Harap bijak memilih bacaan!! Cerita ini mengandung adegan dewasa 21+ Oktavia Annastasya tidak pernah berpikir akan kembali bertemu dengan seorang laki-laki yang menyakitinya di masa lalu. Namun takdir seolah mempermainkannya saat ia kembali ke tanah air. "Via?" gumam laki-laki dengan setelan jas berwarna Navy yang termangu menatap gadis yang ia cari keberadaannya. Di seberang sana, seorang wanita yang sangat ia kenali tampak menggandeng pria dengan mesra. ....................................................................................... "Satu hal yang tak kuinginkan adalah bertemu denganmu!" ucap Oktavia dengan lantang dan tegas. Tristan tersentak saat mendengar ucapan Oktavia. Laki-laki itu menyadari kesalahannya memang sangat besar. "Berikan aku kesempatan sekali lagi, Via," "Dan membiarkan kau menyakitiku lagi!" cemooh Oktavia. "Itu tidak akan pernah terjadi, Tuan Tristan Sagara! Sesuatu yang telah kau buang tak akan bisa lagi kau miliki!" Oktavia berlalu meninggalkan Tristan yang termenung meresapi perkataannya. ....................................................................................... Akankah takdir berpihak kepada Tristan untuk mendapatkan hati wanita yang sempat ia sakiti? Dan bagaimanakah perasaan Oktavia yang sesungguhnya?
Suara kicauan burung di dekat kamar, membuat gadis dua puluh sembilan tahun itu menggeliat di balik selimut yang mengubur tubuhnya.
Gadis bernama lengkap Oktavia Annastasya yang baru saja pulang dari Singapura sejak satu bulan lalu mulai mengerjapkan matanya. Menyesuaikan cahaya matahari yang menerobos kain penutup jendela di kamarnya.
Ia kembali ke tanah air karena permintaan sang ayah yang sering sakit-sakitan semenjak kepergiannya tiga tahun yang lalu.
"Aku harus segera bangun dan menyapa ayah," gumam Oktavia seraya menyibak selimut dan melipatnya sebelum beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Oktavia turun dari lantai satu menuju dapur, menemui sang ayah yang mungkin telah menunggunya. Dan benar saja, dia melihat Bambang sedang sibuk dengan koran di meja makan.
Oktavia menyunggingkan senyumannya karena Bambang benar-benar membuktikan janjinya akan menunggunya di meja makan setiap pagi. Sikap pria paruh baya itu membuat Oktavia yang biasa dipanggil Tata, menjadi enggan menolak setiap permintaannya. Apalagi jika sang Ayah memintanya menikah, ia akan pusing memikirkan jawaban yang tak menyinggung perasaannya.
"Selamat pagi, Ayah," sapa Oktavia seraya memeluk sang ayah dari belakang. Kegiatan rutin saat pagi sebelum ia berangkat kerja dan menghabiskan waktu liburannya di rumah.
Pria paruh baya yang sedang membaca koran itu hanya melirik sesaat dan kembali berkutat dengan bacaannya. "Kamu rapi sekali? Bukankah hari ini libur?" tanya Bambang heran.
"Ayah benar, tapi Tata ada janji sama Alena dan Keisha keluar sebentar." jawab Oktavia seraya mengambil tempat duduk kosong di sebelah ayahnya. "Ibu di mana, Yah?" Ia mulai menaruh beberapa sendok nasi goreng ke piringnya.
"Ibumu ke pasar dengan Bibi. Kakakmu akan datang bersama anak dan istrinya, menginap sampai lusa."
"Tumben nginep lama?" gumam Oktavia sebelum memasukkan nasi satu sendok nasi goreng ke dalam mulutnya.
"Karena kakak iparmu lagi ngidam dan ingin menginap di sini," tambah Bambang seraya meletakkan koran di meja.
Kedua mata Oktavia membulat sempurna. Ia menelan nasi goreng di mulutnya sebelum memekik antusias.
"Yes!" binar-binar kebahagiaan terukir jelas di wajah putih Oktavia.
Bambang menggeleng melihat tingkah anak bungsunya yang sampai saat ini belum mau menikah.
"Lalu, kamu kapan mau memberi cucu untuk Ayah?" tanya Bambang kemudian.
Seketika wajah Oktavia menjadi pucat. Ya, dia paling menghindari pertanya sang ayah yang akan membuatnya berpikir keras untuk memberikan alasan. Selama ini bukannya tak ada pria yang melamar atau menyatakan perasaan padanya, hanya saja ia belum tertarik untuk kembali menjalin kasih dengan pria lain.
"Tata?" panggil Bambang.
"Nanti dulu deh, Yah. Untuk saat ini Tata belum punya pikiran ke sana. Tata masih mau menikmati masa muda sampai puas." jawab Oktavia seadanya.
"Sampai kapan?" desak Bambang.
"S-sampai Tata menemukan orang yang tepat pastinya," jawab Oktavia gugup.
"Nak Haykal? Dia kandidat terbaik dan paling bagus menurut Ayah," ujar Bambang tak mau kalah.
"Tata dan Mas Haykal itu bos dan karyawan, yang mana ada peraturan di perusahaan tidak memperbolehkan ada hubungan lain selain rekan kerja." jawab Oktavia santai.
"Tapi Nak Haykal 'kan bosnya? Bisa saja dia menghapus peraturan itu kalau kamu mau menerima lamarannya," sanggah Bambang cerdas.
Oktavia hanya bisa meneguk ludahnya sendiri mendengar perkataan sang ayah yang semakin melantur ke mana-mana. Pembahasan tentang kekasih, suami, dan juga cucu adalah hal sensitif yang tak ada habisnya meski dikupas seperti bawang merah. Ia sendiri selalu menghindari topik itu.
"Bagaimana? Mau menerima Nak Haykal? Ayah sudah merestui loh. Begitu juga dengan Kakak dan Ibumu," tanya Bambang beruntun.
"Tata nggak mau, Yah," tolak Oktavia.
"Kenapa? Dia 'kan baik dan menyukaimu. Kamu akan bahagia jika bersamanya, Tata," ucap Bambang dengan nada tidak ramah.
"Cinta nggak bisa dipaksa, Yah. Tata nggak pernah menaruh perasaan lebih pada Mas Haykal. Tata nggak mau menikah tanpa cinta," tolak Oktavia menggebu-gebu.
"Nggak kenyang kamu kalau cuma mengedepankan cinta, Tata. Lihat, Ayah dan Ibu! Kami tetap bahagia meski menikah tanpa cinta."
"Tata tetap nggak mau. Aku nggak mau pernikahanku berantakan hanya karena tidak ada perasaan saling mencintai antara kami," tolak Oktavia mempertahankan argumennya.
Bambang menghembuskan napas kasar dengan wajah memerah. "Terserah kamu saja! Toh meskipun Ayah merestui kalau kamu tidak mau, Ayah tidak bisa memaksa. Tapi ingat! Ayah dan Ibu sudah semakin tua. Kami hanya ingin melihatmu bahagia sebelum waktu Ayah datang," ujar Bambang seraya meninggalkan Oktavia terkesiap seorang diri.
"A-ayah?" gumam Oktavia menatap sendu punggung Bambang yang semakin menjauh.
.
.
.
"Lo kenapa Ta? Muka Lo udah kayak setrikaan berbulan-bulan yang kusut tidak terkira gitu!" cetus Keisha yang heran menatap wajah sahabatnya. Dia melirik ke arah Alena yang hanya mengedikkan bahu acuh.
Oktavia yang sejak tadi memikirkan kata-kata Bambang menjadi sering melamun dan tak bersemangat sama sekali. Tak hanya itu, ia merasa sangat bersalah kepada orang tuanya karena keputusannya yang belum ingin menikah.
"Ta ... Tata!" seru Keisha seraya memukul punggung tangan Oktavia di meja.
"Awsh!" pekik Oktavia. "Lo kira-kira dong kalau mukul! Sakit tahu?" Oktavia melotot ke arah Keisha yang tak merasa bersalah.
"Lagian kerjaan Lo melamun mulu, sih! Bikin Gue gemes!" sungut Keisha.
"Lo kenapa sih, Ta? Dari tadi datang diem aja. Ada masalah? Sama siapa? Sama bos ganteng Lo itu? Iya?" tanya Alena beruntun bak kereta malam. Temannya yang satu ini akan bertindak layaknya seorang hakim.
Oktavia menghembuskan nafas kasar. "Sama Ayah." jawab Oktavia singkat.
"Ah, Om Bambang ya. Kenapa? Beliau mendesak Lo nikah lagi, ya?" tanya Alena hati-hati.
Oktavia mengangguk.
Alena memberi isyarat Keisha agar mengeluarkan candaan. Namun, wanita yang baru saja menikah itu menggeleng pelan. Alena meraih punggung tangan sahabatnya memberi dukungan.
"Terus? Apalagi masalahnya? Cuma mendesak nikah 'kan? Bukannya dipaksa nikah," tambahnya.
"Kata-kata Ayah tadi pagi seolah memaksa Gue untuk segera menikah dan pilihannya jatuh pada Haykal," jawab Oktavia, lesu.
Keisha mengangguk ke arah Alena untuk melanjutkan.
"Lalu?"
"Gue belum bilang iya. Tapi omongan Ayah tadi pagi bikin Gue nggak tenang sama sekali. Kalian tahu 'kan, kalau Ayah Gue akhir-akhir ini sering sakit? Beliau minta Gue menikah sebelum .... sebelum," Oktavia tercekat. Suaranya berhenti di tenggorokan.
"Lo sabar, Ta. Tenangin diri Lo dulu! Mungkin Om lagi banyak pikiran," bujuk Alena.
"Gue pikir, Haykal memang kandidat terbaik ..."
Alena melotot ke arah Keisha yang mulai membuka suara.
"Yang lo katakan sama persis sama perkataan ayah," ucap Oktavia, lesu.
Alena dan Keisha saling menatap. Alena menggeleng sebagai isyarat agar Keisha tak lagi bicara ngawur.
"Ehm, lo bisa pikirin pelan-pelan 'deh, Ta. Gimana?" bujuk Alena. Dia berharap Oktavia mendengarkan ucapannya.
"Kita belanja dulu aja, deh! Siapa tahu nanti kita nemuin solusinya setelah pikiran tenang. Gimana?" usul Keisha, antusias.
Alena memutar bola mata malas. Sahabatnya yang baru saja menikah ini paling bersemangat kalau mengajak belanja.
"Gue bayarin, kok. Tenang aja." ringis Keisha.
"Ayo! Gue mesti cari gaun buat nanti malem," sahut Oktavia kemudian setelah menimbang-nimbang ucapan sahabatnya.
"Yes!" ucap Alena dan Keisha bersamaan.
.
.
.
Oktavia mematut penampilannya di depan cermin yang berada dalam kamarnya. Gadis yang mempunyai tinggi seratus enam puluh delapan senti itu, memilih memakai high hells lima senti untuk membalut kedua kakinya. Gaun merah menyala yang dipilihkan sahabatnya tadi siang membuat penampilannya menjadi memesona.
"Sudah siap," gumam Oktavia sendiri di depan cermin. Setelah memastikan tidak ada cela, Oktavia segera keluar dari kamar karena Haykal sudah datang sejak lima belas menit yang lalu.
"Mami Tata," seru anak berusia enam tahun yang berlari ke arah Oktavia dengan bersemangat.
Oktavia tersenyum menyambut keponakannya yang sangat menggemaskan. Bocah cilik itu sangat lengket kepadanya dan paras Revi mirip seperti dirinya sewaktu kecil. Maka tidak heran jika Oktavia membawa Revi pergi bersamanya, orang-orang akan mengira dirinya sudah mempunyai anak.
Oktavia menyamakan tinggi dengan Revi yang kini memeluknya erat.
"Mami cantik," puji Revi. Pujian Revi membuat Oktavia menjadi gemas dan mengeratkan pelukannya. Revi terkikik dan tertawa kencang hingga terdengar oleh semua orang yang berada di ruang tamu.
"Opa! Oma! Maminya Revi cantik banget," seru Revi, antusias seraya menarik tangan Oktavia menuju ruang tamu.
Semua orang yang berada di sana menoleh ke arah Oktavia dan Revi. Tak terkecuali Haykal yang menatap takjub kepada Oktavia, gadis yang sulit ia dapatkan.
"Revi, sini yuk sama Mama dan Papa aja. Mami sama Papi mau ada urusan di luar sebentar," bujuk Stevy agar putri kecilnya melepaskan Oktavia.
Oktavia terkesiap mendengar kakak iparnya menyebut Mami dan Papi. Apalagi saat dirinya mendapati tatapan Haykal yang tidak berkedip sedikit pun kepadanya, membuatnya seketika gugup.
"Papi?" gumam Revi tak mengerti.
"Iya. Papi Haykal," sahut Revaldo cepat sambil menunjuk ke arah Haykal berada.
"Om mau jadi Papinya Revi?" tanya Revi polos.
Haykal seketika gugup. Sial! Kenapa juga dia harus gugup diberi pertanyaan oleh anak kecil?
"M-mau dong," jawab Haykal antusias, tapi tidak dengan Oktavia.
Gadis itu terdiam dengan dada berdetak kencang melihat tatapan anggota keluarganya yang sulit diartikan. Apalagi tiba-tiba sang ayah bertanya tanpa beban.
"Bagaimana Tata? Kapan kamu akan mewujudkan keinginan Ayah?"
.
.
.
Bersambung ....
HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN! BUKU INI MENGANDUNG ADEGAN DEWASA 21+
Pernikahan adalah satu-satunya hal yang belum pernah Stefan pikirkan akan terjadi pada dirinya, mengingat gagalnya hubungan asmara dengan para kekasihnya. Akan tetapi, semuanya berubah saat sang mama memintanya menikah. Pria 32 tahun itu tak mampu mengelak ataupun mendebat wanita yang telah melahirkannya. “A-apa, Ma? Menikah?” tanya Stefan dengan mata membulat. Rita mengangguk dengan senyum manis yang sudah lama tak pernah terbit di bibirnya. Stefan tertegun. “Mama sudah punya calonnya. Kamu tinggal mempersiapkan diri saja,” jawab Rita tegas. Stefan memijit pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut. Bayangan tentang pernikahan yang ada di otaknya sangatlah buruk. Lucunya, Stefan tidak bisa menolak ketika kedua matanya menangkap raut bahagia sang mama. Stefan menarik napas dalam-dalam. Memberikan jawaban yang membuat wanita 57 tahun itu berbahagia. “Baiklah, Ma. Stef akan mengikuti keinginan mama. Asalkan istri pilihan mama bisa menjadi pendamping hidup yang baik dan sayang kepada mama juga.” “Satu hal yang paling aku hindari adalah mengecewakan mama. Jika pilihan beliau sudah menjadi takdir untukku, aku akan menjalani dengan sebaik-baiknya,” janji Stefan dalam hatinya. Apakah pilihan Rita benar-benar mengantarkan Stefan menuju kebahagiaan? Atau sebaliknya
Harap bijak memilih bacaan. Cerita ini mengandung banyak adegan dewasa. Sekuel dari buku GAIRAH LIAR SANG CEO *** “Sentuh aku, Gavin.” Lirihan diikuti geliat sensual seorang gadis dengan dada polos itu melemahkan sistem kerja otak sang pria yang saat ini sedang berdiri kaku. Menatap tak percaya dengan pemandangan yang tersaji di depan matanya. “Gavin,” lirihnya semakin putus asa. Alih-alih mendapat sentuhan seperti yang diimpikan, satu hal fatal dilakukan pria itu. Yakni, melepas jas yang membalut tubuhnya dan memasangkan pada gadis yang dicintai sejak masih remaja. “Kau ...!” “Jangan begini, Sayang.” “Tapi, aku menginginkanmu?” “Aku juga.” “Lalu, tunggu apa lagi?” Gavin tersenyum. “Tunggu aku mendapatkan restu dari orang tuamu.” *** “Apa? Melamar putriku? Jangan bermimpi!” tolak Rafael dengan tatapan dingin yang menghunjam Gavin. “Pa?” Rafael mengangkat tangannya agar sang istri tidak menyela. Lalu, ia masih beradu pandang dengan Gavin yang masih tak menyerah dan memiliki tekad kuat. “Asal kau tahu, Thalia sudah dilamar oleh orang yang telah aku pilih sebagai menantu dan pernikahan mereka akan digelar dalam waktu dekat. Sebaiknya kau pergi dan jangan mendekati putri kesayanganku lagi. Karena sampai kapan pun, aku tak akan merestui hubungan kalian!” *** Apakah yang akan dilakukan Gavin selanjutnya? Melupakan dan berhenti berjuang atau nekat dengan membawa gadis itu lari sejauh mungkin?
Harap bijak memilih bacaan! Mengandung adegan dewasa 21+ “Kau harus mempersiapkan diri menikahi putri dari Mr. Franklin, William,” ucap Michael tegas dan tak mau dibantah. Bahkan pria itu mengeluarkan tatapan tajam pada putranya yang menjadi CEO di Johnson Corporation sebagai penggantinya. “Aku tidak mau,” tolak William tanpa berpikir lama. “Dan kau pikir kau bisa menolak?” Michael menyeringai. “Aku sudah merancang pertemuan malam ini untuk mempertemukan kalian dan membicarakan pertunangan secepatnya. Jadi, kuharap kau tidak banyak bertingkah.” William yang baru saja menyelesaikan sarapannya seketika bangkit. Tanpa membalikkan badan, pria itu mengucapkan satu kalimat yang membuat sang ayah semakin marah besar. “Berani-beraninya kau membantah keputusan Daddy, William!” seru Michael yang mengepalkan tangannya di atas meja. “Apa kau tidak tahu kalau Daddy bisa mencabut semua yang kau miliki saat ini jika kau menolak keinginanku, hah?” Langkah William terhenti. Tanpa membalikkan badan ia lanjut berkata, “terserah apa yang akan Daddy lakukan. Dan perlu Daddy ingat, sampai kapan pun aku tak ingin jadi boneka seperti yang dialami Jeremy.” “Kau—” “Dan satu lagi ....” William memotong ucapan Michael dengan cepat. “... kalau Daddy menginginkan wanita itu menjadi bagian keluarga ini, Daddy bisa menikahinya.” Mampukah William mempertahankan keputusannya untuk keluar dari Keluarga Besar Johnson dan memilih pergi bersama kekasihnya?
Warning 21+ Harap bijak memilih bacaan. Mengandung adegan dewasa! Bermula dari kebiasaan bergonta-ganti wanita setiap malam, pemilik nama lengkap Rafael Aditya Syahreza menjerat seorang gadis yang tak sengaja menjadi pemuas ranjangnya malam itu. Gadis itu bernama Vanessa dan merupakan kekasih Adrian, adik kandungnya. Seperti mendapat keberuntungan, Rafael menggunakan segala cara untuk memiliki Vanessa. Selain untuk mengejar kepuasan, ia juga berniat membalaskan dendam. Mampukah Rafael membuat Vanessa jatuh ke dalam pelukannya dan membalas rasa sakit hati di masa lalu? Dan apakah Adrian akan diam saja saat miliknya direbut oleh sang kakak? Bagaimana perasaan Vanessa mengetahui jika dirinya hanya dimanfaatkan oleh Rafael untuk balas dendam semata? Dan apakah yang akan Vanessa lakukan ketika Rafael menjelaskan semuanya?
Harap bijak memilih bacaan. Cerita ini mengandung adegan 21+ Sebuah insiden di pernikahan adik perempuannya, membawa Riko Alfian Firmansyah (28) mendapatkan calon istri yang lebih muda tujuh tahun darinya. Gadis yang tak lain adalah Tiffani Mita Winata (21) yang masih berstatus sebagai mahasiswi dan juga merupakan sahabat adik Riko. Mereka terpergok oleh Dewi, yang tak lain adalah Mamanya Mita. Dalam keadaan menyatukan bibir. Dalam keadaan itu, tidak ada yang bisa membantah . Hingga keputusan kedua belah pihak orang tua tidak bisa diganggu gugat. Pernikahan pun di gelar dengan mewah di salah satu ballroom hotel ternama. Bagaimana kelanjutan kisah mereka setelah menikah tanpa ada cinta?
Istriku Lidya yang masih berusia 25 tahun rasanya memang masih pantas untuk merasakan bahagia bermain di luar sana, lagipula dia punya uang. Biarlah dia pergi tanpaku, namun pertanyaannya, dengan siapa dia berbahagia diluar sana? Makin hari kecurigaanku semakin besar, kalau dia bisa saja tak keluar bersama sahabat kantornya yang perempuan, lalu dengan siapa? Sesaat setelah Lidya membohongiku dengan ‘karangan palsunya’ tentang kegiatannya di hari ini. Aku langsung membalikan tubuh Lidya, kini tubuhku menindihnya. Antara nafsu telah dikhianati bercampur nafsu birahi akan tubuhnya yang sudah kusimpan sedari pagi.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Neneng tiba-tiba duduk di kursi sofa dan menyingkapkan roknya, dia lalu membuka lebar ke dua pahanya. Terlihat celana dalamnya yang putih. “Lihat Om sini, yang deket.” Suradi mendekat dan membungkuk. “Gemes ga Om?” Suradi mengangguk. “Sekarang kalo udah gemes, pengen apa?” “Pengen… pengen… ngejilatin. Boleh ga?” “Engga boleh. Harus di kamar.” Kata Neneng terkikik. Neneng pergi ke kamar diikuti Suradi. Dia melepaskan rok dan celana dalamnya sekaligus. Dia lalu berbaring di ranjang dan membentangkan ke dua pahanya.
Untuk membayar hutang, dia menggantikan pengantin wanita dan menikahi pria itu, iblis yang ditakuti dan dihormati semua orang. Sang wanita putus asa dan kehabisan pilihan. Sang pria kejam dan tidak sabaran. Pria itu mencicipi manisnya sang wanita, dan secara bertahap tunduk pada nafsu adiktif. Sebelum dia menyadarinya, dia sudah tidak dapat melepaskan diri dari wanita tersebut. Nafsu memicu kisah mereka, tetapi bagaimana cinta bersyarat ini akan berlanjut?
Setelah tiga tahun menikah, Becky akhirnya bercerai dengan suaminya, Rory Arsenio. Pria itu tidak pernah mencintainya. Dia mencintai wanita lain dan wanita itu adalah kakak iparnya, Berline. Suatu hari, sebuah kecelakaan terjadi dan Becky dituduh bertanggung jawab atas keguguran Berline. Seluruh keluarga Arsenio menolak untuk mendengarkan penjelasannya, dan mengutuknya sebagai wanita yang kejam dan jahat hati. Rory bahkan memaksanya untuk membuat pilihan: berlutut di depan Berline untuk meminta maaf, atau menceraikannya. Yang mengejutkan semua orang, Becky memilih yang terakhir. Setelah perceraian itu, Keluarga Arsenio baru mengetahui bahwa wanita yang mereka anggap kejam dan materialistis itu sebenarnya adalah pewaris keluarga super kaya. Rory juga menyadari bahwa mantan istrinya sebenarnya menawan, cantik, dan percaya diri dan dia jatuh cinta padanya. Tapi semuanya sudah terlambat, mantan istrinya tidak mencintainya lagi .... Namun, Rory tidak menyerah dan tetap berusaha memenangkan hati Becky. Apakah Becky akan goyah dan kembali ke sisinya? Atau akankah pria lain masuk ke dalam hatinya?
Marsha terkejut saat mengetahui bahwa dia bukanlah anak kandung orang tuanya. Karena rencana putri asli, dia diusir dan menjadi bahan tertawaan. Dikira terlahir dari keluarga petani, Marsha terkejut saat mengetahui bahwa ayah kandungnya adalah orang terkaya di kota, dan saudara laki-lakinya adalah tokoh terkenal di bidangnya masing-masing. Mereka menghujaninya dengan cinta, hanya untuk mengetahui bahwa Marsha memiliki bisnis yang berkembang pesat. “Berhentilah menggangguku!” kata mantan pacarnya. “Hatiku hanya milik Jenni.” “Beraninya kamu berpikir bahwa wanitaku memiliki perasaan padamu?” kata seorang tokoh besar misterius.