci.

"Astaga, ternyata dia masih suci. Bodoh sekali pria itu rela menjual wanitanya hanya karena uang semata," batin Raka terus beraksi. Bibirnya melengkung ke atas tanda merasa sangat puas. Dia seolah lupa dengan wanita yang jelas tengah termenung menunggu kepulangannya di rumah.

Satu jam telah berlalu, di dalam kamar Raka masih saja berkutat di atas kasur.

Sementara Joe dan pria itu tampak kesal menunggunya di luar. Pria itu seperti sedang merasa was-was. Mungkin, dia takut kalau istrinya itu akan segera sadar kalau efek obat yang diberikannya tadi sudah habis.

"Astaga, kenapa teman anda lama sekali? Ini sudah satu jam lebih! Saya takut kalau pengaruh obat yang saya berikan tadi sudah hilang efeknya. Bisa-bisa ketahuan dong perbuatanku ini," ucap pria itu gelisah.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 151 Kebahagiaan Hakiki   09-13 18:07
img
3 Bab 3 Gugup
10/06/2022
4 Bab 4 Ditagih
10/06/2022
5 Bab 5 Terpaksa
10/06/2022
6 Bab 6 Rencana
10/06/2022
7 Bab 7 Mulai Suka
10/06/2022
8 Bab 8 Keyakinan
13/06/2022
10 Bab 10 Mie Instan
17/06/2022
11 Bab 11 Kejadian Lagi
18/06/2022
12 Bab 12 Kejadian part 2
18/06/2022
13 Bab 13 Niat Baik Raka
18/06/2022
14 Bab 14 Karma
18/06/2022
15 Bab 15 Raka Vs Joe
18/06/2022
16 Bab 16 Siasat Joe
19/06/2022
17 Bab 17 Joe Vs Pelayan
19/06/2022
18 Bab 18 Pesan Raka
19/06/2022
19 Bab 19 Sembunyi
19/06/2022
20 Bab 20 Menghilang
19/06/2022
21 Bab 21 Sedikit Kasar
20/06/2022
22 Bab 22 Insiden
20/06/2022
23 Bab 23 Salah Duga
20/06/2022
24 Bab 24 Rasa Terpendam
20/06/2022
25 Bab 25 Tidak Lelah
21/06/2022
26 Bab 26 Suara Mistis
21/06/2022
27 Bab 27 Akal-akalan
21/06/2022
28 Bab 28 Efek Obat
22/06/2022
29 Bab 29 Perlu pewarna
23/06/2022
30 Bab 30 Sangat Malu
23/06/2022
31 Bab 31 Berantakan
01/07/2022
32 Bab 32 Please!
01/07/2022
33 Bab 33 Ingin Berbicara
02/07/2022
34 Bab 34 Menipu
02/07/2022
35 Bab 35 Lelaki Aneh
03/07/2022
37 Bab 37 Perjanjian
04/07/2022
39 Bab 39 Jam Tangan
05/07/2022
40 Bab 40 Aset Berharga
06/07/2022
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY