Apa yang akan kau lakukan saat menemukan kresek berisi mayat bayi dalam freezer? Suatu hari Tedi menemukan mayat bayi yang tersimpan dalam kresek hitam di dalam freezer kulkasnya. Dia tidak melaporkan hal ini ke Polisi dan berusaha menangkap pelakunya sendiri. Bisakah Tedi menangkap pelakunya?
Jam di dinding menunjukkan sudah pukul 00.30 malam saat aku melangkahkan kakiku ke dapur. Aku baru saja terbangun untuk mencari makanan. Perutku terasa lapar karena belum makan malam sebelum tidur tadi.
Setelah pulang dari kantor aku langsung tertidur begitu sampai di rumah. Aku terlalu terlalu lelah dengan pekerjaan di kantor yang menumpuk. Begitu tubuhku kurebahkan di atas kasur aku langsung tertidur lelap bahkan tanpa mengganti bajuku.
Sesampainya di dapur kubuka tudung saji di atas meja. Tidak ada apa pun di dalamnya. Oya, aku lupa. Nia, istriku sedang di rumah ibunya 3 hari ini. Pantas saja meja makan kosong tidak ada apa pun.
Kemarin aku makan malam di luar sebelum pulang ke rumah. Namun karena dikejar tenggat waktu aku pulang kemalaman. Tubuhku sudah terlalu lelah walau sekedar mampir ke warung untuk membeli makanan. Hanya ingin segera merebahkan tubuh dan meluruskan punggung ini di kasur. Setelah seharian duduk di kursi menatap monitor, membuat tubuh dan mata ini kelelahan.
Kutuangkan air putih ke gelas dan langsung meminumnya untuk menghilangkan rasa haus. Mengganjal perut yang kelaparan, meronta-ronta untuk diisi makanan untuk sementara waktu.
Aku beranjak ke kulkas untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan. Barangkali Nia menyimpan sesuatu yang bisa dimakan dalam kulkas. Biasanya dia selalu menyimpan makanan ataupun buah-buahan yang bisa langsung dimakan sebagai stok saat butuh camilan. Nihil, tidak ada apa pun yang bisa dimakan untuk mengganjal perutku yang semakin kelaparan. Hanya ada racikan sayur sop mentah dan beberapa butir telur di pintu kulkas.
Kualihkan pencarianku ke dalam freezer untuk mencari lagi sesuatu yang bisa kumakan. Saat kubuka pintu freezer, kulihat bungkusan keresek berwarna hitam yang cukup besar hingga langsung menarik perhatianku. Kupegang bungkusan keresek hitam itu dan merabanya untuk menebak kira-kira apa isinya.
Keresek hitam itu teraba keras layaknya bongkahan daging yang mengeras karena beku. Kutebak isinya adalah seekor ayam yang belum sempat dimasak oleh Nia sebelum pergi.
Nia memang suka makan ayam. Entah itu digoreng, dibakar, diolah menjadi bakso atau dimasak apa pun. Dia sangat menggemari ayam dibandingkan daging. Menurutnya ayam lebih gampang diolah menjadi makanan apa pun dan pasti akan terasa lezat. Selain itu daging ayam harganya relatif lebih murah bila dibandingkan dengan harga daging. Karena itu Nia sering membelinya dan menyimpannya dalam freezer sebagai stok agar bisa dimasak sewaktu-waktu.
Aku memang jarang sekali membuka freezer. Biasanya saat membuka kulkas, aku hanya membuka pintu bawah dan mengambil makanan atau apa pun yang kuperlukan tanpa membuka pintu atas. Biasanya dalam freezer hanya diisi bahan mentah yang perlu dimasak terlebih dulu seperti ikan, ayam ataupun daging oleh Nia.
Aku beralih ke lemari kayu di sudut dapur untuk mencari stok mi instan. Pilihan yang tepat untuk orang yang butuh makanan cepat saji saat kelaparan. Kuambil sebutir telur dan kumasukkan ke dalam air yang mendidih sebelum memasukkan mi agar telur tidak terlalu mentah saat mi sudah matang ini nanti.
Beberapa menit kemudian mi sudah siap santap. Aku berpindah ke meja makan untuk menyantapnya. Tak perlu waktu lama sampai mi dalam mangkok sudah habis berpindah ke dalam perutku yang kelaparan.
Selesai makan, aku beranjak ke ruang tamu. Kunyalakan televisi dan mencari tontonan yang menarik. Aku menonton televisi sambil membuka ponselku. Saat membuka aplikasi chat berwarna hijau kulihat istriku terlihat Online beberapa menit lalu. Tanpa berpikir lama, aku langsung menghubunginya dia namun panggilanku tidak diangkatnya sampai deringan terakhir. Segera kukirimkan pesan padanya.
[Sayang, sudah larut malam begini kenapa belum tidur?]
Kutunggu beberapa menit namun belum ada jawaban darinya. Kulihat dia sudah tidak Online lagi. Ah mungkin dia baru saja tidur. Bukankah sekarang sudah malam.
Rasa letih yang belum tuntas dan perut yang sudah kenyang membuatku mengantuk lagi. Segera kumatikan televisi dan beranjak dari tempat duduk dengan membawa ponselku. Aku berpindah ke kamar dan meneruskan tidurku yang terputus karena rasa lapar tadi.
**
Matahari sudah bersinar terang saat aku terbangun keesokan harinya. Untung saja hari ini hari minggu, jadi kantor libur. Aku tidak perlu terburu-buru karena takut telat.
Segera kuambil air wudu dan menunaikan salat dua rakaat. Setelah Shalat subuh aku berselancar di dunia maya untuk mencari cara mengolah ayam. Aku berniat memasak ayam dan sayur yang ada di kulkas sebelum membusuk karena terlalu lama disimpan di kulkas.
Nia akan kembali beberapa hari lagi. Dia pamit pergi selama seminggu karena kuliahnya sedang liburan selama hampir sebulan. Selama liburan sudah seminggu ini Nia hanya di rumah saja tidak ke mana-mana. Biasanya saat libur ia akan pergi dengan teman-temannya kalau aku masuk kerja. Namun, karena libur panjang teman-teman kuliahnya tentu pulang ke rumah masing-masing.
Nia yang biasanya disibukkan dengan kegiatan kampus dan kuliah jadi bingung dan merasa bosan karena tidak melakukan apa-apa di rumah. Karena itu daripada hanya bengong di rumah, dia ingin pulang dan melepaskan rasa rindu dengan ibunya. Lagi pula sudah hampir 4 bulan ini dia tidak pulang ke rumah ibunya.
Melihat banyaknya resep olahan ayam hanya membuatku pusing dan semakin bingung untuk menentukan pilihan. Akhirnya kuputuskan untuk memasaknya menjadi ayam goreng saja. Hanya perlu membumbui ayam lalu menggorengnya di minyak yang sudah dipanaskan terlebih dulu.
Kembali kupandangi layar ponselku untuk mencari bumbu apa saja yang diperlukan untuk membuat ayam goreng yang mudah dan enak. Tiba-tiba aku teringat dengan ayam goreng dan sambal terasi yang biasa Nia masak. Kenapa aku tidak terpikir dari tadi untuk bertanya resepnya langsung ke nia.
Kubuka pesan yang kukirim semalam, pesanku sudah dibaca namun tak dibalas padahal kulihat dia sedang Online. Mungkin dia sedang sibuk atau lupa pikirku. Kucoba mengirim pesan lagi padanya.
[Dek, kirimi Aku resep ayam goreng yang biasa kamu masak buatku dong]
Kupencet tombol kirim. Terlihat centang dua dari abu-abu pertanda pesanku sudah terkirim lalu berubah menjadi warna biru dalam sekejap. Pertanda pesanku sudah dibaca olehnya. Kulihat dia sedang mengetik untuk membalas pesanku.
[Resep ayam goreng? Buat apa Mas?]
Kubaca pesan balasan dari Nia. Lalu segera kuketik pesan balasan untuk istriku.
[Aku mau masak ayam goreng mumpung libur. Mas kangen ayam goreng buatanmu yang enak itu. Kangen yang biasa masak buatku juga]
Segera kukirim pesan yang sudah kutulis. Tak lupa kuselipkan sedikit rayuan dan gambar hati berderet-deret untuk menggodanya.
Nia sering protes saat aku merayunya dan mengatakan kalau rayuanku norak. Namun aku tidak memedulikan dengan sikap protesnya. Aku selalu terpesona saat melihat mulutnya yang mencebik karena merasa kesal. Membuatku bertambah semangat untuk menggodanya dengan rayuan-rayuan gombal setiap kali ada waktu.
[Tumben mau masak. Kenapa nggak beli saja? Lebih praktis]
Bunyi ponselku membuat lamunanku buyar. Segera kubuka pesan balasan dari Nia.
[Kulihat ada simpanan daging ayam di freezer yang belum dimasak. Mau kumasak sekarang saja. Kalau masaknya menunggu Kamu balik kelamaan nanti keburu busuk dan nggak segar lagi ayamnya]
Lama kutunggu tak ada balasan lagi dari Nia. Pesanku hanya dibaca dan statusnya sudah offline sekarang. Mungkin dia sedang sibuk membantu ibunya memasak sekarang.
Ibunya Nia memang terbiasa memulai aktivitas memasak pukul 06.00 pagi. Setelah selesai masak biasanya akan dilanjut dengan sarapan dan mencuci peralatan bekas memasak.
Daripada menunggu lama, akhirnya kuputuskan mencari resep ayam goreng dari internet lagi. Setelah menemukan resep yang pas dan terlihat simpel segera kucari bahan-bahan yang diperlukan. Setelah semua bahan-bahan terkumpul segera kukeluarkan keresek hitam dari dalam freezer.
Aku kesulitan saat mengambil keresek hitam tersebut dari dalam freezer. Permukaan bawah keresek menempel pada dinding dan permukaan freezer karena membeku dan mengeras menjadi es. Kemungkinan karena terlalu lama ditaruh dalam freezer. Segera kukecilkan pendingin agar es mencair. Selang setengah jam barulah keresek itu bisa diambil.
Setelah berhasil mengambilnya segera kutenteng keresek hitam itu ke wastafel. Berniat untuk mencuci dan membersihkan ayamnya terlebih dahulu sebelum memotongnya menjadi beberapa bagian.
Kuambil wadah besar dari rak piring untuk menaruh ayam yang hendak kumasak. Dengan bersiul kubuka ikatan keresek hitam tersebut. Begitu terbuka kulihat isi dalam keresek hitam. Aku begitu terkejut melihat isinya tersebut sehingga tanpa sadar tanganku melemparkan keresek hitam itu ke wastafel begitu saja.
Tubuhku bergetar hebat dan dadaku berdebar sangat kencang. Nafasku terengah-engah seakan aku baru berlari jauh. Selama beberapa menit aku mencoba untuk tenang. Masih belum percaya dengan apa yang kulihat tadi, aku mencoba melihat isi keresek hitam itu sekali lagi. Benarkah penglihatanku atau aku tadi hanya salah lihat.
Dengan hati-hati kuambil keresek hitam yang kulemparkan ke wastafel lalu tadi. Lalu kubuka dengan pelan untuk melihat isinya sekali lagi. Memastikan apa yang kulihat tadi benar.
Ya, tidak salah lagi. Aku memang tidak salah lihat. Apa yang kulihat tadi memang benar. Berarti penglihatanku masih baik dan aku masih sadar sepenuhnya. Dengan tangan gemetar aku memegang keresek hitam berisi sebuah mayat bayi yang sudah membeku.
Kukucek mataku berulang kali dan melihatnya lagi. Berharap penglihatanku salah. Namun yang kulihat masih sama. Aku masih melihat adalah mayat bayi yang membeku, bukan ayam seperti dugaanku tadi.
Tapi kenapa mayat bayi ini ada di dalam freezer. Siapa yang menaruhnya dan kenapa. Pikiranku berkecamuk. Aku tidak mampu berpikir dengan jernih. Aku bingung dengan apa yang harus kulakukan.
Selama beberapa menit aku hanya berjalan mondar-mandir di dapur sambil memikirkan segala kemungkinan yang terjadi. Sampai terdengar bunyi dari ponsel yang kuletakkan di atas meja makan. Kulihat sebuah pesan datang dari istriku, Nia.
Benar, Nia. Kenapa aku tidak terpikir untuk bertanya kepadanya dari tadi. Mungkin saja dia yang menaruh keresek hitam ini dalam kulkas. Bukankah dia yang selama ini mengurus bahan makanan dalam kulkas. Kenapa aku tidak bertanya langsung padanya saja.
Kubuka ponselku dan kubaca pesan dari Nia.
[Ayam yang mana, Mas? Aku nggak menyimpan stok makanan mentah apa pun di dalam kulkas. Paling hanya ada sayur sop sisa kemarin yang belum sempat kumasak dan beberapa butir telur. Kalau sayur sopnya sudah busuk buang saja]
Setelah membaca pesan Nia, aku langsung meneleponnya tanpa pikir panjang. Setelah beberapa saat dia mengangkat panggilanku.
"Dek, siapa yang menaruh keresek hitam di dalam freezer? Bukan kamu kan?" Aku langsung memberondong Nia dengan berbagai pertanyaan begitu Nia menjawab teleponku.
Hening. Lama tidak ada jawaban. Kunyalakan loudspeaker di ponselku untuk mendengar jawaban dari Nia dengan saksama. Namun dia masih diam belum menjawab pertanyaan yang barusan kulontarkan padanya.
"Dek, kenapa diam? Jawab pertanyaanku. Keresek hitam itu siapa yang menaruhnya?" kuulangi lagi pertanyaanku.
"Eh ia mas. Ehmm ... Keresek? Kresek yang mana mas?" Suara Nia terdengar gugup.
"Keresek hitam dalam freezer dek. Tadinya kupikir isinya ayam. Jadi mau kumasak sekarang. Setelah kubuka ternyata isinya mayat bayi, Dek," jelasku panjang lebar.
Hening lagi. Tidak terdengar suara apa pun dari ponselku. Nia hanya diam tak menanggapi pertanyaanku. Lalu panggilan telepon terputus begitu saja.
Jadi mayat bayi siapakah yang ada di freezer? Siapa yang menaruhnya di sana?
Lalu ada apa dengan Nia? Kenapa dia terlihat mencurigakan? Kenapa dia terdengar gugup saat kutanyai tentang keresek hitam itu?
Tarno yang telah merantau ke luar negeri selama lima tahun berencana untuk memberi kejutan istrinya, Susanti, dengan pulang ke rumah tanpa memberi kabar sebelumnya. Ia bahkan menyiapkan sebuah kalung berbandul hati dengan inisial namanya dan istrinya. Namun niatnya untuk memberikan kejutan justru malah berbalik membuatnya lebih terkejut. Tarno melihat Susanti dan Joko - sahabat yang dipercayainya untuk menjaga istrinya selama ia pergi - berada di kasurnya tanpa sehelai benang pun. Bagaimanakah reaksi Tarno menghadapi perselingkuhan istrinya dan sahabatnya? Bagaimanakah kisah hidup Tarno setelah mengetahui pengkhianatan istrinya?
WARNING RATE 21+. Please be awise to reading!! Santi adalah anak yang dibesarkan dipanti asuhan. Tanpa dia tahu ibu dan ayahnya seperti apa. Dia bekerja sebagai kasir di sebuah toko kue. Tiba-tiba saat dia bekerja dituduh mencuri uang kasir dan dia dipecat. Demi bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan sehari-hari yang mendesak, akhirnya Santi menerima tawaran menjadi sebuah perawat di rumah besar untuk merawat orang tua yang lumpuh. Dan terpaksa Santi harus menerima pekerjaan itu. Namun, pekerjaan itu mengharuskannya dia selalu standby 24 jam. Hingga, saat Santi membantu Bimo seorang Casanova yang sedang mabuk yang juga merupakan anak dari tuan yang dia rawat. Sosok Bimo yang selalu tak pernah puas dengan orientasi seks-nya, akhirnya menemukan pelabuhan terakhirnya pada Santi. Bagaimana kisah Santi dan Bimo selanjutnya, baca no skip ya!!
Keseruan tiada banding. Banyak kejutan yang bisa jadi belum pernah ditemukan dalam cerita lain sebelumnya.
"Anda tidak akan pernah mengahargai apa yang Anda miliki sampai Anda kehilangannya!" Inilah yang terjadi pada Satya yang membenci istrinya sepanjang pernikahan mereka. Tamara mencintai Satya dengan sepenuh hati dan memberikan segalanya untuknya. Namun, apa yang dia dapatkan sebagai balasannya? Suaminya memperlakukannya seperti kain yang tidak berguna. Di mata Satya, Tamara adalah wanita yang egois, menjijikkan, dan tidak bermoral. Dia selalu ingin menjauh darinya, jadi dia sangat senang ketika akhirnya menceraikannya. Kebahagiaannya tidak bertahan lama karena dia segera menyadari bahwa dia telah melepaskan sebuah permata yang tak ternilai harganya. Namun, Tamara telah berhasil membalik halaman saat itu. "Sayang, aku tahu aku memang brengsek, tapi aku sudah belajar dari kesalahan. Tolong beri aku kesempatan lagi," pinta Satya dengan mata berkaca-kaca. "Ha ha! Lucu sekali, Satya. Bukankah kamu selalu menganggapku menjijikkan? Kenapa kamu berubah pikiran sekarang?" Tamara mencibir. "Aku salah, sayang. Tolong beri aku satu kesempatan lagi. Aku tidak akan menyerah sampai kamu setuju."Dengan marah, Tamara berteriak, "Menyingkirlah dari hadapanku! Aku tidak ingin melihatmu lagi!"
Selama tiga tahun yang sulit, Emilia berusaha untuk menjadi istri Brandon yang sempurna, tetapi kasih sayang pria itu tetap jauh. Ketika Brandon menuntut perceraian untuk wanita lain, Emilia menghilang, dan kemudian muncul kembali sebagai fantasi tertinggi pria itu. Menepis mantannya dengan seringai, dia menantang, "Tertarik dengan kolaborasi? Siapa kamu, sih?" Pria tidak ada gunanya, Emilia lebih menyukai kebebasan. Saat Brandon mengejarnya tanpa henti, dia menemukan banyak identitas rahasia Emilia: peretas top, koki, dokter, pemahat batu giok, pembalap bawah tanah ... Setiap wahyu meningkatkan kebingungan Brandon. Mengapa keahlian Emilia tampak tak terbatas? Pesan Emilia jelas: dia unggul dalam segala hal. Biarkan pengejaran berlanjut!
WARNING 21+ !!! - Cerita ini di buat dengan berhalu yang menimbulkan adegan bercinta antara pria dan wanita. - Tidak disarankan untuk anak dibawah umur karna isi cerita forn*graphi - Dukung karya ini dengan sumbangsihnya Terimakasih
Marsha terkejut saat mengetahui bahwa dia bukanlah anak kandung orang tuanya. Karena rencana putri asli, dia diusir dan menjadi bahan tertawaan. Dikira terlahir dari keluarga petani, Marsha terkejut saat mengetahui bahwa ayah kandungnya adalah orang terkaya di kota, dan saudara laki-lakinya adalah tokoh terkenal di bidangnya masing-masing. Mereka menghujaninya dengan cinta, hanya untuk mengetahui bahwa Marsha memiliki bisnis yang berkembang pesat. “Berhentilah menggangguku!” kata mantan pacarnya. “Hatiku hanya milik Jenni.” “Beraninya kamu berpikir bahwa wanitaku memiliki perasaan padamu?” kata seorang tokoh besar misterius.