Inestia Rossi Sagala, mulai bisa melihat makhluk tak kasat mata sejak kecelakaan setahun lalu. Tak hanya itu, dia juga bisa mencium aura kematian seseorang. Dalam cermin, para hantu tidak akan bisa memanipulasi nya, karena bagi Ines, cermin tidak akan pernah berbohong. . . . Ines mengalami trauma dengan hubungan percintaan. Hingga akhirnya ia bertemu pria lajang, yang justru lebih muda darinya. Rangga yang berumur 4 tahun lebih muda dari Ines, justru membuat Ines jatuh cinta. Rangga adalah seseorang yang skeptis akan hal berbau supranatural, namun justru menjadi tertarik pada Ines yang peka terhadap apa yg tidak dia yakini. Saat bersama Rangga, Ines selalu dapat mengendalikan rasa takutnya. Menjadikan Ines lebih berani. . . Kejadian demi kejadian terjadi dalam perjalanan hidupnya. Beberapa kali pindah apartemen membuat dia menemukan banyak kasus mengerikan yang hampir merenggut nyawanya. Sampai akhirnya dia harus pergi jauh dari kekasihnya, karena konflik keluarga. Tapi takdir kembali mempertemukan mereka. Dengan waktu dan keadaan yang berbeda. Kini mereka kembali berjuang bersama, walau dengan sebuah hubungan yang berbeda.
Aroma buku bagai sebuah candu. Seratnya, barisan kata di dalamnya, seolah nadi dan nafas untukku. Aku sangat menyukai jika berada di sini, di tempat di mana aku dikelilingi oleh benda persegi aneka warna dan kaligrafi indah di sampulnya. Setiap Sabtu, inilah yang kulakukan. Sebuah jadwal rutin setiap akhir pekan. Melepas penat setelah berkutat dengan tulisan dalam novelku sendiri.
Fiksi.
Urutan judul buku di depan sudah bergeser karena ada beberapa buku baru di rak. Aku yakin kalau keberadaan ku di sini akan menjadi lebih lama dari minggu lalu. Aku harus menyeleksi tiap buku untuk menentukan bagian buku yang ingin ku baca lebih dulu. Tentu saja dengan membelinya, apalagi sampul buku ini masih tersegel rapi di dalam sebuah plastik bening. Dengan kamera CCTV yang berada di tiap sudut ruangan, membuatku tidak mungkin merobek plastik ini dan membacanya dalam sekali duduk. Buku-buku ini tebal, tapi aku mampu membacanya dalam semalam.
J. Miles, Beneath the Saphire eye's. Sebuah novel fantasi yang cukup menarik bagiku. Apalagi ternyata penulisnya adalah orang Indonesia. Pasti bahasanya lebih mudah kumengerti ketimbang novel terjemahan luar negeri. Sekalipun sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, akan tetapi tetap saja tidak semudah mencerna novel asli Indonesia. Blurb di belakang novel membuatku yakin untuk membeli buku satu ini. Sangat menarik, pikirku.
Kaki jenjang ini kembali melangkah ke samping, netra hanya tertuju pada barisan novel dengan tema fantasi, misteri, maupun horor di depan. Lorong ini adalah kesukaanku. Karena ini adalah genre yang paling aku sukai, sekaligus genre yang mudah kutulis. Entah mengapa aku bukan tipe penulis romantis, atau adegan dewasa seperti kebanyakan teman sesama penulis. Aku lebih mahir dalam mengekspresikan gambaran setan, iblis dan kejadian mengerikan yang dialami tokoh ceritaku. Novel pertamaku laku keras di pasaran, mengangkat tema seorang gadis indigo dengan kehidupan sehari-harinya. Sangat klasik, namun disukai banyak orang. Mereka bilang kisah yang kutulis bagai sebuah kisah nyata yang memang dialami seseorang. Namun aku, tetap mengatakan kalau itu semua adalah karangan ku saja.
Dalam keheningan di toko buku ini, ada tetesan air yang membuatku menoleh, dan mencari sumber suara tersebut. Tetesan air yang perlahan itu justru membuat perhatianku teralih. Kedua bola mata langsung tertuju pada AC di sudut kanan, aku yakin kalau air tersebut berasal dari AC yang bocor. Yah, air dari mana lagi.
Toko buku ini memang selalu hening. Tidak banyak orang yang suka pada buku dan aku yakin toko baju di sebelah justru lebih ramai. Namun suasana di sini biasanya tidak sehening ini. Walau tidak ramai pengunjung, tapi ada lantunan musik yang membuat pengunjung santai dan makin betah. Hanya saja kali ini aku tidak dapat mendengar alunan musik apa pun, bahkan pelayan toko yang biasa lalu lalang menata rak buku, tidak terlihat.
Aku melirik jam di pergelangan tangan, sambil menarik nafas dalam, merasa tidak nyaman dengan keadaan ini. "Hm, jam makan siang, pantas aja sepi." Aku kembali hanyut dalam novel kedua. Sebuah novel dengan tema fallen angel membuatku sedikit tertarik, teringat akan novel yang kutulis sebelumnya, yang juga mengangkat tema yang sama. Aku putuskan mengambil novel ini juga, karena ingin membaca kisah malaikat terbuang versi barat, yang biasanya lebih rinci dan dalam. Walau biasanya akan merujuk pada satu agama tertentu. Tapi pembahasan ini cukup menarik bagiku.
Tetesan air tadi makin deras kudengar. Bukan hanya setetes dua tetes dalam lima detik, tapi seperti kain basah yang diperas dengan kasar, aku cemas jika lantai akan basah dan membahayakan pengunjung lainnya.
"Mba ... Mas? Ac-nya bocor, ya?" jeritku sambil menatap ke sudut toko, di mana kasir berada di sana. Namun tidak ada sahutan. Bahkan tidak ada seorangpun yang duduk di kursi kasir sana. Makin lama aku merasa aneh dengan ruangan ini, aku merasa seorang diri di sini.
Ke mana semua orang?
"Mba? Mas?" Kembali aku memanggil karyawan toko, siapa tau panggilan kali ini dapat mereka dengar. Atau mungkin mereka telah kembali dari makan siang.
"Ke mana sih mereka? Kalau toko di rampok, gimana coba?!" gerutuku kesal. Alhasil aku melupakan novel ketiga yang hendak aku ambil tadi, dan mencari suara kucuran air yang sejak tadi mengganggu telinga. Aku mulai tidak nyaman.
Langkah ku hentikan di depan AC yang kucurigai sebagai sumber bising nya air. Aku mendongak dan menatap bagian bawah, tepatnya belakang rak buku. Namun tidak ada tanda-tanda genangan air atau tetesan air seperti yang kuduga sejak tadi.
"Kok nggak ada airnya? AC nya kan cuma ini aja di sini, suara airnya juga jelas banget aku denger tadi. Masa sih bukan AC ini? Atau aku salah denger, ya?" tanyaku berbicara pada diri sendiri. "Ah, nggak mungkin salah!" aku kembali menepis keraguan dengan keyakinan. Apalagi air tadi masih jelas kudengar sampai sekarang. Aku kembali menajamkan pendengaran, mencari di mana asal muasal kucuran air yang mengusikku sejak tadi. Rasa penasaran juga mendominasi, bahkan aku melupakan buku yang sudah kupilih tadi, walau masih kudekap dalam dada. Satu persatu lorong aku periksa, hanya ada deretan novel yang tersusun rapi. Hingga saat sampai pada lorong yang paling ujung, dekat tangga yang berada di luar toko. Toko buku ini memang berada di sebuah Mall besar, walau ukuran toko ini kecil, aku yakin biaya sewanya tidak murah.
Kakiku berhenti, tepat di depan genangan air. Air di depanku berwarna keruh kekuningan, namun anehnya ada aliran air lagi yang datang. Makin lama warna air itu berubah hitam dan terlihat kotor. Bahkan sedikit bau. Aku jongkok untuk melihat sumber datangnya air tersebut. Rak novel yang tersusun rapi, memiliki jarak satu jengkal di antara tiap rak-nya. Dari celah rak paling bawah, aku melihat sepasang kaki. Tanpa alas kaki. Kaki tersebut terlihat kotor dan pucat. Berdiri di belakang rak, menempel di tembok. Jantungku berdegup lebih cepat. Tanganku mulai gemetaran, berkali-kali aku menelan Saliva agar mudah untuk berteriak nantinya. Karena aku yakin sepasang kaki yang bersembunyi di belakang rak itu, bukanlah manusia. Anehnya yang seharusnya aku berdiri, atau bahkan lari, justru hanya diam di tempatku. Aku tetap berada pada posisiku semula. Jongkok, dengan pandangan menatap ke sudut tersebut. Tubuhku makin kaku, ketika otakku mulai berpikir untuk lari. Seolah-olah sosok di sana melarangku pergi meninggalkannya.
"Jangan ganggu! Jangan ganggu." Kalimat itu terus ku ucapkan dalam hati, tapi sosok tadi justru mulai bergerak. Kakinya melangkah maju, menembus rak di depannya. Aku yakin, dia hendak mendekat. Entah kenapa mereka selalu berlaku hal sama, di saat aku ingin mereka pergi, mereka justru mendekat. Tubuhku makin menegang, bahkan kedua bola mataku tidak dapat terpejam, sekalipun aku sangat ingin.
Kini sepasang kaki tadi, sudah berdiri di depanku. Tetesan air yang kudengar sejak tadi berasal dari pakaiannya yang basah. Namun, warna pakaian itu terlihat belum pudar. Kepalaku yang tadinya menunduk, dituntun untuk mendongak untuk menatapnya. Itu semua di luar kendaliku. Dengan bibir bergetar aku mulai melihat tubuhnya. Gaun yang ia pakai seperti gaun pernikahan, model yang masih terbilang baru, dengan dominan warna putih dengan bahan brukat. Gaun itu menjuntai panjang, walau tidak sampai menutup seluruh kakinya. Karena ada robekan kasar sebatas lutut. Aku yakin, gaun ini adalah sebuah gaun pengantin yang panjang dan indah.
"Rosi?"
Aku kembali menelan Saliva, saat ia menyebut namaku. Tatapanku mulai beralih ke wajah sosok wanita tersebut. Aku tersentak, karena ternyata aku mengenal siapa dia. "Li ... Lili?!" suaraku terbata-bata. Bayanganku seolah terserat pada kejadian terakhir pertemuan ku dengan Lili. Itu adalah tiga hari lalu, dia datang dengan wajah berbinar membawa undangan pernikahan. Dua minggu lagi dia akan menikah dengan kekasihnya, Ramon. Semua terlihat sempurna, tapi mengapa dia di sini sekarang. Dengan keadaan tanpa raga.
"Ka ... Kamu kenapa?" Sekalipun dia salah satu temanku, tapi tetap saja terlihat menakutkan dengan keadaannya sekarang.
"Ros, tolong. Tolong aku, Ros," kata Lili dengan terisak. Dia menutup wajahnya, menangis.
"Li, apa yang terjadi?" Pertanyaan yang sama kuulangi, ingin segera mendapat penjelasan Lili. Aku penasaran apa yang terjadi padanya, kenapa dia meninggal dengan pakaian seperti ini, dan kondisinya. Mengenaskan. Ada beberapa luka di bagian tubuhnya. Semua tersamarkan karena basah tubuhnya.
Lili hanya menangis, makin menyayat hati. Sementara aku terus menanyakan hal serupa. Tiba-tiba tangisannya berhenti. Aku dapat memundurkan tubuhku walau sedikit. Sikapnya aneh. Dalam beberapa detik saja, wajah Lili berada tepat di depanku. Aku menjerit sambil menutup wajah. Cukup aneh karena tiba-tiba aku mampu bergerak kembali. Walau belum kuat untuk berlari.
"Mba ... Mba ... Kenapa?" tepukan di bahu membuatku melepaskan tangan yang sejak tadi menutupi wajah. Di sampingku sudah ada seorang wanita dengan seragam toko buku ini. Di belakangnya juga ada seorang pria dengan pakaian yang sama. Mereka karyawan toko buku yang minggu lalu kulihat, menatapku dengan ekspresi kebingungan. Aku kembali menoleh ke depan, dan sosok Lili sudah hilang. Tetapi genangan air tersebut masih ada.
"Loh, ada yang bocor nih, Vit!" seru pegawai wanita di samping ku.
"Eh iya. Mba terpeleset, ya? Astaga! Maaf, ya. Biar aku ambil lap pel dulu, Na." Dia bergegas pergi ke meninggalkan kami berdua.
"Mba ... ada yang luka?"
Aku menggeleng. Lalu berdiri dibantu olehnya. "Nggak apa-apa kok. Cuma jatuh aja," elakku berusaha setenang mungkin.
"Maaf sekali lagi ya, Mba. Aneh juga kok tiba-tiba ada air di sini, ya," gumamnya sambil memeriksa sekitar.
"Mungkin ... Ada pipa yang bocor, mba," jelas ku terdengar masuk akal. "Oh ya, saya beli novel ini." Dua buah novel yang masih kudekap, segera kuberikan padanya.
_______
Amanda Rhea. Kembali ke sebuah kehidupan masa lalunya dengan seorang pria bernama Hagana. Ternyata Amanda dan putri Haga, seperti terikat hal aneh. Yang terhubung satu sama lain. Musuh Amanda, seorang iblis yang akan melukainya di dalam mimpi, perlahan menunjukan eksistensinya dan mulai mencelakai orang orang terdekatnya. Apakah kisah cinta Amanda dan hagana akan kembali terukir seiring intensitas pertemuan mereka?
Ketika mereka masih kecil, Deddy menyelamatkan nyawa Nayla. Bertahun-tahun kemudian, setelah Deddy berakhir dalam keadaan koma akibat kecelakaan mobil, Nayla menikah dengannya tanpa berpikir dua kali dan bahkan menggunakan pengetahuan medisnya untuk menyembuhkannya. Selama dua tahun, Nayla setia, mencari kasih sayangnya dan ingin melunasi utang budinya yang menyelamatkan nyawanya. Akan tetapi ketika cinta pertama Deddy kembali, Nayla, yang dihadapkan dengan perceraian, tidak ragu untuk menandatangani surat perceraian. Meskipun dicap sebagai barang bekas, hanya sedikit yang tahu bakatnya yang sebenarnya. Dia adalah seorang pengemudi mobil balap, seorang desainer terkenal, seorang peretas jenius, dan seorang dokter ahli. Menyesali keputusannya, Deddy memohon pengampunannya. Pada saat ini, seorang CEO yang menawan turun tangan, memeluk Nayla dan menyatakan, "Enyah! Dia adalah istriku!" Terkejut, Nayla berseru, "Apa katamu?"
Sayup-sayup terdengar suara bu ustadzah, aku terkaget bu ustazah langsung membuka gamisnya terlihat beha dan cd hitam yang ia kenakan.. Aku benar-benar terpana seorang ustazah membuka gamisnya dihadapanku, aku tak bisa berkata-kata, kemudian beliau membuka kaitan behanya lepas lah gundukan gunung kemabr yang kira-kira ku taksir berukuran 36B nan indah.. Meski sudah menyusui anak tetap saja kencang dan tidak kendur gunung kemabar ustazah. Ketika ustadzah ingin membuka celana dalam yg ia gunakan….. Hari smakin hari aku semakin mengagumi sosok ustadzah ika.. Entah apa yang merasuki jiwaku, ustadzah ika semakin terlihat cantik dan menarik. Sering aku berhayal membayangkan tubuh molek dibalik gamis panjang hijab syar'i nan lebar ustadzah ika. Terkadang itu slalu mengganggu tidur malamku. Disaat aku tertidur…..
BACAAN KHUSUS DEWASA Siapapun tidak akan pernah tahu, apa sesungguhnya yang dipikirkan oleh seseorang tentang sensasi nikmatnya bercinta. Sama seperti Andre dan Nadia istrinya. Banyak yang tidak tahu dan tidak menyadari. Atau memang sengaja tidak pernah mau tahu dan tidak pernah mencari tahu tentang sensasi bercinta dirinya sendiri. Seseorang bukan tidak punya fantasi dan sensasi bercinta. Bahkan yang paling liar sekalipun. Namun norma, aturan dan tata susila yang berlaku di sekitranya dan sudah tertanam sejak lama, telah mengkungkungnya. Padahal sesungguhnya imajinasi bisa tanpa batas. Siapapun bisa menjadi orang lain dan menyembunyikan segala imajinasi dan sensasinya di balik aturan itu. Namun ketika kesempatan untuk mengeksplornya tiba, maka di sana akan terlihat apa sesungguhnya sensasi yang didambanya. Kisah ini akan menceritakan betapa banyak orang-orang yang telah berhasil membebaskan dirinya dari kungkungan dogma yang mengikat dan membatasi ruang imajinasi itu dengan tetap berpegang pada batasan-batasan susila
Kehidupan Leanna penuh dengan kesulitan sampai Paman Nate-nya, yang tidak memiliki hubungan kerabat dengannya, menawarinya sebuah tempat tinggal. Dia sangat jatuh cinta pada Nate, tetapi karena Nate akan menikah, pria itu dengan kejam mengirimnya ke luar negeri. Sebagai tanggapan, Leanna membenamkan dirinya dalam studi andrologi. Ketika dia kembali, dia terkenal karena karyanya dalam memecahkan masalah seperti impotensi, ejakulasi dini, dan infertilitas. Suatu hari, Nate menjebaknya di kamar tidurnya. "Melihat berbagai pria setiap hari, ya? Bagaimana kalau kamu memeriksaku dan melihat apakah aku memiliki masalah?" Leanna tertawa licik dan dengan cepat melepaskan ikat pinggangnya. "Itukah sebabnya kamu bertunangan tapi belum menikah? Mengalami masalah di kamar tidur?" "Ingin mencobanya sendiri?" "Tidak, terima kasih. Aku tidak tertarik bereksperimen denganmu."
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Novel Ena-Ena 21+ ini berisi kumpulan cerpen romantis terdiri dari berbagai pengalaman romantis dari berbagai latar belakang profesi yang ada seperti CEO, Janda, Duda, Mertua, Menantu, Satpam, Tentara, Dokter, Pengusaha dan lain-lain. Semua cerpen romantis yang ada pada novel ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga bisa sangat memuaskan fantasi para pembacanya. Selamat membaca dan selamat menikmati!