(21+) Banyak adegan dewasa. Harap bijak dalam membaca. Pernikahan Aruna dan William awalnya baik-baik saja. Namun setelah Aruna bertemu kembali dengan mantan kekasih yang memiliki dendam semua seakan berubah. Jones mantan kekasih Aruna tidak terima melihat kebahagiaan Aruna dan suaminya. Berbagai cara dilakukan termasuk melibatkan Karin (adik Aruna) untuk menjalankan misinya. Aruna depresi karena ulah mantan kekasihnya apalagi setelahnya kenyataan pahit menimpa pernikahannya. "Kamu gila Jones!" "Kau tahu apa yang membuat aku begitu menggilaimu?"
Rintik hujan membasahi teras rumah Aruna, sambil membaca buku novel, wanita itu sedang menanti kedatangan suaminya pulang kerja. Sejak menjadi nyonya William dia banyak mengoleksi buku novel dan akan dia baca saat selesai mengerjakan tugas rumahnya. Dia meletakkan buku novel kegemarannya di sofa, lalu mengambil ponselnya karena bunyi. Aruna tersenyum, ternyata suaminya sudah membalas pesan singkat dirinya. Pria itu selalu menyempatkan diri untuk membalas pesannya walau sesibuk apa pun pekerjaannya di kantor.
[ Aku di jalan, sebentar lagi pulang ]
Isi pesan dari William suaminya.
Aruna langsung bergegas mandi, dia tidak mau berpenampilan kucel di hadapan suaminya. Wanita itu selalu berpenampilan sempurna. Sejak menikah dengan William setahun yang lalu, Aruna memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga lalu melepas kariernya, dia menjadi istri yang penurut walaupun di dalam keluarganya dia termasuk anak yang pembangkang.
Aruna mematut wajahnya di cermin setelah selesai mandi, sambil mengoleskan pewarna bibir kesukaan suaminya, dia tersenyum merasa penampilannya kali ini sudah sempurna, baju tipis satin dia kenakan karena dia yakin suaminya malam ini tidak akan mengajak makan malam di luar, karena Aruna sendiri sudah memasak makanan kesukaan suaminya.
Bunyi klakson mobil suaminya sudah terdengar dari depan, dengan langkah cepat Aruna menyambutnya keluar rumah, dia membalas senyum suaminya yang mendekat dan mengambil tas kerja suaminya.
"Aku sudah menyiapkan makan malam untuk mu Will," kata Aruna, wanita itu menangkup leher suaminya, kemudian mengecup bibirnya ringan "Kamu sepertinya lelah," kata Aruna lagi, dia mengajak suaminya masuk rumah. William langsung mengendurkan dasinya lalu duduk di sofa, dengan cekatan Aruna memberikan segelas air putih karena ritualnya selalu begitu.
"Terima kasih sayang," kata William, memberikan kembali gelasnya setelah menandaskan satu gelas air mineral penuh ke mulutnya.
"Kamu sepertinya cape Will, apa perlu aku siapkan air hangat untuk kamu?"
William langsung menarik tubuh Aruna dan membawa istrinya duduk di atas pahanya. Pria itu tersenyum lalu menatap wajah cantik Aruna.
"Semua keletihanku akan hilang jika menikmati malam panas bersamamu Aruna."
William selalu mengatakan itu, Aruna selalu menjadi candunya saat lelah. Wanita itu langsung tersenyum, lalu mengalungkan tangannya di leher suaminya. Menempelkan bibirnya pada bibir William.
Milik William langsung mengeras, nafsunya mulai menyelimutinya, tangannya menyelusup ke dalam kain satin tipis milik istrinya, menyentuh kulit halusnya.
"Will, bisakah kita tidak melakukannya di sini," bisik Aruna, wajahnya sudah memerah karena sensasi yang dia rasakan sudah cukup panas. Pria itu sudah menjilati leher jenjang miliknya.
William tersenyum, dia langsung membawa istrinya ke kamar dengan menggendong ala bidal style. Aruna langsung membantu suaminya membuka kancing kemejanya satu persatu, sementara William sepertinya sudah tidak sabar ingin membongkar gundukan kembar milik istrinya, kain satin tipis itu sudah lepas dari tubuh Aruna karena ulah tangan jahil suaminya, dan William langsung menangkup dua gundukan kenyal dan meremasnya perlahan.
"Love you Aruna," bisiknya tepat di telinga Aruna, lidahnya bermain di daun telinga Aruna hingga istrinya mengerang karena merasa miliknya sudah basah.
Aruna terbangun saat melihat milik suaminya sudah mengeras, dia menggenggam milik William dan mengulumnya. William mendesah, memegang kepala Aruna, agar istrinya mempercepat temponya.
William langsung mengarahkan istrinya agar segera berbaring di tempat pria itu mencium bibir istrinya sambil menyatukan milik keduanya.
Aruna memejamkan matanya, saat suaminya mulai memompa tubuhnya perlahan, dia mendesah ketika William kembali meremas dada Aruna.
"Kau menyukainya sayang?"
"Aku selalu menyukai setiap sentuhanmu Will."
Napas keduanya naik turun seiring dengan gairah yang sudah membakar keduanya. William mendesah begitu hebat dan miliknya menyembur di dalam sama.
Keduanya terkapar lemas tak berdaya, William mengecup singkat bibir istrinya.
"Kamu wanita hebat sayang, aku selalu menyukai apa yang ada dalam diri kamu."
Aruna mengangguk, memeluk tubuh suaminya erat, entah kenapa dirinya selalu sendu setelah melakukan ini bersama William, harapan agar ruangan ini riuh dengan tangisan bayi belum juga terwujud, mungkin memang Aruna harus lebih sabar lagi, lagian usia pernikahannya baru genap satu tahun.
"Kamu tidak lapar Will, aku sudah menyiapkan makanan untuk kamu."
"Aku mandi dulu, setelah ini kita makan malam." William bangkit dari kasurnya dan menarik tubuh Aruna, Aruna paham apa yang William inginkan bercinta di kamar mandi selalu menjadi ritual tambahan saat keduanya selesai melakukan permainan ranjang.
Aruna sudah memenuhi bathup dengan air hangat dan aroma sabun mawar sudah menyeruak di dalamnya, dia masuk ke dalam bathup dan William mengikutinya dari belakang. Keduanya saling memandikan satu sama lain, meremas bagian sensitif yang paling William suka, Aruna memejamkan matanya saat lidah suaminya bermain-main di leher jenjangnya. Sambil menghirup aroma tubuh istrinya yang sudah wangi aroma mawar.
"Will, aku suka sentuhanmu di sana." William tersenyum, jari jemarinya memang tidak dibiarkan diam, dua jarinya dia tusukan pada milik istrinya, dan lenguhan pun lolos dari mulut istrinya. Aruna tidak kuasa menahan hasratnya, dia langsung membalikkan badannya untuk menghadap suaminya, dan memimpin permainannya.
"Kau sepertinya menantangku," kata Aruna pada batang milik suaminya yang sudah mengeras. William tersenyum namun dia sudah tidak tahan, di memegang pinggang istrinya dan menuntunnya agar segera memberikan penyatuan. Aruna menggerakkan pinggulnya naik turun, menghunjamnya dengan begitu keras hingga William menyebutkan nama istrinya karena begitu nikmat, dia mendesah sejadi-jadinya hingga keduanya mencapai puncak kenikmatan.
Pukul sebelas malam, perut mereka lapar karena memang sudah selesai berolah raga malam, keduanya makan malam bersama, karena Aruna memang sudah menyiapkan semuanya.
"Besok kamu lembur Will?"
Aruna bertanya karena biasanya terkadang suaminya, akan lembur di hari weekand, itu pun jika sudah akhir bulan seperti sekarang.
"Entahlah, jika Nikolas membutuhkan aku, aku harus ke kantor, aku tidak enak membiarkan dia bekerja sendiri, kenapa kamu bosan di rumah atau kita mau keluar?"
"Tidak, aku selalu memprioritaskan apa yang menjadi prioritas kamu Will."
"Baiklah, semoga besok Nic tidak menghubungiku, dan kita akan pergi ke Boshe."
"Kamu serius Will? "tanya Aruna sedikit berbinar, wanita itu sudah lama tidak menikmati waktu berdua di luar dengan suaminya, terakhir sebulan yang lalu mereka pergi ke Boshe.
"Aku serius, apa salahnya memanjakan istri di malam minggu, sepertinya akan sangat ramai di sana, kita bisa berdansa menghabiskan malam di sana sayang."
"Aku sudah tidak sabar ingin segera besok malam Will."
Keduanya melanjutkan makan malamnya, Aruna sudah senang dengan rencana suaminya, dia bukan tipekel perempuan yang tidak mudah mengeluh, namun keluar rumah bersenang-senang dengan suaminya itu yang dia harapkan.
Saat keduanya selesai makan, dan mulai masuk ke dalam kamar untuk tidur, ponsel Aruna berbunyi.
William menoleh pandangan ke ponsel istrinya yang tidak jauh dari dirinya, dia heran dengan orang yang menghubungi tengah malam seperti ini. Dia melihat nama Karin tertera di layar.
"Karin," kata William kemudian memberikan ponselnya pada istrinya. Dia merebahkan dirinya di kasur.
"Untuk apa dia menghubungiku, "rutuk Aruna dalam hati, William tidak tahu Karin itu siap namun bagi Aruna wanita itu sangat licik walaupun dia adiknya sendiri. Entah apa yang dia akan bicarakan, sebab sudah satu tahun Aruna dan dirinya tidak berkomunikasi walaupun Aruna sengaja tidak memblokir semua akses untuk keluarganya. Mereka mengucilkan Aruna seolah memblaklis nama Aruna dari keluarga Brata. Karena Aruna masih memiliki William dia tidak memedulikan semuanya.
"Iya Karin ada apa, malam-malam kamu menghubungi kakak, "kata Aruna begitu menjawab panggilan adiknya, dia sedikit malas sebetulnya menjawab panggilan tersebut.
"Kak Aruna kalian di Bali kan?"
"Iya Karin ada apa? Tolong to the poin ini sudah malam kakak ngantuk." Aruna ikut merebahkan tubuhnya di kasur, William mendekat dan memeluk istrinya, setelah mendengar dia menyebutkan kakak, William tahu jika itu adiknya Aruna yang menghubunginya.
"Kami berniat ke Bali besok aku dan suamiku akan berbulan madu di sana, Papa ingin kami segera memberikannya cucuk."
"Ke Balilah jika kalian ingin ke sini," Jawab Aruna datar.
"Tapi sepertinya kakak yang lebih tahu tempat yang paling hits di sana."
"Kamu tinggal ke rumah kakak saja, nanti gampang setelah itu nanti suami kakak yang akan mencarikan tempat yang bagus." Aruna sendiri tidak begitu hapal dengan wisata yang menarik di Bali, setahu dia William yang paling tahu karena William sudah lama menetap di Bali.
Aruna menghela napasnya setelah mengakhiri panggilannya dengan Karin, dia meletakkan ponselnya sembarangan, William melihat istrinya berbeda, dia terlihat sedikit murung, pria itu langsung mengecup kening istrinya pelan, seraya menenangkan. Dia tahu ada segemurat masa lalunya yang dia ingat pada keluarganya.
"Siapa Karin? "tanya William sedikit ingin tahu jelas dari mulut istrinya,
"Dia adikku, hanya saja dia sudah lama tinggal di Paris menyelesaikan kuliah di sana, dia pulang dan menikah dengan kekasihnya, besok dia bilang mau honeymoon ke Bali dengan suaminya. Dan dia ingin aku menunjukkan tempat yang bagus di sini."
"Kamu bisa kan? "tanya Aruna pada suaminya.
"Sudah aku bilang bagaimana nanti saja, aku tidak janji takut Nicolas menghubungi aku."
"Dia bisa tinggal sehari di sini minggu bisa kamu antar Will."
"Ya sudah kita ajak saja adikmu itu bersenang-senang di Boshe mereka pasti akan suka."
"William, Adikku tidak suka minum."
"Aku tidak percaya jika dia tinggal di Paris tapi tidak suka minum."
"Aku pun tidak tahu karena memang aku sudah lama tidak menemuinya, kami sudah hampir lima tahun tidak bertemu semenjak dia studi di sana sampai saat ini dia sudah menikah," kata Aruna lirih.
Wanita itu menarik selimutnya dan mulai memejamkan matanya, tidak ingin membahas adiknya lagi. Dirinya sudah cukup lelah oleh gempuran yang dilakukan suaminya berkali-kali malam ini.
Ke esokkan harinya, pagi-pagi William sudah berenang di kolam renang, Aruna tersenyum mendekati kolam renang sambil membawa sarapan untuk suaminya.
"Will, sarapan dulu aku sudah siapkan susu soda kesukaan kamu."
William naik dari kolam renang kemudian menghampiri istrinya, mengecup singkat bibir Aruna.
"William basah tahu!" Wiliam terkekeh melihat Aruna cemberut.
"Tumben enggak ikut renang?" Kata William duduk di samping istrinya.
"Aku lemas, kamu pagi menggempurku lagi."
"Biasanya kamu paling bersemangat, apa kamu kurang enak badan sayang?"
"Tidak Will, aku hanya merasa lelah saja, sebaiknya kamu cepat sarapan."
William mengangguk, dia langsung mengambil satu piring sarapan buatan istrinya. Dan melahapnya. Namun kunyahannya berhenti saat mendengar ponselnya berbunyi.
"Nicolas," kata Aruna melihat layar ponsel suaminya, dia kemudian mengambilnya dan menjawab panggilan Nicolas, William tidak keberatan jika istrinya yang menjawab panggilan tersebut, karena dia tahu Aruna tidak suka jika dia menjawab panggilan saat sedang sarapan atau makan.
"Iya Nic, ada apa William lagi sarapan."
"Ada yang harus di tanda tangan William dia harus ke kantor hari ini."
"Aku sudah menyangka kamu akan menghubungi suamiku saat weekand, bisakah kamu tunda senin besok Nicolas."
"Tidak bisa Aruna proposal ini harus segera aku kirimkan dan di sana harus dibubuhkan tanda tangan suamimu."
"Baiklah aku paham, suamiku sebentar lagi akan segera ke sana," kata Aruna. Tidak ada pilihan lain karena memang suaminya sibuk.
William tersenyum, dia paham jika Aruna ingin menikmati waktu weekand berdua, namun bagaimana lagi kali ini dirinya benar-benar sibuk.
"Sabar ya sayang, aku janji akan sebentar saja setelah tanda tangan aku akan segera pulang, atau kamu ikut ke kantor?"
"Tidak, aku tidak mau jadi patung di sana, lagian Karin akan ke sini dengan suaminya, aku harus menyiapkan semuanya."
"Beli saja, kamu tidak usaha cape-cape menyuguhkan untuk mereka, dia bukan tamu istimewa."
"Tidak Will, aku hanya mau membuat makanan sederhana, lagian kamu tahu aku memang suka masak."
"Baiklah aku siap-siap dulu," kata William begitu melihat jam di ponselnya sudah menunjukkan pukul setengah delapan pagi.
"Will!"
William menoleh pada istrinya.
"Tolong carikan kado untuk Karin setelah kamu pulang dari kantor, aku belum kasih apa-apa pada dia."
William mengangguk, dia kembali melangkahkan kakinya menuju kamarnya untuk memakai pakaian, walaupun sebetulnya dia kurang begitu paham kado apa yang pantas untuk adik Aruna tersebut.
Lima belas menit bersiap, William berpamitan pada istrinya. Dia mengecup kening Aruna dan mengatakan jika dia tidak akan lama, agar istrinya tidak terlalu jenuh di rumah dan dia akan segera kembali pulang.
"Aku akan kembali pulang sayang kamu jangan khawatir." Aruna mengangguk dia membalas kecupan William padanya.
"Kamu hati-hati, ingat matanya jangan pernah nakal!" William selalu tergelak tawa saat istrinya setiap hari selalu mengingatkan itu, bagaimana bisa dia melakukan itu sedangkan menurutnya hanya Aruna saat ini yang hebat di atas ranjang.
"Tidak ada wanita yang hebat di atas ranjang selain kamu Aruna. Percayalah." Aruna tersenyum, wajahnya memerah karena selalu dipuji hebat oleh suaminya, memang dia selalu menuruti apa yang diinginkan oleh suaminya selama ini.
Setelah suaminya pergi, Aruna langsung bergelut di dapur membuat aneka kue dan masakan sederhana untuk adiknya saat nanti mereka berkunjung.
Satu jam berlalu ponselnya berdering saat Aruna sedang membaca novel favoritnya. Dia langsung menjawab panggilan Karin.
"Iya Karin."
"Kakak di mana? Aku sudah di halaman depan rumah kakak, tolong buka pintu gerbangnya."
"Kamu sudah sampai?"
"Iya Kak." Aruna memang selalu menutup kembali gerbang rumahnya karena sudah biasa berjaga saat sendiri.
Dia langsung membuka pintu rumahnya dan melangkah ke halaman rumahnya untuk membuka pagar rumah tersebut, namun saat dia membuka gerbang tersebut dia terkejut melihat adiknya dengan seseorang yang sudah lama tidak dia lihat.
"Jones!"
"Pak, aku mohon jangan!" tangis Raya pecah saat Pak Kades mendekat dengan tatapan tajam. "Kamu seharusnya tidak di sini Ray, " ucapnya kacau, namun sorot matanya kosong. Pria itu kacau balau dan pengaruh sakau. Tanpa sadar Pak Kades menarik Raya dengan Kasar lalu melucuti tubuhnya, " Pak, aku mohon jangan lakukan ini." Raya berteriak meminta tolong namun tak ada satu orang pun yang menolongnya karena warga masih terlelap. dan saat itu pula Pak Kades merenggut kesucian Raya, gadis yang sedang KKN di desa tersebut. bagaimana kisah selanjutnya? Padahal Kades tersebut sudah memilki istri dan Anak. lalu bagaimana Nasib Raya kedepannya?
"Jika ingin jam terbangmu banyak, kamu harus menggaet salah satu pilot, atau kalau kau mau manajemen maskapai sekali pun." "Maksud kamu?" "Ya gitu deh kamu pasti paham lah." "Tidur dengan banyak pilot?" Jeni menganggukan kepalanya pada Clara, wanita itu menelan salivanya lalu menggelng
Kesalahan fatal yang Sarah lakukan dengan kekasihnya Reyhan membuat semuanya berubah, bahkan cinta keduanya pun terpaksa kandas di tengah jalan. Selama dua tahun Sarah menanggung beban sendiri, namun keduanya dipertemukan kembali dalam keadaan yang tidak tepat. Bagaimana kisahnya?
Sarah terlalu bucin dengan Reyhan kekasihnya, hingga semua yang Reyhan inginkan dia penuhi termasuk melayani nafsu kekasihnya. Namun, kesalahan yang keduanya lakukan membuat semuanya berubah. Bahkan cinta mereka terpaksa harus kandas, Sarah menanggung beban hidupnya sendiri mengorbankan cinta dan perasaannya, keduanya dipertemukan kembali dalam keadaan yang tidak tepat. Bagaimana kisah selanjutnya?
Nadia Pamungkas saat ini sedang mengenyam bangku kuliah di Jakarta, dia pikir ide kedua orang tuanya menyuruh tinggal bersama kakak Tasya bukanlah suatu ide buruk. Namun ternyata Ini merupakan malapetaka besar bagi dirinya juga keluarganya terutama kak Tasya. Tasya menikah dengan Aldo pria blasteran Indo Jerman, karena dulu Tasya kuliah di Jerman keduanya akhirnya bertemu kemudian menikah. Kini keduanya sama-sama bekerja di salah satu perusahaan besar di Jakarta. Awalnya tampak biasa, Nadia pun merasakan tidak ada yang janggal dengan suami kakaknya dia begitu baik dan perhatian beda dengan kakaknya yang selalu sibuk, namun semakin lama Aldo berubah dia menunjukkan ketertarikannya pada Nadia, hingga pada akhirnya mereka melakukan satu kesalahan besar. Bagaimana kisah selanjutnya?
"Kau harus membayar utangmu sekarang juga," desis Lucas, matanya dingin seperti es. Flora terpaku, tak bergeming, dadanya sesak. Hutang? Hutang apa? Sebuah perjanjian hutang antara mendiang orang tua Flora dengan Lucas, yang kini berakhir mengikat Flora dengan pria yang baru dikenalnya malam ini di pesta lajang sahabatnya. Menjerumuskannya dalam lingkaran neraka. Flora tak pernah tahu orang tuanya berhutang pada seorang pria kejam, berusia lima belas tahun lebih tua darinya, pemilik Perusahaan Blackwood tempatnya magang sebagai staf marketing. Lucas, pria yang tak kenal ampun, menuntut pembayaran detik itu juga. "Jika kau tidak bisa bayar nominal utangnya, tubuhmu untukku malam ini!" tegas Lucas, menarik tangan Flora masuk ke kamar hotel.
Suara Renata kini mendesah saat ciuman pria muda itu mendarat di lehernya, sambil tangannya kini meremas buah dadanya yang tertutup kaos oblong itu, sofa yang sudah tua di ruang tamu di rumah sederhana itu nampak sesak dan bergoyang saat dengan nakalnya tangan Eka meremas dan memilin sekujur tubuh gadis itu “Maaaas…..”
Setelah tiga tahun menikah, Becky akhirnya bercerai dengan suaminya, Rory Arsenio. Pria itu tidak pernah mencintainya. Dia mencintai wanita lain dan wanita itu adalah kakak iparnya, Berline. Suatu hari, sebuah kecelakaan terjadi dan Becky dituduh bertanggung jawab atas keguguran Berline. Seluruh keluarga Arsenio menolak untuk mendengarkan penjelasannya, dan mengutuknya sebagai wanita yang kejam dan jahat hati. Rory bahkan memaksanya untuk membuat pilihan: berlutut di depan Berline untuk meminta maaf, atau menceraikannya. Yang mengejutkan semua orang, Becky memilih yang terakhir. Setelah perceraian itu, Keluarga Arsenio baru mengetahui bahwa wanita yang mereka anggap kejam dan materialistis itu sebenarnya adalah pewaris keluarga super kaya. Rory juga menyadari bahwa mantan istrinya sebenarnya menawan, cantik, dan percaya diri dan dia jatuh cinta padanya. Tapi semuanya sudah terlambat, mantan istrinya tidak mencintainya lagi .... Namun, Rory tidak menyerah dan tetap berusaha memenangkan hati Becky. Apakah Becky akan goyah dan kembali ke sisinya? Atau akankah pria lain masuk ke dalam hatinya?
BRUUKKKKK!! Acre berbalik dengan tergesa kemudian menabrak seorang pria berseragam loreng yang sedang menerima telfon di depan toserba itu. Dan naas nya, ponsel merek Iphone 14 yang digenggam pria berseragam loreng itu pun terlempar ke tengah jalan raya kemudian terlindas oleh mobil picanto yang sedang melaju kencang malam itu. "Hp saya!!!" teriak pria berseragam loreng itu. "Arghh!! Picanto sialan!! Dan Kau!!" Pria itu menatap Acre dengan tatapan tajam. ''LAKUKAN APA YANG SAYA PERINTAHKANN!!!" Pria itu berkata dengan mata tajam dan menyala, membuat Acre ketakutan. ****** Amore Acresia, yang sering dipanggil Acre, awalnya menjalani studynya dengan beasiswa di Luar Negeri tepatnya di Los Angeles California barusaja dipulangkan ke Indonesia karena adanya wabah yang menyerang di seluruh belahan dunia yaitu Corona Vyrus. Amore kembali ke kota kelahirannya, Kudus dan terlibat inseden dengan seorang tentara yang sedang bertugas pam atau pengamanan Covid di kota kelahirannya tersebut. Acre harus bertanggungjawab atas insiden tersebut. Sang tentara kemudian sedikit menaruh perasaan pada Acre akibat insiden tersebut, tetapi sang tentara harus kembali ke Semarang karena Covid sudah mereda. Seperti apa kisah mereka selanjutnya? A. Tan mengungkapkan kisah Amore Acresia (Acre) dan Sang tentara bernama Alexander Yudha (Alex), yang terjadi dengan goresan yang memikat!
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Yahh saat itu tangan kakek sudah berhasil menyelinap kedalam kaosku dan meremas payudaraku. Ini adalah pertama kali payudaraku di pegang dan di remas langsung oleh laki2. Kakek mulai meremas payudaraku dengan cepat dan aku mulai kegelian. “ahhhkkk kek jangannnhh ahh”. Aku hanya diam dan bingung harus berbuat apa. Kakek lalu membisikkan sesuatu di telingaku, “jangan berisik nduk, nanti adikmu bangun” kakek menjilati telingaku dan pipiku. Aku merasakan sangat geli saat telingaku di jilati dan memekku mulai basah. Aku hanya bisa mendesah sambil merasa geli. Kakek yang tau aku kegelian Karena dijilati telinganya, mulai menjilati telingaku dengan buas. Aku: “ahhkkk ampunnn kek, uddaahhhhh.” Kakek tidak memperdulikan desahanku, malah ia meremas dengan keras payudaraku dan menjilati kembali telingaku. Aku sangat kegelian dan seperti ingin pipis dan “crettt creettt” aku merasakan aku pipis dan memekku sangat basah. Aku merasa sangat lemas, dan nafasku terasa berat. Kakek yang merasakan bila aku sudah lemas langsung menurunkan celana pendekku dengan cepat. Aku pun tidak menyadarinya dan tidak bisa menahan celanaku. Aku tersadar celanaku sudah melorot hingga mata kakiku. Dan tiba2 lampu dikamarku menyala dan ternyata...