/0/3857/coverbig.jpg?v=ddde8c31a451fb095885ee37442cbf5e)
Dua kali menikah, dua kali pula dirinya dikhianati. Kisah percintaan Dila Ramadhani yang selalu berujung pengkhianatan, membuat dirinya tak percaya kalau cinta sejati dan ketulusan itu ada. Memperbaiki diri tak lantas membuatnya semakin dicintai, tapi justru dikhianati lagi. Berkali-kali dia mempertanyakan pada dirinya sendiri, apa kekurangannya sebagai istri. Dila menjalani kehidupannya bersama dua orang anak dari pernikahan pertama dan satu orang anak dari pernikahan kedua. Melewati hinaan-hinaan dari keluarga sendiri hingga terpuruk tak punya uang dan anak-anaknya terancam berhenti sekolah. Sampai akhirnya Dila berkenalan dengan Alvin Pramudya, pria yang usianya lebih muda lima tahun darinya. Kaya, tampan dan rapuh. Kisah cintanya sama dengan kisah cinta Dila, selalu berujung pengkhianatan. Kisah cinta yang diwarnai perselingkuhan, uang dan kepercayaan, mengajak kita selalu percaya kalau Tuhan akan memberikan yang terbaik asal kita selalu berusaha untuk memperbaiki diri.
Dila menghentikan gerakannya yang hendak menutup pintu rumah, menajamkan telinga sambil menyipitkan mata. Suara sepasang manusia yang mengerang pelan, terdengar sangat jelas di dalam rumah. Tanpa menutup pintu rumah, Dila melangkah masuk ke rumah lebih dalam, dengan langkah berjinjit untuk menyamarkan suara langkahnya. Kepala Dila menoleh cepat ke arah kamarnya, suara erangan dan desahan itu berasal dari sana. Dada Dila berdegup kencang, mengira-ngira siapa yang sedang memadu kasih di dalam kamarnya saat ini.
Mulya, suami Dila, tidak sedang berada di rumah. Pekerjaannya sebagai seorang supir truk membuatnya hanya bisa pulang sekali seminggu saja, itupun hanya beberapa hari saja berada di rumah. Dia memang berjanji pada Dila akan pulang hari ini, tapi katanya nanti sore. Ratih, perempuan yang membantu beberapa pekerjaan di rumah Dila, pun biasanya sudah pulang di jam segini. Dia hanya bekerja sampai jam sepuluh pagi, sementara sekarang sudah jam dua siang. "Lalu, siapa yang sedang berasyik mahsyuk di dalam rumahku?" pikir Dila.
Dila menghela nafas panjang dan melepaskannya perlahan, mengumpulkan keberanian yang dia miliki untuk melihat siapa yang berada di dalam kamarnya saat ini.
"Assalammualaikum!! La!! Dila!!"
Teriakan seseorang dari luar tiba-tiba saja menghentikan lenguhan dan erangan yang ada di dalam kamar. Dila yang semula kaget dan langsung menoleh ke arah pintu yang terbuka lebar, kembali menatap ke arah kamarnya. Suara berisik terdengar dari dalam sana, persis seperti orang yang sedang buru-buru melakukan sesuatu untuk menutupi yang barusan terjadi.
"Waalaikumsalam!!"
Kedua mata Dila melotot mendengar jawaban salam dari dalam kamarnya. Itu adalah suara seorang laki-laki yang sangat dia kenali, laki-laki yang sudah menemaninya selama empat tahun belakangan ini, suara suaminya, Mulya.
Laki-laki itu keluar dari kamar sambil terburu-buru mengenakan baju kaos, dia belum menyadari kalau Dila sedang berdiri sambil memperhatikannya dari pembatas ruang tamu dan ruang keluarga. Laki-laki itu berdiri di depan pintu kamar yang letaknya di samping ruang keluarga.
"Bang... Tunggu!!"
Belum lagi hilang kekagetannya yang pertama, lagi-lagi Dila melotot kaget. Suara perempuan itu juga sangat dia kenal. Suara perempuan yang sudah enam bulan menemaninya di rumah ini sambil membantunya menyucikan pakaian, menyetrika dan juga membersihkan rumah saat Dila sedang berada di sekolah. Perempuan itu adalah Ratih.
"Aku keluar duluan lewat pintu belakang, sebentar," ucap si perempuan itu dengan manja dan setengah berbisik. Tapi suaranya masih bisa terdengar jelas oleh Dila.
Tak lama kemudian, Ratih sudah berjalan melewati pintu kamar yang terbuka, sambil memasang kancing kemejanya dengan gerakan cepat dan kepala menunduk.
"Dila!! Assalammualaikum," sahut seseorang yang masih menunggu di luar rumah.
"Waalaikum..." kalimat jawaban salam dari mulut Mulya langsung terhenti, giliran dia yang melotot kaget saat melihat Dila sedang berdiri menatap dirinya dan Ratih dengan tatapan tajam. Mulya menelan ludah untuk membasahi tenggorokannya yang tiba-tiba saja tercekat.
"Kkkkkak... Kak Dila," ucap Ratih terbata-bata. Wajahnya seketika pucat pasi, begitupun juga Mulya, suami Dila, yang berdiri di sampingnya.
"Dek... Ini... Ehmmm... Ini tidak seperti yang kamu pikirkan," ucap Mulya terbata-bata.
"Memangnya, apa yang sedang aku pikirkan saat ini?" tanya Dila pelan, seperti sedang berbisik. Mulya lekas menoleh pada Rina, perempuan itu sedang memperbaiki posisi bra nya. Lalu dia menoleh kembali menatap Dila.
"Jawab, Bang!" paksa Dila, suara pintu rumah yang didorong ke dalam agar posisinya terbuka lebih lebar seketika menghentikan percakapan mereka, kedua pasangan mesum itu semakin pucat pasi.
"Dila... ."
"Cepat katakan kepadaku!! Apa yang sedang kalian berdua lakukan di dalam kamarku tadi?!" bentak Dila kasar, Mulya bergerak maju ketakutan, mencoba mendekati Dila.
"Berhenti!! Tetaplah di sana!!" bentak Dila kasar, langkah Mulya sontak menurut berhenti.
"Dila... Ada ap... Astaghfirullah!!" teriak Bu Retno, wanita yang sedari tadi mengucapkan salam sambil memanggil nama Dila, beliau langsung menutup mulut yang menganga dengan kedua tangan, kedua matanya melotot tajam menatap Mulya dan Ratih secara bergantian. Dia benar-benar tak menyangka melihat pemandangan Mulya yang sudah mengenakan baju kaosnya, tapi lupa mengenakan celana panjang. Jadi, laki-laki itu hanya mengenakan baju kaos dan celana boxer saja. Sementara perempuan yang berdiri dua langkah di belakang Mulya, mengenakan pakaian secara asal-asalan. Kancing kemejanya saja sampai salah urutan terkancing, membuat kemejanya terlihat miring. Belum lagi rambutnya yang kusut dan wajah keduanya yang berkeringat, tampak seperti dua orang yang baru selesai melakukan olahraga di siang hari.
"Apa yang kalian lakukan!" bentak Bu Retno, istri dari Pak RT di lingkungan rumah yang ditempati Dila selama ini.
*
Dila terus menatap Mulya dengan tatapan tajam, tidak tahu harus melakukan apa saat ini. Matanya panas, tapi dia memaksa air matanya untuk tidak jatuh sekarang. Ingin mengumpat, tapi apa da umpatan yang tepat bagi dua manusia yang baru saja melakukan sesuatu yang biasanya dilakukan binatang. Percuma... Apapun yang dia lakukan akan percuma hasilnya. Toh mereka sudah melakukannya, bahkan bukan tidak mungkin mereka sering melakukan ini sebelumnya di rumah ini, hanya saja hari ini keduanya sedang sial. Kegiatan mesum mereka tertangkap basah langsung oleh Dila.
"Jadi, bagaimana La?" tanya Pak RT, beliau menatap Dila lama, tapi Dila seakan tak peduli pada tatapan Pak RT sekarang.
"Mau diselesaikan lewat jalur hukum atau kekeluargaan saja?" sambung Pak RT bertanya, Dila masih terus menatap Mulya yang tertunduk malu. Semua warga yang tinggal di lingkungan ini sedang menonton sidang yang dipimpin oleh Pak RT, dengan Mulya dan Ratih yang menempati posisi terdakwa.
"Tidak perlu lewat jalur hukum, Pak RT," jawab Dila lemah, suara-suara para warga yang sedang menonton jalannya sidang, terdengar seperti sebuah suara gerombolan lebah yang hendak menyerang.
Mulya sudah berani mengangkat kepala untuk membalas tatapan Dila. Hidungnya kembang kempis serasa sudah memenangkan hati istrinya untuk memaafkan kekhilafan indahnya.
"Saya hanya ingin mereka segera pergi dari rumah saya ini, khususnya Bang Mulya," sambung Dila dengan kalimat tegas, wajah Mulya seketika berubah. Dia mulai menarik nafas untuk mengucapkan sesuatu, tapi lekas ditahan oleh Dila menggunakan telapak tangan yang menghadap ke wajahnya.
"Aku tidak butuh penjelasan, aku hanya butuh perpisahan!" tambah Dila lagi, Mulya menggeleng-gelengkan kepalanya, tak terima dengan keputusan yang dibuat istrinya itu.
"Nikahi perempuan itu segera, tidak akan mudah baginya menanggung malu. Semua warga sudah tahu apa yang sudah kalian lakukan bersama, setelah ini dia pasti akan menerima cacian dan hinaan."
Dila lalu menoleh pada Ratih yang sudah dianggapnya seperti saudara sendiri.
"Seorang perempuan seharusnya bisa menjaga martabatnya sebagai calon Ibu, kasihan sekali anak-anakmu nanti, jika suatu hari mereka tau kalau Ibunya harus merebut suami orang terlebih dahulu agar mendapatkan status istri," ucap Dila pada Ratih, perempuan itu mendengus kesal dan membuang muka.
Pak RT beserta warga akhirnya membawa pergi Mulya dan Ratih dari rumah Dila. Masalah dengan Dila sudah selesai, tapi keduanya masih harus menyelesaikan masalah dengan warga sekitar, juga membayar denda atas perbuatan yang sudah mereka lakukan tadi. Dila menutup pintu rumahnya setelah semua tamunya meninggalkan rumah. Setelah pintu tertutup, Dila menyandarkan tubuhnya ke pintu. Perlahan tubuhnya luruh dan jatuh ke lantai, tangis yang sedari tadi ditahan akhirnya pecah juga. Dila menangis sejadi-jadinya untuk meluapkan rasa sesak yang menghimpit dada.
Kisah cinta yang ringan antara Dirgana, seorang janda beranak dua yang berprofesi sebagai tukang ojek on line, dengan seorang pria bernama Dimas, seorang anak pemilik toko emas yang sedang putus asa. Pernikahan mereka sudah diatur dengan sengaja oleh Mama Dimas, wanita yang pernah ditolong Dirgana. Mau tidak mau, Dimas dan Dirgana terpaksa menikah akibat pengaturan pernikahan yang tidak diketahui siapapun, kecuali sang Mama.
Kisah seorang gadis bertubuh gemuk yang selalu menerima hinaan dari Ibu sambung dan adik tirinya. Boni tumbuh menjadi perempuan yang memiliki kesabaran seluas langit, dia sanggup menerima hinaan-hinaan Ibu dan Adik sambungnya tanpa membalas sedikitpun. Sampai akhirnya, dia bisa membuktikan kalau kesabarannya membuahkan kemenangan dan cinta tanpa batas dari orang-orang yang menyayanginya dengan tulus.
Sebagai seorang Ibu, hatiku terasa sakit melihat perubahan sikap anak sulung laki-laki ku setelah menikah. Dia lebih menyayangi istrinya daripada aku. Aku yang mengandung, melahirkan dan membesarkannya, tapi dia justru memberikan cinta seutuhnya untuk sang istri.
Menikahi single mom yang memiliki satu anak perempuan, membuat Steiner Limson harus bisa menyayangi dan mencintai bukan hanya wanita yang dia nikahi melainkan anak tirinya juga. Tetapi pernikahan itu rupanya tidak berjalan mulus, membuat Steiner justru jatuh cinta terhadap anak tirinya.
Karena sebuah kesepakatan, dia mengandung anak orang asing. Dia kemudian menjadi istri dari seorang pria yang dijodohkan dengannya sejak mereka masih bayi. Pada awalnya, dia mengira itu hanya kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak, namun akhirnya, rasa sayang yang tak terduga tumbuh di antara mereka. Saat dia hamil 10 bulan, dia menyerahkan surat cerai dan dia akhirnya menyadari kesalahannya. Kemudian, dia berkata, "Istriku, tolong kembalilah padaku. Kamu adalah orang yang selalu aku cintai."
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"
"Tanda tangani surat cerai dan keluar!" Leanna menikah untuk membayar utang, tetapi dia dikhianati oleh suaminya dan dikucilkan oleh mertuanya. Melihat usahanya sia-sia, dia setuju untuk bercerai dan mengklaim harta gono-gini yang menjadi haknya. Dengan banyak uang dari penyelesaian perceraian, Leanna menikmati kebebasan barunya. Gangguan terus-menerus dari simpanan mantan suaminya tidak pernah membuatnya takut. Dia mengambil kembali identitasnya sebagai peretas top, pembalap juara, profesor medis, dan desainer perhiasan terkenal. Kemudian seseorang menemukan rahasianya. Matthew tersenyum. "Maukah kamu memilikiku sebagai suamimu berikutnya?"
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Amora Nouline selalu dibanding-bandingkan oleh sang ibu dengan kakak perempuannya sendiri bernama Alana Nouline! Dalam hal apapun Alana selalu unggul dari Amora, membuat sang Ibu lebih menyayangi Alana dibandingkan dengan Amora. Ketika dihadapkan dengan posisi sang ayah yang sakit parah dan memerlukan biaya rumah sakit yang tidak sedikit, Ibu dan kakak Amora sepakat untuk membujuk agar Amora menjual dirinya demi pengobatan sang ayah. Dengan hati teriris perih, terpaksa dan penuh ketakutan, Amora akhirnya menuruti keinginan ibu dan kakaknya demi kesembuhan sang ayah! Sialnya, malam itu laki-laki yang membeli Amora adalah seorang mafia dingin yang meskipun wajahnya teramat tampan namun wajah itu terlihat sangat menakutkan dimata Amora.