/0/6225/coverbig.jpg?v=20220609215553)
Tentang luka yang tak kunjung mereda, kesaksian cinta dan pengorbanan yang ada. Ini tentang Amora yang terlahir dari kehancuran keluarga, ini tentang Amora yang tak pernah merasakan kasih sayang orangtua dan ini tentang Amora yang selalu dipandang sebagai perempuan bahagia, padahal kenyataannya tidak. Amora pikir, dengan jatuh cinta pada Alfed, itu merupakan hal paling benar menurut keputusan, Amora pikir Alfed adalah penawar bagi luka yang diakibatkan oleh keluarga. Namun kenyataannya, itu semua tidak benar, Alfed adalah luka baru yang tumbuh di hati Amora. Amora ingin lepas, namun Alfed mencintainya, dan Alfed tak ingin melepaskannya.
Amora mengayunkan langkahnya menuju lift terdekat, senyumnya mengembang sempurna tatkala mengingat hari ini- merupakan hari dimana dirinya akan menemui sang kekasih secara diam-diam.
Ya, karena jika kekasihnya tau prihal ini semua - sudah dipastikan Amora gagal.
Posesif, overprotektif dan pencemburu- tiga kata yang menggambarkan Alfred, pria tampan yang sudah menjadi kekasihnya selama satu tahun ini.
Ting!
Pintu lift terbuka, jantung Amora rasanya berhenti berdetak kala melihat salah seorang pria yang tengah berciuman mesra dengan wanita, yang entah siapa itu. Pikirannya terus menyangkal, berusaha meyakinkan jika itu bukan kekasihnya.
Namun, semua itu pupus kala kedua insan itu menyudahi aktifitasnya di dalam lift.
Alfred...
Pria penabur luka beserta penawarnya
Alfred itu seperti racun terindah bagi Amora, sebesar apapun Alfred membuat kesalahan, sesering apapun Amora memaafkan.
"Pergilah, bitch!" titahnya membuat wanita itu melenggang pergi tanpa sepatah katapun, setelah melempar tatapan nakal ke arah Amora.
Alfred menahan lift yang hampir tertutup itu, lantas menarik Amora untuk masuk ke dalam lift bersamanya.
Hening.
Tak ada yang memulai pembicaraan diantara mereka, Amora yang tengah menyelami pikirannya tanpa peduli Alfred yang sudah melingkarkan lengan kekarnya di pinggang Amora- sedangkan Alfred, pria itu lebih memilih memandangi wajah cantik gadisnya.
"Mengapa harus selalu melakukan itu?" Satu pertanyaan terlontar dari mulut Amora, tak ada tangis - karena satu tahun ini sudah cukup melatih mental Amora untuk tetap baik-baik saja kala melihat hal yang sama.
"Kau tau aku, Mora! Jangan pancing aku," balas Alfred tegas, seolah tak ingin membahas perihal apa yang Amora lontarkan.
Hanya dengan satu tarikan nafas, Amora berhasil mengembalikan senyumnya, "Baiklah."
Ya, panggil saja si bodoh Amora. Karena memang dia sangat bodoh dengan terus menerima perlakuan yang Alfred berikan padanya, karena menurut Amora--
Cup!
Satu kecupan mendarat didahi Amora, Alfred menarik kedua sudut bibirnya, menampilkan seulas senyum yang begitu menawan, "Goodgirl!"
Manis.
Ya, begitulah Amora menilai Alfred.
"Mengapa datang tanpa seizin ku, hm? Aku bahkan bisa menjemput mu kapan saja," tutur Alfred bersamaan dengan terbukanya lift.
Keduanya berjalan menuju dimana apartemen Alfred berada, Amora yang menyadari tatapan Alfred seolah menunggu jawaban yang akan dirinya berikan, mulai kembali buka suara, "Aku bisa melakukan apapun sendiri, Alfred. Jangan berle--
"Tidak ada yang berlebihan, Amora! Kau yang keras kepala, pembangkang dan sulit ku atur!" Lagi dan lagi Alfred menukas ujaran Amora lantas berlalu masuk ke dalam Apartemen setelah memasukan beberapa digit pin.
Amora tak menyangkal, karena memang itulah dirinya.
Amora membiarkan pintu apartemennya kembali tertutup, saat setelah dirinya berhasil masuk. Tatapannya teralih pada Alfred yang kini tengah membuka Hoodienya tanpa menyisakan apapun, jangan lupakan tubuh kekar serta beberapa kotak pada bagian perutnya.
Sungguh memanjakan mata.
"Aku lapar," kata Amora tiba-tiba.
Tak ada jawaban dari Alfred, pria itu meraih ponselnya, lalu membiarkan jari-jarinya menari di atas layar, setelah itu kembali meletakan ponselnya di atas meja.
"Kau mau kemana?" Amora bertanya namun tetap tak mendapat jawaban dari pria itu.
Dengan berat hari, Amora berjalan dan duduk di atas sofa, tangannya terulur meraih ponsel yang sempat Alfred simpan di atas meja.
Hanya sekedar memasukan angka ulangtahunnya dan ponsel itu sudah dapat Amora gunakan tanpa harus mengatur ini dan itu, tentu saja karena seluruh pin yang Alfred gunakan merupakan tanggal ulang tahun Amora sendiri.
Bukankah itu romantis?
Amora membuka aplikasi yang sering kekasihnya gunakan untuk bertukar kabar, saat itu juga pemandangan layar ponsel disambut oleh berbagai gadis dari berbagai kalangan.
Tak ada yang salah, karena Alfred tampak tidak memberinya respon.
Namun, satu diantara ratusan pesan yang masuk, hanya satu yang membuat Amora mengepalkan tangannya erat.
Aprily || Semalam benar-benar menjadi malam panjang untuk kita, semoga dilain waktu kita dapat melaluinya lagi
Sebenarnya Alfred melakukan hal serupa tidak pada Aprily saja, mungkin sekitar 101 gadis yang sudah Alfred kencani, tidak sampai satu bulan - karena maksimal usia hubungan Alfred dan para korbannya adalah tiga hari setelah berada di atas ranjang.
Bagaimana dengan Amora? Entahlah, sampai saat ini Amora benar-benar tidak dibiarkan lepas dari genggaman Alfred.
Mungkin karena Alfred belum berhasil meniduri Amora di ranjang.
Tiba-tiba saja bel apartemen berbunyi, Amora hendak bangkit untuk membukakan pintu, namun Alfred sudah lebih dulu berjalan gontai seolah tidak membiarkan Amora membukakan pintunya.
Itu pasti pesanan mereka, dapat Amora lihat kekasihnya yang sudah menentang beberapa Tote bag ditangannya.
"Mengapa kau harus mendiamkan ku, Alfred!" kesal Amora menatap Alfred jengah, pasalnya pria itu terus saja mendiamkannya.
Padahal kesalahannya hanya satu, datang seorang diri ke apartemen pria itu tanpa meminta Alfred untuk menjemputnya.
"Makan dan habiskan, setelah itu aku akan mengantarkan mu pulang," tuturnya dingin sembari meletakan beberapa hidangan di atas meja.
Amora yang memang tengah lapar, memilih untuk mengagguk lantas meraih sendok dan garpu.
"Aku ingin mampir kesuatu--
"Tidak bisa, Amberly menunggu ku," tukas Alfred tanpa perasaan.
Amora menghentikan aktivitas makannya, menatap punggung tegap Alfred yang tengah membelakanginya.
PRANG!
"Sebenarnya siapa aku di hidup mu, Alfred! Mengapa kau selalu memprioritaskan mainan mu itu dari pada aku!" gertak Amora setelah menyingkirkan seluruh yang ada di atas meja hingga berserakan di lantai.
Alfred yang menyadari itu menghembuskan nafasnya pelan, mulai mendekat ke arah dimana Amora berada, pria itu duduk di samping Amora lantas memeluknya erat, "Kau kekasih ku, sayang. Tapi mereka mainan ku - hanya tiga hari aku memprioritaskan mereka, setelah itu aku akan membuangnya," tuturnya lembut.
Tak ada jawaban dari Amora, gadis itu merasa lidahnya kelu - pikirannya masih memproses setiap tutur kata yang Alfred lontarkan.
Tutur kata yang selalu sama.
Cukup lama Amora diam hingga Alfred memutuskan untuk melepaskan pelukan mereka, ditatapnya dalam dan--
Cup...
Awalnya hanya kecupan, namun lama kelamaan menjadi sesuatu yang begitu panas, lumatan demi lumatan Alfred berikan, merasa gadisnya tak kunjung memberi akses, tangan Alfred bergerak meremas sebelah payudara Amora hingga gadis itu terpaksa membuka mulutnya.
Siklus percintaan di dalam kehidupan Amora memang selalu begini- terasa menyakitkan namun tetap memaafkan. Terkadang Amora berfikir, apa yang dirinya miliki untuk Alfred? Cinta atau hanya sekedar rasa pemanis semata?
Mengingat kehidupannya selama ini begitu hambar, Amora memerlukan pemanis dalam hidupnya.
"Rasanya selalu sama," gumam Alfred setelah menyelesaikan ciumannya.
Alfred menyentuh bibir ranum Amora dengan menggunakan ibu jarinya, "Hanya milik ku dan untuk ku, aku tak ingin berbagi."
Ya, itulah yang menggambarkan Alfred. Pria yang sangat egois, bahkan sangat amat egois.
"Bagaimana mungkin seorang dokter spesialis kesuburan justru mandul?!" Felicia Hera adalah seorang dokter yang sudah berhenti bekerja semenjak menikah dan fokus mengabdi kepada suaminya. Namun, Felicia tidak kunjung dapat memberikan anak hingga suaminya berselingkuh dengan wanita lain. Dia bahkan menceraikan Felicia. Pada saat yang sama, Felicia kembali meniti karir kedokterannya dan pasien pertamanya justru mengajak Felicia untuk berhubungan demi membuktikan kesuburan Felicia. Hingga tepat setelah melakukannya, Felicia menghilang. Lima tahun kemudian, Felicia kembali ke tanah air membawa seorang anak perempuan yang cantik jelita. Hingga masalah datang saat ternyata direktur di rumah sakit barunya adalah ayah dari anaknya! Bagaimana Felicia menyembunyikan identitasnya? Tahukah dia, bahwa pria dingin itu telah memburu Felicia selama lima tahun terakhir?
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?
Kedua orang yang memegangi ku tak mau tinggal diam saja. Mereka ingin ikut pula mencicipi kemolekan dan kehangatan tubuhku. Pak Karmin berpindah posisi, tadinya hendak menjamah leher namun ia sedikit turun ke bawah menuju bagian dadaku. Pak Darmaji sambil memegangi kedua tanganku. Mendekatkan wajahnya tepat di depan hidungku. Tanpa rasa jijik mencium bibir yang telah basah oleh liur temannya. Melakukan aksi yang hampir sama di lakukan oleh pak Karmin yaitu melumat bibir, namun ia tak sekedar menciumi saja. Mulutnya memaksaku untuk menjulurkan lidah, lalu ia memagut dan menghisapnya kuat-kuat. "Hhss aahh." Hisapannya begitu kuat, membuat lidah ku kelu. Wajahnya semakin terbenam menciumi leher jenjangku. Beberapa kecupan dan sesekali menghisap sampai menggigit kecil permukaan leher. Hingga berbekas meninggalkan beberapa tanda merah di leher. Tanganku telentang di atas kepala memamerkan bagian ketiak putih mulus tanpa sehelai bulu. Aku sering merawat dan mencukur habis bulu ketiak ku seminggu sekali. Ia menempelkan bibirnya di permukaan ketiak, mencium aroma wangi tubuhku yang berasal dari sana. Bulu kudukku sampai berdiri menerima perlakuannya. Lidahnya sudah menjulur di bagian paling putih dan terdapat garis-garis di permukaan ketiak. Lidah itu terasa sangat licin dan hangat. Tanpa ragu ia menjilatinya bergantian di kiri dan kanan. Sesekali kembali menciumi leher, dan balik lagi ke bagian paling putih tersebut. Aku sangat tak tahan merasakan kegelian yang teramat sangat. Teriakan keras yang tadi selalu aku lakukan, kini berganti dengan erangan-erangan kecil yang membuat mereka semakin bergairah mengundang birahiku untuk cepat naik. Pak Karmin yang berpindah posisi, nampak asyik memijat dua gundukan di depannya. Dua gundukan indah itu masih terhalang oleh kaos yang aku kenakan. Tangannya perlahan menyusup ke balik kaos putih. Meraih dua buah bukit kembarnya yang terhimpit oleh bh sempit yang masih ku kenakan. .. Sementara itu pak Arga yang merupakan bos ku, sudah beres dengan kegiatan meeting nya. Ia nampak duduk termenung sembari memainkan bolpoin di tangannya. Pikirannya menerawang pada paras ku. Lebih tepatnya kemolekan dan kehangatan tubuhku. Belum pernah ia mendapati kenikmatan yang sesungguhnya dari istrinya sendiri. Kenikmatan itu justru datang dari orang yang tidak di duga-duga, namun sayangnya orang tersebut hanyalah seorang pembantu di rumahnya. Di pikirannya terlintas bagaimana ia bisa lebih leluasa untuk menggauli pembantunya. Tanpa ada rasa khawatir dan membuat curiga istrinya. "Ah bagaimana kalau aku ambil cuti, terus pergi ke suatu tempat dengan dirinya." Otaknya terus berputar mencari cara agar bisa membawaku pergi bersamanya. Hingga ia terpikirkan suatu cara sebagai solusi dari permasalahannya. "Ha ha, masuk akal juga. Dan pasti istriku takkan menyadarinya." Bergumam dalam hati sembari tersenyum jahat. ... Pak Karmin meremas buah kembar dari balik baju. "Ja.. jangan.. ja. Ngan pak.!" Ucapan terbata-bata keluar dari mulut, sembari merasakan geli di ketiakku. "Ha ha, tenang dek bapak gak bakalan ragu buat ngemut punyamu" tangan sembari memelintir dua ujung mungil di puncak keindahan atas dadaku. "Aaahh, " geli dan sakit yang terasa di ujung buah kembarku di pelintir lalu di tarik oleh jemarinya. Pak Karmin menyingkap baju yang ku kenakan dan melorotkan bh sedikit kebawah. Sayangnya ia tidak bisa melihat bentuk keindahan yang ada di genggaman. Kondisi disini masih gelap, hanya terdengar suara suara yang mereka bicarakan. Tangan kanan meremas dan memelintir bagian kanan, sedang tangan kiri asyik menekan kuat buah ranum dan kenyal lalu memainkan ujungnya dengan lidah lembut yang liar. Mulutnya silih berganti ke bagian kanan kiri memagut dan mengemut ujung kecil mungil berwarna merah muda jika di tempat yang terang. "Aahh aahh ahh," nafasku mulai tersengal memburu. Detak jantungku berdebar kencang. Kenikmatan menjalar ke seluruh tubuh, mendapatkan rangsangan yang mereka lakukan. Tapi itu belum cukup, Pak Doyo lebih beruntung daripada mereka. Ia memegangi kakiku, lidahnya sudah bergerak liar menjelajahi setiap inci paha mulus hingga ke ujung selangkangan putih. Beberapa kali ia mengecup bagian paha dalamku. Juga sesekali menghisapnya kadang menggigit. Lidahnya sangat bersemangat menelisik menjilati organ kewanitaanku yang masih tertutup celana pendek yang ia naikkan ke atas hingga selangkangan. Ujung lidahnya terasa licin dan basah begitu mengenai permukaan kulit dan bulu halusku, yang tumbuhnya masih jarang di atas bibir kewanitaan. Lidahnya tak terasa terganggu oleh bulu-bulu hitam halus yang sebagian mengintip dari celah cd yang ku kenakan. "Aahh,, eemmhh.. " aku sampai bergidik memejam keenakan merasakan sensasi sentuhan lidah di berbagai area sensitif. Terutama lidah pak Doyo yang mulai berani melorotkan celana pendek, beserta dalaman nya. Kini lidah itu menari-nari di ujung kacang kecil yang menguntit dari dalam. "Eemmhh,, aahh" aku meracau kecil. Tubuhku men
ADULT HOT STORY 🔞🔞 Kumpulan cerpen un·ho·ly /ˌənˈhōlē/ adjective sinful; wicked. *** ***
Sebuah cerita yang berkisah keluarga yang terpisah karena perceraian yang menyisakan duka buat anaknya karena tidak mengerti dengan kondisi orang tuanya. Hingga suatu saat terjadilah malam jahanam yang tidak disengaja dan tidak direncanakan. Aku tidak menyangka kalau semuanya ini bakal terjadi. Aku memang sering mengkhayalkannya. Tapi tidak pernah merencanakannya. Dan begitulah, kehidupanku jadi banyak liku - likunya. Liku - liku yang indah mau pun yang jahanam. Tapi aku harus mengakuinya, bahwa semua itu jahanam tapi indah… indah sekali.
AREA DEWASA! YANG BELUM CUKUP UMUR, MINGGIR DULU YA, CARI BACAAN SESUAI UMURNYA. NEKAT BACA CERITA INI, DOSA TANGGUNG SENDIRI. Pertemuan Anne Mary yang masih berumur 18tahun dengan Marcio Lamparska, 30tahun dalam sebuah tragedi pembunuhan di Tokyo dimana Marcio sebagai pelaku pembunuhan dan Anne yang menjadi saksi matanya membuat hubungan antara Anne dan Marcio terikat dalam suatu kerjasama yang saling menguntungkan karena akibat dari tragedi pembunuhan tersebut, Anne yang merupakan orang terdekat dengan korban, tertuduh menjadi tersangka utama pembunuhan. Sebelum interpol menemukan dan menangkap Anne, Marcio bersama anak buahnya sudah terlebih dahulu menculik gadis itu dan membawanya ke Murcia, Spanyol, kediaman Marcio berada. Anne Mary yang memiliki otak jenius di atas rata-rata hanyalah seorang gadis muda yang sangat lugu, polos namun memiliki mulut yang tajam pedas dan kritis sedangkan Marcio yang tanpa dia sadari sudah jatuh cinta kepada gadis muda tersebut semakin membuatnya protektif menjaga dan memberikan pelatihan-pelatihan fisik pada Anne yang tentu saja semakin membangkitkan api dendam dalam diri Anne yang membara di dalam dadanya. Anne akhirnya bersedia membuka hatinya untuk menerima perasaan Marcio agar dia bisa lebih mudah untuk membunuh pria itu yang ternyata tanpa dia sadari masuk ke dalam perangkapnya sendiri, jatuh cinta pada Marcio. Bisakah Anne melupakan Touda Akira sepenuhnya, orang yang sudah menjadi korban pembunuhan Marcio, dimana Touda merupakan cinta pertama Anne yang mencintainya secara diam-diam dan melupakan balas dendamnya pada Marcio? Bagaimana dengan Iosef, tangan kanan musuh besar Marcio yang sejak pertama kali bertemu dengan Anne, memiliki perasaan tidak biasa terhadap gadis mungil itu. Iosef juga musuh yang pernah melukai Anne namun juga menyelamatkan gadis itu dari kematian. Demi menyelamatkan Marcio, Anne terpaksa ikut pergi dengan Iosef. Iosef yang lembut, perhatian, sangat posesif dan mencintai Anne dengan nyawanya. Cinta yang tulus dan abadi namun memahami jika gadis yang dia cintai tersebut masih mengukir nama Marcio di dalam hatinya. Dalam pelarian bersama Iosef, Anne tumbuh semakin kuat, tangguh dan sangat cantik mempesona. Ayunan pedangnya sangat cepat, akurat, dan sikapnya tegas, tidak segan membunuh siapapun yang menjadi tugas dalam misinya. Akankah pertemuan kembali Anne dan Marcio bisa menumbuhkan perasaan cinta dan kerinduan di antara mereka lagi atau mereka menjadi musuh yang akan saling membunuh? Ikuti terus cerita Anne Mary ini dari seorang gadis biasa yang jelek menjadi seorang gadis muda yang sangat cantik dan memukau namun sifatnya yang sangat tidak peka akan cinta membuat para pria yang terpikat padanya selalu salah paham akan sikapnya. “Ini bukan tentang cinta dan siapa yang kamu pilih, tapi kepada siapa kamu akan berkomitmen untuk memberikan hati yang kamu yakini dia bisa menjaga hatimu dengan sangat baik,” – Anne Mary. CERITA INI EXCLUSIVE HANYA ADA DI BAKISAH!