Alan hanyalah seorang wanita nerd yang dijodohkan dengan seorang CEO tampan bernama Gavin Wildberg. Pernikahannya yang dilandasi perjodohan tak membuatnya bahagia karena sikap Gavin yang arogan. Diam-diam laki-laki itu memiliki affair dengan adik angkat Alan bernama Aluna Welington. Penderitaan Alan tak sampai di situ. Dia dipaksa bercerai dengan Gavin oleh ibu mertuanya karena mereka menganggap Alan hanyalah gadis buruk rupa dan dan tidak jelas asal usulnya. Keluarga Wildberg mengusirnya, ia dibuang dan diceraikan oleh suaminya. Kisah Alan belum berakhir sampai di situ. Ia putus asa dan ingin mengakhiri hidupnya. Hingga seseorang menyelamatkannya dan mengenali siapa sosok Alan sesungguhnya. Pria itu membawa Alan pada keluarganya. Seorang konglomerat kaya raya. Hingga beberapa tahun merubah hidupnya dan menjadi seorang pewaris tahta, dan ia akan kembali untuk menuntut balas.
Alan baru terbangun dari atas ranjangnya. Jubah tidurnya bahkan masih belum berganti. Jam di nakas baru menunjuk pukul setengah 6 pagi, tapi suara ribut di bawah sudah membuat telinganya tak nyaman.
Wanita bernama Alanair Welington atau sekarang sudah berubah menjadi Alanair Wildberg, karena beberapa bulan lalu dia menikah dengan Gavin Wildberg, penerus tahta Wildberg, seorang tuan muda yang sekarang menjabat sebagai CEO WG Corporation.
Dia membuka kamarnya dan segera berlari menuruni anak tangga.
"Aku hamil."
Suara pertama yang tertangkap telinga Alan, seketika membuat tubuhnya membeku.
Dia melihat adik tirinya berlinang air mata. Duduk bersimpuh di tengah-tengah lingkaran keluarga Wildberg yang menggelilinginya.
"Kau serius!" teriak si bungsu Wildberg, gadis manis bernama Zenaya Wildberg.
"Untuk apa aku berbohong, Nay. I am serious!"
"Ternyata, kau memang perempuan jalang, Luna," ucap Nay yang terlihat mengepalkan kedua tangannya. Disusul suara tamparan yang cukup nyaring dilayangkan oleh Sang Nyonya besar Wildberg pada anak bungsunya.
"Nay!" Alan berteriak dari atas anak tangga. Dia menguatkan hatinya saat mendengar ucapan pedih yang keluar dari bibir adik tirinya.
"Bukankah, Alan lebih jalang dariku."
"Si pemalas, rupanya baru bangun." Grifida Wildberg menatapnya remeh. Wanita sosialita dengan gayanya yang angkuh itu sejak awal tidak pernah menyukai sosok Alanair.
"Alan, kau lihat, adik tirimu benar-benar mengkhinatimu. Dia menusukmu dari belakang."
"Apa katamu, aku dan Gavin sama-sama saling menyukai. Tetapi, perjodohan bodoh itu membuat semuanya buyar seketika." Grifida meraih bahu Luna. Wanita angkuh itu memeluk gadis itu begitu erat, membuat Alan seketika membuang wajahnya.
Hatinya terlalu pedih menyaksikan betapa sayangnya ibu dari suaminya ini pada Luna. Padahal dia adalah menantu di rumah ini.
"Jangan menangis, aku akan menyuruh Gavin bertanggung jawab dengan kehamilanmu," ucap Grifida sembari mengusap pucuk kepala Luna.
"Mama!" Nay berteriak. Dia melirik kakak iparnya yang hanya diam menunduk. Memilih diam dan tidak ingin bertindak.
Nay berdecak kesal. Dia menghampiri Alan yang masih berdiri layaknya patung di tempat yang sama.
"Al, kau jangan hanya diam, kau ingin Gavin direbut olehnya, aku yakin dia berbohong. Luna tidak benar-benar hamil, gadis pendusta."
"Nay, jangan bicara omong kosong. Untuk apa Luna berpura-pura." Lagi-lagi Grifida membelanya, membuat Nay semakin kesal dan Alan yang merasa hatinya semakin remuk.
"Mama, kau percaya padanya!" Jarinya menunjuk tepat di depan wajah Luna.
"Aku bisa membuktikannya." Gadis Welington itu mengobrak-abrik tas miliknya. Dia mengeluarkan selembar kertas dan menyerahkannya pada Nay yang langsung direbut paksa oleh gadis cantik bermata biru tersebut.
Sialan, Nay benar-benar marah. Dia meremat kertas itu dan membuangnya tepat di wajah Luna.
"Kau! Jalang, berani sekali kau mengkhianati Kakakmu, huh!"
"Dia bukan Kakakku, dia hanya gelandangan yang dipungut oleh keluarga Welington, seharusnya dia tahu diri."
Alan seperti kehilangan persendiannya. Tubuhnya lemas mendengar suara Luna yang menyudutkannya. Apalagi hatinya yang sekarang sudah tak berbentuk lagi.
Dia hanya bisa diam menunduk, tanpa bisa melakukan apa-apa.
Selama ini dia selalu diam.
Menjadi gadis bodoh, yang mengikuti arus. Dia terlalu menyukai Gavin yang selalu bersikap dingin padanya.
Dia membutakan matanya, cinta membuat akalnya hilang. Jika selama ini sikap Gavin padanya begitu kaku dan dingin, namun Alan selalu menutup semua panca inderanya.
"Ada apa pagi-pagi sudah berkumpul." Alan baru berani mendongak saat mendengar suara Joshep Wildberg, Tuan besar di rumah ini, suami Grifida sekaligus ayah mertuanya, datang dari luar bersama Gavin yang masih mengenakan pakaian olahraga.
"Gav!" Luna berlari dan langsung menubruk tubuh Gavin. Laki-laki itu masih memasang wajah datarnya, namun kilat di matanya begitu kentara, jika dia terlihat bingung dengan situasi yang sedang terjadi. Dia sekilas melirik ke arah Alan, gadis itu tidak menangis, hanya matanya yang terlihat kosong di balik kaca mata tebal ketinggalan jaman yang gadis itu kenakan.
"Ada apa?" Bahkan intonasi dari suara Gavin pun datar seperti biasa.
"Gav, aku hamil." Wajah cantiknya mendongak menatap Gavin yang tidak merubah raut di wajahnya. Laki-laki itu seperti tak memiliki ekspresi.
"Aku mabuk, saat itu," tutur Gavin.
"I know, but you do it because you have feelings for me."
"Omong kosong, jalang tetaplah jalang!" Nay berteriak lagi. Gadis itu memang tidak pernah menyukai Luna sejak awal.
"Aku bukan jalang, tapi Alan. Aku ingin Gavin menikahiku."
Joseph memijit pelipisnya. "Jangan membuatku pusing, cepat katakan Nona Welington. Apa benar kau hamil dengan putraku," ucapnya dengan mata berkilat dan menatap putranya yang sama sekali tak menunjukan reaksi apapun.
"Gavin, katakan sesuatu," ujar Joseph.
"Aku mabuk, jika dia hamil aku akan bertanggung jawab." Dia berkata begitu santai.
"Jadi, kau benar-benar menghamilinya." Nay bertanya lagi.
"Aku laki-laki normal yang butuh pelampiasan, malam ini aku akan melamar Luna."
Semua orang tercengang di ruangan ini. Alan bahkan sudah tak mampu menggerakan tubuhnya. Ini terlalu tiba-tiba, apa kabar dengan hatinya. Bahkan tubuhnya sekarang sudah merosot ke atas lantai, tanpa air mata tapi tubuh beku layaknya patung.
🍒🍒🍒
Buagh!
Ruangan tengah mansion mewah keluarga Wildberg menjadi saksi bisu di mana seorang Joseph Wildberg yang terkenal sangat menyayangi kedua anaknya dan sosok ayah yang penyabar untuk pertama kalinya memukul putra sulungnya hingga meninggalkan lebam di pipi kanannya.
"Joseph, hentikan!" Suara Grifida terdengar keras diiringi isak tangis melihat putranya jatuh terduduk di samping sofa dengan sudut bibir yang berdarah.
"Dia pantas mendapatkannya, lihat hal bodoh apa yang dia lakukan hingga membuat malu keluarga kita!"
"Gavin tidak bersalah, putraku tidak bersalah! Sejak awal kau lah yang bersalah, seharusnya Luna yang menjadi menantu di keluarga Wildberg, bukan si perempuan buruk rupa yang tidak jelas asal usulnya itu!" Jemari lentik Grifida menunjuk sosok Alan yang berdiri di samping Joseph dengan kepala tertunduk. Sakit yang ia rasakan. Sejak awal wanita anggun yang melahirkan Gavin dan Zenaya itu tak pernah menyukainya. Wanita itulah orang yang pertama kali menentang pernikahannya dengan Gavin 1 tahun yang lalu.
"Aku memilih Alan sebagai pedamping hidup Gavin, karena dia yang terbaik."
"Terbaik katamu, kau buta, dia seorang gelandangan, seorang wanita tidak jelas. Lihat saja, apa yang kita dapat setelah satu tahun menikah dengan Gavin. Mana cucu yang kuinginkan, dia tidak leboh dari perempuan mandul, dan apa yang kau lihat dari si buruk rupa ini, kau ingin keluarga kita punah!"
Luna semakin melebarkan senyumnya. Kemenangan sudah berada di depan matanya. Sebentar lagi, impiannya menjadi Nyonya Wildberg akan segera terlaksana.
"Apapun yang terjadi, aku akan menikahinya, tidak peduli jika Papa ingin membunuhku sekalipun," jawab Gavin dengan wajah tampannya yang dingin.
"Kau." Joseph geram. Dia membuang muka dan beralih menatap sosok menantunya yang kini memilih membisu tanpa ingin berusaha mempertahankan posisinya sebagai pendamping hidup putranya. "Alan," ucapnya kemudian.
Belum sempat lelaki paruh baya itu meneruskan kalimatnya. Buru-buru wajah berlinangan air mata si gadis lugu itu menatap Joseph dengan bibir bergetar. Sungguh ironis kenapa dia begitu cengeng. Istri macam apa yang tidak memiliki nyali hanya untuk mempertahankan posisinya di rumah ini. Selemah itukah dia? Kenyataannya memang dirinya adalah sosok pengecut yang hanya bisa mengalah.
"Aku akan mundur, Papa," ujarnya yang membuat Joseph dan Nay melotot ke arahnya.
"Apa maksudmu, Alan!" teriak Nay. Gadis itu menggoyang kasar tubuh kakak iparnya.
"Itu bagus, jadi aku tidak perlu susah payah untuk mendepakmu dari sini." Suara Grifida kembali membuat hatinya berdenyut nyeri.
"Tidak aku ijinkan kau melakukan itu, Alan adalah menantuku."
"Lalu, bagaimana dengan calon cucu kita, Joseph."
Pria itu mematung. Ingin rasanya dia tidak mempercayai omongan gadis Welington itu. Tapi bukti dari rumah sakit memperjelas semuanya, gadis itu memang tengah mengandung dan putranya sendiri mengakuinya jika Gavin memang pernah tidur dengan Luna. Apa yang harus dia lakukan, posisi Alan akan semakin sulit.
"Berapa uang yang kau inginkan, Nona Welington." Tawaran terakhir seorang Joseph Wildberg. Dia sudah diambang keputusasaan.
Mata Grifida melotot lebar mendengar penuturan suaminya. Kenapa Joseph begitu keras kepala ingin mempertahankan wanita norak itu, yang jelas-jelas akan merusak citra keluarga Wildberg jika publik tahu putranya menikahi anak pungut yang tidak jelas dari mana asal usulnya.
"Aku hanya butuh pertanggung jawaban, Paman. Bukan uang," tutur Luna percaya diri. Dagunya naik ke atas menyombongkan dirinya layaknya nona muda angkuh.
"Aku akan menikahi Luna, Papa."
"Aku tidak mengijinkanmu, Gavin!" teriak Joseph sekali lagi.
"Aku tidak peduli," sungut Gavin keras kepala. "Dan aku .., akan menceraikan Alan."
Bagai disambar petir. Degup jantung Alan menggila.
Cerai?
Dia tidak pernah siap untuk bercerai. Namun, dia tidak mampu melakukan apa-apa. Saat ini dia hanya bisa diam seperti orang bodoh.
Menjadi ibu tunggal untuk putranya bernama Rion Alexander, yang berusia 6 tahun bukanlah hal yang mudah bagi Edelaine Mariana. Dia menjadi seorang ibu saat usianya baru 18 tahun karena sebuah kecelakaan. Dia mengandung bayi dari teman kekasihnya, hingga menimbulkan kesalah pahaman, yang membuat Darren—kekasihnya—pergi, dan tak pernah terdengar kabarnya kembali. Kabar buruknya, setelah kejadian naas itu, lelaki yang menghamili Eldelaine dibawa paksa keluarganya pindah ke luar negeri, dan Edelaine harus menanggung aib itu seorang diri. Tujuh tahun berlalu, dan Rion selalu bertanya siapa ayahnya. Di dibenci oleh keluarganya sendiri, setelah ayahnya meninggal, Edelaine diusir oleh tantenya karena baginya Edelaine membawa sial, hingga wanita itu memutuskan untuk pergi ke kota mencari pekerjaan. Namuan siapa sangka takdir mengobrak-abrik hidupnya.
Bagi yang belum cukup umur, DILARANG KERAS Membaca Cerita ini, karena banyak sekali adegan Dewasa. Mohon Bijak Dalam Membaca.⚠️ Menceritakan seorang anak muda, yang terjerumus kedalam lubang hitam, hingga akhirnya, pemuda tampan kecanduan seks dengan Guru dan keluarganya sendiri.
Haris dan Lidya sedang berada di ranjang tempat mereka akan menghabiskan sisa malam ini. Tubuh mereka sudah telanjang, tak berbalut apapun. Lidya berbaring pasrah dengan kedua kaki terbuka lebar. Kepala Haris berada disana, sedang dengan rakusnya menciumi dan menjilati selangkangan Lidya, yang bibir vaginanya kini sudah sangat becek. Lidah Haris terus menyapu bibir itu, dan sesekali menyentil biji kecil yang membuat Lidya menggelinjang tak karuan. “Sayaaang, aku keluar laghiiii…” Tubuh Lidya mengejang hebat, orgasme kedua yang dia dapatkan dari mulut Haris malam ini. Tubuhnya langsung melemas, tapi bibirnya tersenyum, tanda senang dan puas dengan apa yang dilakukan Haris. Harispun tersenyum, berhasil memuaskan teman tapi mesumnya itu. “Lanjut yank?”
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Untuk membayar hutang, dia menggantikan pengantin wanita dan menikahi pria itu, iblis yang ditakuti dan dihormati semua orang. Sang wanita putus asa dan kehabisan pilihan. Sang pria kejam dan tidak sabaran. Pria itu mencicipi manisnya sang wanita, dan secara bertahap tunduk pada nafsu adiktif. Sebelum dia menyadarinya, dia sudah tidak dapat melepaskan diri dari wanita tersebut. Nafsu memicu kisah mereka, tetapi bagaimana cinta bersyarat ini akan berlanjut?
Dua tahun lalu, Regan mendapati dirinya dipaksa menikahi Ella untuk melindungi wanita yang dia sayangi. Dari sudut pandang Regan, Ella tercela, menggunakan rencana licik untuk memastikan pernikahan mereka. Dia mempertahankan sikap jauh dan dingin terhadap wanita itu, menyimpan kehangatannya untuk yang lain. Namun, Ella tetap berdedikasi sepenuh hati untuk Regan selama lebih dari sepuluh tahun. Saat dia menjadi lelah dan mempertimbangkan untuk melepaskan usahanya, Regan tiba-tiba merasa ketakutan. Hanya ketika nyawa Ella berada di tepi kematian, hamil anak Regan, dia menyadari, cinta dalam hidupnya selalu Ella.
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?