/0/3755/coverbig.jpg?v=e558c3fcb8aebec096bd5823ea51b0ff)
Setelah menikah selama dua tahun, Ane baru menyadari kalau dia adalah istri kedua suaminya. Semua berawal saat dia datang ke rumah wali muridnya, Ibu si anak tanpa sengaja menjantuhkan foto keluarga yang dia dekap dan begitu dilihat Ane melihat Farel dikeluarga itu. Bagaimanakah reaksi Ane selanjutnya, tetap bertahan atau memilih mundur dari menjadi istri Farel.
Foto Suamiku Diruang Tamunya (Aku Istri Kedua Suamiku)
"Hari ini aku pulang telat ya sayang, ada kerjaan penting yang harus aku kerjakan," ujar Mas farel.
kami sudah menikah selama hampir dua tahun dan walaupun belum memiliki anak tapi kehidupan kami bahagia.
Aku bersyukur mengenal lelaki seperti Mas Farel.
"Ya mas gak papa kok," jawabku.
"Ini ATM Mas, kamu pegang aja kalau kamu ada apa-apa."
Mas Farel kemudian memberikan benda pipih berlogo sebuah bank itu padaku.
"Makasih ya Mas."
Kulayangkan sebuah sentuhan lembut dipipinya dan Diapun membalas dengan tatapan mata elangnya padaku.
Tatapan inilah yang membuatku langsung jatuh cinta saat Arin memperkenalkan Mas Farel dua tahun yang lalu.
Kami hanya kenal beberapa bulan, lalu menikah.
"Mas berangkat dulu ya," ujar Mas Farel setelah beberapa saat menatapku.
Akupun bergelayut manja sambil mengiringinya berjalan ke ruang depan.
Sesampainya di depan segera kuraih tangan suamiku lalu kucium tanganya sebagai tazim.
"Hati-hati dirumah ya sayang."
"Aku ngajar hari ini Mas."
Untuk mengisi waktu luang aku mengajar disebuah bimba pada sore hari.
Aku mengajar untuk anak-anak SD yang rentang usianya antara tujuh sampai
sembilan tahun.
"kamu saja mobilnya Mas naik motor."
Begitulah Mas Farel jika mobil kami salah satu ada masalah, dia rela naik motor dan kepanasan dari pada aku yang kepananasan.
Sungguh Mas farel adalah lelaki terbaik yang aku miliki.
Mas Farell melambaikan tanganya setelah motor matiknya selesai distarter.
"Hati-hati di jalan, ingat di sini istrimu menunggu di rumah," pesanku yang dibalas cubitan pipi oleh Mas Farel.
Setelah Mas Farel hilang dari pandangan aku kembali masuk ke dalam rumah untuk bersiap mengajar di sebuah Bimba.
Aku sengaja memilih mengajar anak-anak karena aku suka dan merasa terhibur oleh mereka.
Lagipula kata orang-orang tua jika ingin cepat punya anak maka kita harus dekat sama anak kecil.
Siapa tahu dengan seringnya aku bergaul dengan anak-anak itu dapat memancing benih di rahimku hingga aku bisa punya anak.
Selesai mandi aku segera berdandan, aku sengaja memakai make up yang gak terlalu tebal namun cukup menunjang penampilanku.
Dari rumahku ke Bimba tempatku mengajar memakan waktu sekitar 30 menit naik mobil.
-
-
-
Begitu sampai bimba, aku langsung disambut beberapa orang muridku.
"Bu Ane," ujar mereka begitu bahagia saat aku datang. .
Kukeluarkan beberapa minuman dan makanan.
"Ni ambil satu-satu ya, makanya nanti kalau habis belajar!"
Anak-anak itu kemudian mengambil jajan yang aku berikan hingga aku menyadari sesuatu, salah satu muridku bahkan yang paling dekat dengaku gak hadir.
"Anak-anak, Tasya kemana?"
"Tasya gak masuk Bu, dari kemarin," jawab
salah seorang siswa.
"Ada yang tahu gak Tasya kemana?"
"Gak Bu." Jawab mereka serentak.
Segera ku ambil ponselku untu menghubungi orang tua Tasya karena memang jika ada salah satu muridku yang gak masuk aku akan menghubungi orang tuanya namun sudah beberapa kali calling dan chat tak ada respon.
Dalam hati aku berpikir keras ada apa dengan Tasya, apa Dia sakit?
Sepanjang mengajar aku tak bisa konsentrasi penuh, pikiranku terus teringat akan Tasya.
"maap Bu, apa Ibu tahu alamat rumah Tasya,"
tanyaku pada salah satu wali murid saat mereka menjemput anaknya.
"memang kenapa Bu?"
"Sudah tiga hari ini Tasya gak masuk Bu, saya sudah hubungi nomor orang tuanya juga gak direspon," ujarku memaparkan.
"Setahu saya kemarin Ibu Tasya masuk Rumah Sakit Bu, mungkin Tasya ikut ke Rumah Sakit," jawab Ibu itu.
"Boleh saya tahu di Rumah Sakit mana?"
"Saya gak tahu Bu, tapi kalau alamat rumahnya saya tahu."
Berbekal alamat yang orang tua wali muridku kasih aku mulai mencari rumah Tasya.
Anak itu sangat dekat denganku, bahkan aku sudah menganggap anak itu seperti anakku.
Aku juga sudah beberapa kali bertemu ibunya yang aku ketahui mengidap penyakit Hepatitis A dan gini sudah komplikasi kanker hati stadium dua.
Bodohnya aku, aku tak pernah tanya di mana alamat rumahnya.
-
-
-
Aku sampai disebuah rumah bertingkat dua, bercat ungu dan memiliki banyak tanaman bunga diterasnya.
Mbak Riana, Ibu Tasya sering cerita kalau dia
memang menyukai bunga.
Suaminya sering dinas ke luar kota jadi Dia punya banyak waktu luang untuk merawat bunga-bunga itu.
"Asalamu alaikum."
Aku mengucap salam setelah menemukan swis bel didekat pintu.
"Walaikum salam."
Terdengar suara lemah seseorang dari dalam rumah.
"Tasya buka pintunya Nak! Ada tamu."
Butuh waktu beberapa detik hingga pintu Dibuka dan seorang anak kecil muncul dibalik pintu.
"Bu Guru," ujar Tasya sambil memelukku.
"Tasya kenapa gak masuk?" tanyaku.
"Mama sakit Bu Guru, gak ada yang jaga. Papa jarang pulang terus nenek juga gak ada."
"Memang nenek kemana sayang?"
"Kerumah Tante lihat dedek bayi."
"Tasya, siapa yang datang sayang?"
Terdengar suara Mbak Riana dari dalam rumah.
"Bu Guru Ma."
"Suruh masuk sayang," ujar Mbak Riana.
Tasya pun menggandeng tanganku masuk kedalam rumah.
Kutatap ruangan bercat putih itu, tampak tubuh lemah seorang wanita berbaring disofa.
"Maaf Bu, tadi Bu Ane telpon saya gak bisa angkat, mendadak tubuh saya lemas," ujar Mbak Riana lemah.
"Bu Guru mau minum apa?" tanya Tasya.
"Apa aja deh sayang," jawabku.
Aku duduk dihadapan Mbak Riana.
"Gak usah bangun Mbak," ujarku saat Mbak Riana berusaha bangun.
"Maaf ya Bu Guru, kemarin habis terapi, muntah hampir seharian sekarang jadinya lemah banget," ujarnya.
Terbit rasa kasihan dihatiku melihatnya, apalagi jika ingat suaminya tak ada disini.
Dalam hati aku mengutuk suaminya.
Prak
Suara benda jatuh yang ternyata adalah bingkai foto yang tadi aku lihat didekap Mbak Riana.
"Biar saya ambilkan Mbak," ujarku.
"Maap, merepotkan."
"Gak papa, Mbak tiduran saja," ujarku.
Aku segera membungkuk mengambil foto itu namun betapa terkejutnya saat aku melihat Mas Farel ada dalam foto itu.
Tasya ditengah diantara Mbak Riana dan Mas Farel, mereka tampak seperti sebuah keluarga.
Ya Tuhan apa hubungan Mas Farel dengan mereka.
"Itu Papa Tante, ganteng kan Papa Tasya."
Papa, Tasya memanggil Mas Farel dengan sebutan Papa apa itu artinya?
Ya Tuhan ...
Apakah itu artinya Mas Farel memiliki dua istri?
Tunggu kau mas, jika benar kau memiliki dua istri, takkan kubiarkan kau mempermainkan kami.
Next?
Cerita ini banyak adegan panas, Mohon Bijak dalam membaca. ‼️ Menceritakan seorang majikan yang tergoda oleh kecantikan pembantunya, hingga akhirnya mereka berdua bertukar keringat.
"Tanda tangani surat cerai dan keluar!" Leanna menikah untuk membayar utang, tetapi dia dikhianati oleh suaminya dan dikucilkan oleh mertuanya. Melihat usahanya sia-sia, dia setuju untuk bercerai dan mengklaim harta gono-gini yang menjadi haknya. Dengan banyak uang dari penyelesaian perceraian, Leanna menikmati kebebasan barunya. Gangguan terus-menerus dari simpanan mantan suaminya tidak pernah membuatnya takut. Dia mengambil kembali identitasnya sebagai peretas top, pembalap juara, profesor medis, dan desainer perhiasan terkenal. Kemudian seseorang menemukan rahasianya. Matthew tersenyum. "Maukah kamu memilikiku sebagai suamimu berikutnya?"
Keseruan tiada banding. Banyak kejutan yang bisa jadi belum pernah ditemukan dalam cerita lain sebelumnya.
Kasihan si Gadis, dia harus jadi janda di usianya yang masih muda dan diceraikan suaminya setelah 9 hari menikah. Ucapan itulah yang sering terdengar oleh Gadis dari semua orang yang menatap iba padanya. Devano tega memberinya talak tiga demi perempuan lain yang ternyata adalah sepupunya sendiri. Untuk menata hatinya dan melupakan pernikahannya yang kandas, Gadis akhirnya memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Jepang. Kedatangannya ke Jepang ternyata membawanya keajaiban yang tak pernah dibayangkannya sama sekali. Gadis bertemu dan jatuh cinta pada dosen pembimbingnya, Yamazaki Kento. Keduanya pun akhirnya menikah, namun pernikahan kedua Gadis ini dijalani dengan adanya wanita di masa lalu sang suami. Apakah pernikahan kedua ini akan yang terakhir bagi Gadis?
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?