/0/3071/coverbig.jpg?v=d26be2b565f4447644f20a6d1981c234)
Alan hanyalah seorang wanita nerd yang dijodohkan dengan seorang CEO tampan bernama Gavin Wildberg. Pernikahannya yang dilandasi perjodohan tak membuatnya bahagia karena sikap Gavin yang arogan. Diam-diam laki-laki itu memiliki affair dengan adik angkat Alan bernama Aluna Welington. Penderitaan Alan tak sampai di situ. Dia dipaksa bercerai dengan Gavin oleh ibu mertuanya karena mereka menganggap Alan hanyalah gadis buruk rupa dan dan tidak jelas asal usulnya. Keluarga Wildberg mengusirnya, ia dibuang dan diceraikan oleh suaminya. Kisah Alan belum berakhir sampai di situ. Ia putus asa dan ingin mengakhiri hidupnya. Hingga seseorang menyelamatkannya dan mengenali siapa sosok Alan sesungguhnya. Pria itu membawa Alan pada keluarganya. Seorang konglomerat kaya raya. Hingga beberapa tahun merubah hidupnya dan menjadi seorang pewaris tahta, dan ia akan kembali untuk menuntut balas.
Alan baru terbangun dari atas ranjangnya. Jubah tidurnya bahkan masih belum berganti. Jam di nakas baru menunjuk pukul setengah 6 pagi, tapi suara ribut di bawah sudah membuat telinganya tak nyaman.
Wanita bernama Alanair Welington atau sekarang sudah berubah menjadi Alanair Wildberg, karena beberapa bulan lalu dia menikah dengan Gavin Wildberg, penerus tahta Wildberg, seorang tuan muda yang sekarang menjabat sebagai CEO WG Corporation.
Dia membuka kamarnya dan segera berlari menuruni anak tangga.
"Aku hamil."
Suara pertama yang tertangkap telinga Alan, seketika membuat tubuhnya membeku.
Dia melihat adik tirinya berlinang air mata. Duduk bersimpuh di tengah-tengah lingkaran keluarga Wildberg yang menggelilinginya.
"Kau serius!" teriak si bungsu Wildberg, gadis manis bernama Zenaya Wildberg.
"Untuk apa aku berbohong, Nay. I am serious!"
"Ternyata, kau memang perempuan jalang, Luna," ucap Nay yang terlihat mengepalkan kedua tangannya. Disusul suara tamparan yang cukup nyaring dilayangkan oleh Sang Nyonya besar Wildberg pada anak bungsunya.
"Nay!" Alan berteriak dari atas anak tangga. Dia menguatkan hatinya saat mendengar ucapan pedih yang keluar dari bibir adik tirinya.
"Bukankah, Alan lebih jalang dariku."
"Si pemalas, rupanya baru bangun." Grifida Wildberg menatapnya remeh. Wanita sosialita dengan gayanya yang angkuh itu sejak awal tidak pernah menyukai sosok Alanair.
"Alan, kau lihat, adik tirimu benar-benar mengkhinatimu. Dia menusukmu dari belakang."
"Apa katamu, aku dan Gavin sama-sama saling menyukai. Tetapi, perjodohan bodoh itu membuat semuanya buyar seketika." Grifida meraih bahu Luna. Wanita angkuh itu memeluk gadis itu begitu erat, membuat Alan seketika membuang wajahnya.
Hatinya terlalu pedih menyaksikan betapa sayangnya ibu dari suaminya ini pada Luna. Padahal dia adalah menantu di rumah ini.
"Jangan menangis, aku akan menyuruh Gavin bertanggung jawab dengan kehamilanmu," ucap Grifida sembari mengusap pucuk kepala Luna.
"Mama!" Nay berteriak. Dia melirik kakak iparnya yang hanya diam menunduk. Memilih diam dan tidak ingin bertindak.
Nay berdecak kesal. Dia menghampiri Alan yang masih berdiri layaknya patung di tempat yang sama.
"Al, kau jangan hanya diam, kau ingin Gavin direbut olehnya, aku yakin dia berbohong. Luna tidak benar-benar hamil, gadis pendusta."
"Nay, jangan bicara omong kosong. Untuk apa Luna berpura-pura." Lagi-lagi Grifida membelanya, membuat Nay semakin kesal dan Alan yang merasa hatinya semakin remuk.
"Mama, kau percaya padanya!" Jarinya menunjuk tepat di depan wajah Luna.
"Aku bisa membuktikannya." Gadis Welington itu mengobrak-abrik tas miliknya. Dia mengeluarkan selembar kertas dan menyerahkannya pada Nay yang langsung direbut paksa oleh gadis cantik bermata biru tersebut.
Sialan, Nay benar-benar marah. Dia meremat kertas itu dan membuangnya tepat di wajah Luna.
"Kau! Jalang, berani sekali kau mengkhianati Kakakmu, huh!"
"Dia bukan Kakakku, dia hanya gelandangan yang dipungut oleh keluarga Welington, seharusnya dia tahu diri."
Alan seperti kehilangan persendiannya. Tubuhnya lemas mendengar suara Luna yang menyudutkannya. Apalagi hatinya yang sekarang sudah tak berbentuk lagi.
Dia hanya bisa diam menunduk, tanpa bisa melakukan apa-apa.
Selama ini dia selalu diam.
Menjadi gadis bodoh, yang mengikuti arus. Dia terlalu menyukai Gavin yang selalu bersikap dingin padanya.
Dia membutakan matanya, cinta membuat akalnya hilang. Jika selama ini sikap Gavin padanya begitu kaku dan dingin, namun Alan selalu menutup semua panca inderanya.
"Ada apa pagi-pagi sudah berkumpul." Alan baru berani mendongak saat mendengar suara Joshep Wildberg, Tuan besar di rumah ini, suami Grifida sekaligus ayah mertuanya, datang dari luar bersama Gavin yang masih mengenakan pakaian olahraga.
"Gav!" Luna berlari dan langsung menubruk tubuh Gavin. Laki-laki itu masih memasang wajah datarnya, namun kilat di matanya begitu kentara, jika dia terlihat bingung dengan situasi yang sedang terjadi. Dia sekilas melirik ke arah Alan, gadis itu tidak menangis, hanya matanya yang terlihat kosong di balik kaca mata tebal ketinggalan jaman yang gadis itu kenakan.
"Ada apa?" Bahkan intonasi dari suara Gavin pun datar seperti biasa.
"Gav, aku hamil." Wajah cantiknya mendongak menatap Gavin yang tidak merubah raut di wajahnya. Laki-laki itu seperti tak memiliki ekspresi.
"Aku mabuk, saat itu," tutur Gavin.
"I know, but you do it because you have feelings for me."
"Omong kosong, jalang tetaplah jalang!" Nay berteriak lagi. Gadis itu memang tidak pernah menyukai Luna sejak awal.
"Aku bukan jalang, tapi Alan. Aku ingin Gavin menikahiku."
Joseph memijit pelipisnya. "Jangan membuatku pusing, cepat katakan Nona Welington. Apa benar kau hamil dengan putraku," ucapnya dengan mata berkilat dan menatap putranya yang sama sekali tak menunjukan reaksi apapun.
"Gavin, katakan sesuatu," ujar Joseph.
"Aku mabuk, jika dia hamil aku akan bertanggung jawab." Dia berkata begitu santai.
"Jadi, kau benar-benar menghamilinya." Nay bertanya lagi.
"Aku laki-laki normal yang butuh pelampiasan, malam ini aku akan melamar Luna."
Semua orang tercengang di ruangan ini. Alan bahkan sudah tak mampu menggerakan tubuhnya. Ini terlalu tiba-tiba, apa kabar dengan hatinya. Bahkan tubuhnya sekarang sudah merosot ke atas lantai, tanpa air mata tapi tubuh beku layaknya patung.
🍒🍒🍒
Buagh!
Ruangan tengah mansion mewah keluarga Wildberg menjadi saksi bisu di mana seorang Joseph Wildberg yang terkenal sangat menyayangi kedua anaknya dan sosok ayah yang penyabar untuk pertama kalinya memukul putra sulungnya hingga meninggalkan lebam di pipi kanannya.
"Joseph, hentikan!" Suara Grifida terdengar keras diiringi isak tangis melihat putranya jatuh terduduk di samping sofa dengan sudut bibir yang berdarah.
"Dia pantas mendapatkannya, lihat hal bodoh apa yang dia lakukan hingga membuat malu keluarga kita!"
"Gavin tidak bersalah, putraku tidak bersalah! Sejak awal kau lah yang bersalah, seharusnya Luna yang menjadi menantu di keluarga Wildberg, bukan si perempuan buruk rupa yang tidak jelas asal usulnya itu!" Jemari lentik Grifida menunjuk sosok Alan yang berdiri di samping Joseph dengan kepala tertunduk. Sakit yang ia rasakan. Sejak awal wanita anggun yang melahirkan Gavin dan Zenaya itu tak pernah menyukainya. Wanita itulah orang yang pertama kali menentang pernikahannya dengan Gavin 1 tahun yang lalu.
"Aku memilih Alan sebagai pedamping hidup Gavin, karena dia yang terbaik."
"Terbaik katamu, kau buta, dia seorang gelandangan, seorang wanita tidak jelas. Lihat saja, apa yang kita dapat setelah satu tahun menikah dengan Gavin. Mana cucu yang kuinginkan, dia tidak leboh dari perempuan mandul, dan apa yang kau lihat dari si buruk rupa ini, kau ingin keluarga kita punah!"
Luna semakin melebarkan senyumnya. Kemenangan sudah berada di depan matanya. Sebentar lagi, impiannya menjadi Nyonya Wildberg akan segera terlaksana.
"Apapun yang terjadi, aku akan menikahinya, tidak peduli jika Papa ingin membunuhku sekalipun," jawab Gavin dengan wajah tampannya yang dingin.
"Kau." Joseph geram. Dia membuang muka dan beralih menatap sosok menantunya yang kini memilih membisu tanpa ingin berusaha mempertahankan posisinya sebagai pendamping hidup putranya. "Alan," ucapnya kemudian.
Belum sempat lelaki paruh baya itu meneruskan kalimatnya. Buru-buru wajah berlinangan air mata si gadis lugu itu menatap Joseph dengan bibir bergetar. Sungguh ironis kenapa dia begitu cengeng. Istri macam apa yang tidak memiliki nyali hanya untuk mempertahankan posisinya di rumah ini. Selemah itukah dia? Kenyataannya memang dirinya adalah sosok pengecut yang hanya bisa mengalah.
"Aku akan mundur, Papa," ujarnya yang membuat Joseph dan Nay melotot ke arahnya.
"Apa maksudmu, Alan!" teriak Nay. Gadis itu menggoyang kasar tubuh kakak iparnya.
"Itu bagus, jadi aku tidak perlu susah payah untuk mendepakmu dari sini." Suara Grifida kembali membuat hatinya berdenyut nyeri.
"Tidak aku ijinkan kau melakukan itu, Alan adalah menantuku."
"Lalu, bagaimana dengan calon cucu kita, Joseph."
Pria itu mematung. Ingin rasanya dia tidak mempercayai omongan gadis Welington itu. Tapi bukti dari rumah sakit memperjelas semuanya, gadis itu memang tengah mengandung dan putranya sendiri mengakuinya jika Gavin memang pernah tidur dengan Luna. Apa yang harus dia lakukan, posisi Alan akan semakin sulit.
"Berapa uang yang kau inginkan, Nona Welington." Tawaran terakhir seorang Joseph Wildberg. Dia sudah diambang keputusasaan.
Mata Grifida melotot lebar mendengar penuturan suaminya. Kenapa Joseph begitu keras kepala ingin mempertahankan wanita norak itu, yang jelas-jelas akan merusak citra keluarga Wildberg jika publik tahu putranya menikahi anak pungut yang tidak jelas dari mana asal usulnya.
"Aku hanya butuh pertanggung jawaban, Paman. Bukan uang," tutur Luna percaya diri. Dagunya naik ke atas menyombongkan dirinya layaknya nona muda angkuh.
"Aku akan menikahi Luna, Papa."
"Aku tidak mengijinkanmu, Gavin!" teriak Joseph sekali lagi.
"Aku tidak peduli," sungut Gavin keras kepala. "Dan aku .., akan menceraikan Alan."
Bagai disambar petir. Degup jantung Alan menggila.
Cerai?
Dia tidak pernah siap untuk bercerai. Namun, dia tidak mampu melakukan apa-apa. Saat ini dia hanya bisa diam seperti orang bodoh.
Menjadi ibu tunggal untuk putranya bernama Rion Alexander, yang berusia 6 tahun bukanlah hal yang mudah bagi Edelaine Mariana. Dia menjadi seorang ibu saat usianya baru 18 tahun karena sebuah kecelakaan. Dia mengandung bayi dari teman kekasihnya, hingga menimbulkan kesalah pahaman, yang membuat Darren—kekasihnya—pergi, dan tak pernah terdengar kabarnya kembali. Kabar buruknya, setelah kejadian naas itu, lelaki yang menghamili Eldelaine dibawa paksa keluarganya pindah ke luar negeri, dan Edelaine harus menanggung aib itu seorang diri. Tujuh tahun berlalu, dan Rion selalu bertanya siapa ayahnya. Di dibenci oleh keluarganya sendiri, setelah ayahnya meninggal, Edelaine diusir oleh tantenya karena baginya Edelaine membawa sial, hingga wanita itu memutuskan untuk pergi ke kota mencari pekerjaan. Namuan siapa sangka takdir mengobrak-abrik hidupnya.
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Chelsea mengabdikan tiga tahun hidupnya untuk pacarnya, tetapi semuanya sia-sia. Dia melihatnya hanya sebagai gadis desa dan meninggalkannya di altar untuk bersama cinta sejatinya. Setelah ditinggalkan, Chelsea mendapatkan kembali identitasnya sebagai cucu dari orang terkaya di kota itu, mewarisi kekayaan triliunan rupiah, dan akhirnya naik ke puncak. Namun kesuksesannya mengundang rasa iri orang lain, dan orang-orang terus-menerus berusaha menjatuhkannya. Saat dia menangani pembuat onar ini satu per satu, Nicholas, yang terkenal karena kekejamannya, berdiri dan menyemangati dia. "Bagus sekali, Sayang!"
Kesalahan satu malam, membuat semuanya menjadi hancur lebur. Miranda berawal hanya bersenang-senang saja, tapi sialnya malah dia terjebak malam panas dengan Athes Russel. Hal yang membuatnya semakin kacau adalah pria itu merupakan teman bisnis ayahnya sendiri. “Kita bertemu lagi, Miranda,” bisik Athes serak seraya memeluk pinggang Miranda. Miranda mendorong tubuh Athes keras. “Shit! Menjauh dariku, Jerk!” Athes terkekeh sambil membelai rahang wanita itu. “Bagaimana bisa aku melupakanmu? You’re so fucking hot.” *** Follow me on IG: abigail_kusuma95 (Informasi seputar novel ada di IG)
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
"Tuan, dia masih hidup, apakah perlu saya menabraknya sekali lagi?" "Ya." Raisa yang babak belur dan berlumuran darah mengertakkan giginya saat mendengar perintah suaminya. Raisa dan suaminya tidak pernah melakukan hubungan badan, jadi mereka tidak memiliki anak. Namun, pernikahan mereka yang tanpa anak membuat ibu mertua Raisa menuduhnya mandul. Sekarang, suaminya tidak hanya berselingkuh, tetapi juga mencoba membunuhnya! Suaminya bisa saja menceraikannya, tetapi dia memilih untuk membunuhnya. Raisa yang nyaris lolos dari maut, segera menceraikan suaminya yang kejam dan menikah dengan pria lain segera setelahnya. Suami keduanya adalah orang yang paling berkuasa di kota. Dia bersumpah untuk menggunakan kekuatannya untuk membalas dendam pada mereka yang telah menyakitinya! Pernikahan mereka seharusnya hanyalah sebuah kesepakatan sederhana. Tanpa diduga, ketika semuanya sudah beres, suami barunya meraih tangannya dan memohon, "Mengapa kamu tidak tinggal bersamaku selamanya?"