Unduh Aplikasi panas
Beranda / Adventure / Foto Suamiku Diruang Keluarganya
Foto Suamiku Diruang Keluarganya

Foto Suamiku Diruang Keluarganya

5.0
22 Bab
6.2K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Setelah menikah selama dua tahun, Ane baru menyadari kalau dia adalah istri kedua suaminya. Semua berawal saat dia datang ke rumah wali muridnya, Ibu si anak tanpa sengaja menjantuhkan foto keluarga yang dia dekap dan begitu dilihat Ane melihat Farel dikeluarga itu. Bagaimanakah reaksi Ane selanjutnya, tetap bertahan atau memilih mundur dari menjadi istri Farel.

Bab 1 Foto Suamiku Diruang Tamunya

Foto Suamiku Diruang Tamunya (Aku Istri Kedua Suamiku)

"Hari ini aku pulang telat ya sayang, ada kerjaan penting yang harus aku kerjakan," ujar Mas farel.

kami sudah menikah selama hampir dua tahun dan walaupun belum memiliki anak tapi kehidupan kami bahagia.

Aku bersyukur mengenal lelaki seperti Mas Farel.

"Ya mas gak papa kok," jawabku.

"Ini ATM Mas, kamu pegang aja kalau kamu ada apa-apa."

Mas Farel kemudian memberikan benda pipih berlogo sebuah bank itu padaku.

"Makasih ya Mas."

Kulayangkan sebuah sentuhan lembut dipipinya dan Diapun membalas dengan tatapan mata elangnya padaku.

Tatapan inilah yang membuatku langsung jatuh cinta saat Arin memperkenalkan Mas Farel dua tahun yang lalu.

Kami hanya kenal beberapa bulan, lalu menikah.

"Mas berangkat dulu ya," ujar Mas Farel setelah beberapa saat menatapku.

Akupun bergelayut manja sambil mengiringinya berjalan ke ruang depan.

Sesampainya di depan segera kuraih tangan suamiku lalu kucium tanganya sebagai tazim.

"Hati-hati dirumah ya sayang."

"Aku ngajar hari ini Mas."

Untuk mengisi waktu luang aku mengajar disebuah bimba pada sore hari.

Aku mengajar untuk anak-anak SD yang rentang usianya antara tujuh sampai

sembilan tahun.

"kamu saja mobilnya Mas naik motor."

Begitulah Mas Farel jika mobil kami salah satu ada masalah, dia rela naik motor dan kepanasan dari pada aku yang kepananasan.

Sungguh Mas farel adalah lelaki terbaik yang aku miliki.

Mas Farell melambaikan tanganya setelah motor matiknya selesai distarter.

"Hati-hati di jalan, ingat di sini istrimu menunggu di rumah," pesanku yang dibalas cubitan pipi oleh Mas Farel.

Setelah Mas Farel hilang dari pandangan aku kembali masuk ke dalam rumah untuk bersiap mengajar di sebuah Bimba.

Aku sengaja memilih mengajar anak-anak karena aku suka dan merasa terhibur oleh mereka.

Lagipula kata orang-orang tua jika ingin cepat punya anak maka kita harus dekat sama anak kecil.

Siapa tahu dengan seringnya aku bergaul dengan anak-anak itu dapat memancing benih di rahimku hingga aku bisa punya anak.

Selesai mandi aku segera berdandan, aku sengaja memakai make up yang gak terlalu tebal namun cukup menunjang penampilanku.

Dari rumahku ke Bimba tempatku mengajar memakan waktu sekitar 30 menit naik mobil.

-

-

-

Begitu sampai bimba, aku langsung disambut beberapa orang muridku.

"Bu Ane," ujar mereka begitu bahagia saat aku datang. .

Kukeluarkan beberapa minuman dan makanan.

"Ni ambil satu-satu ya, makanya nanti kalau habis belajar!"

Anak-anak itu kemudian mengambil jajan yang aku berikan hingga aku menyadari sesuatu, salah satu muridku bahkan yang paling dekat dengaku gak hadir.

"Anak-anak, Tasya kemana?"

"Tasya gak masuk Bu, dari kemarin," jawab

salah seorang siswa.

"Ada yang tahu gak Tasya kemana?"

"Gak Bu." Jawab mereka serentak.

Segera ku ambil ponselku untu menghubungi orang tua Tasya karena memang jika ada salah satu muridku yang gak masuk aku akan menghubungi orang tuanya namun sudah beberapa kali calling dan chat tak ada respon.

Dalam hati aku berpikir keras ada apa dengan Tasya, apa Dia sakit?

Sepanjang mengajar aku tak bisa konsentrasi penuh, pikiranku terus teringat akan Tasya.

"maap Bu, apa Ibu tahu alamat rumah Tasya,"

tanyaku pada salah satu wali murid saat mereka menjemput anaknya.

"memang kenapa Bu?"

"Sudah tiga hari ini Tasya gak masuk Bu, saya sudah hubungi nomor orang tuanya juga gak direspon," ujarku memaparkan.

"Setahu saya kemarin Ibu Tasya masuk Rumah Sakit Bu, mungkin Tasya ikut ke Rumah Sakit," jawab Ibu itu.

"Boleh saya tahu di Rumah Sakit mana?"

"Saya gak tahu Bu, tapi kalau alamat rumahnya saya tahu."

Berbekal alamat yang orang tua wali muridku kasih aku mulai mencari rumah Tasya.

Anak itu sangat dekat denganku, bahkan aku sudah menganggap anak itu seperti anakku.

Aku juga sudah beberapa kali bertemu ibunya yang aku ketahui mengidap penyakit Hepatitis A dan gini sudah komplikasi kanker hati stadium dua.

Bodohnya aku, aku tak pernah tanya di mana alamat rumahnya.

-

-

-

Aku sampai disebuah rumah bertingkat dua, bercat ungu dan memiliki banyak tanaman bunga diterasnya.

Mbak Riana, Ibu Tasya sering cerita kalau dia

memang menyukai bunga.

Suaminya sering dinas ke luar kota jadi Dia punya banyak waktu luang untuk merawat bunga-bunga itu.

"Asalamu alaikum."

Aku mengucap salam setelah menemukan swis bel didekat pintu.

"Walaikum salam."

Terdengar suara lemah seseorang dari dalam rumah.

"Tasya buka pintunya Nak! Ada tamu."

Butuh waktu beberapa detik hingga pintu Dibuka dan seorang anak kecil muncul dibalik pintu.

"Bu Guru," ujar Tasya sambil memelukku.

"Tasya kenapa gak masuk?" tanyaku.

"Mama sakit Bu Guru, gak ada yang jaga. Papa jarang pulang terus nenek juga gak ada."

"Memang nenek kemana sayang?"

"Kerumah Tante lihat dedek bayi."

"Tasya, siapa yang datang sayang?"

Terdengar suara Mbak Riana dari dalam rumah.

"Bu Guru Ma."

"Suruh masuk sayang," ujar Mbak Riana.

Tasya pun menggandeng tanganku masuk kedalam rumah.

Kutatap ruangan bercat putih itu, tampak tubuh lemah seorang wanita berbaring disofa.

"Maaf Bu, tadi Bu Ane telpon saya gak bisa angkat, mendadak tubuh saya lemas," ujar Mbak Riana lemah.

"Bu Guru mau minum apa?" tanya Tasya.

"Apa aja deh sayang," jawabku.

Aku duduk dihadapan Mbak Riana.

"Gak usah bangun Mbak," ujarku saat Mbak Riana berusaha bangun.

"Maaf ya Bu Guru, kemarin habis terapi, muntah hampir seharian sekarang jadinya lemah banget," ujarnya.

Terbit rasa kasihan dihatiku melihatnya, apalagi jika ingat suaminya tak ada disini.

Dalam hati aku mengutuk suaminya.

Prak

Suara benda jatuh yang ternyata adalah bingkai foto yang tadi aku lihat didekap Mbak Riana.

"Biar saya ambilkan Mbak," ujarku.

"Maap, merepotkan."

"Gak papa, Mbak tiduran saja," ujarku.

Aku segera membungkuk mengambil foto itu namun betapa terkejutnya saat aku melihat Mas Farel ada dalam foto itu.

Tasya ditengah diantara Mbak Riana dan Mas Farel, mereka tampak seperti sebuah keluarga.

Ya Tuhan apa hubungan Mas Farel dengan mereka.

"Itu Papa Tante, ganteng kan Papa Tasya."

Papa, Tasya memanggil Mas Farel dengan sebutan Papa apa itu artinya?

Ya Tuhan ...

Apakah itu artinya Mas Farel memiliki dua istri?

Tunggu kau mas, jika benar kau memiliki dua istri, takkan kubiarkan kau mempermainkan kami.

Next?

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 22 Jangan Bodoh Ane   10-03 06:23
img
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY