negara bagian di Amerika, tak secerah biasanya.
-acakan. Wanita lugu dengan kacamata berbingkai tebal berbentuk kotak itu mendekap erat tub
at saja tubuhnya yang kekar memakai kaos berwarna putih dengan kerah berwarna hitam, dan celana selutut berwarna mocca. Alan sempat terpesona dengan laki-laki bermata biru
aian yang dia siapkan untuk suaminya, masih tertata
ur dengan Lun
rasa sakit yang bergejolak di hatinya. Memang sudah s
hnya. Dia lantas menunduk, membenarkan letak kacamatanya yang
a. Namun buru-buru dia tepis, "Maaf, maksudku hanya malam
mil, dan kau tidak." Terkesan tanpa intonasi kas
ama ini, Alan dengan sekuat tenaga berusaha menyembunyikan lara di hatinya. Berusaha untu
Luna sedang hamil
eng, aku benci itu. Aku tidak suka jika ad
ak peduli wajahnya akan berantakan. Memangnya siapa yang peduli, to
." Alan kemb
muak. Kau tahu kenapa aku lebih menyukai Luna daripada kau, kau itu membosankan, wan
etar hebat. Mencoba menepis rasa sesak yang bersarang. Dia memberani
ikah denganku," ucapnya, walau t
an dia memilih berjalan ke arah pintu kamarnya. Tangannya yang ditumbuhi bulu-bulu halus mencengkeram handle pintu. "Kau cukup ta
, lalu menutupnya kembali hingga bunyi
meremas dress bunga-bunga yang ia kenakan. Bulir-bulir air matanya pecah kembali. Sesakit in
iap saat kau menyakitiku, Gav. My heart really hurts,
sesak. Sampai kapan dia akan bertahan dengan p
*
ani sahabat sekaligus kakak iparnya meratapi jalan takdirnya. Mereka berdua tengah
dia ingin mengajak Alan berjalan-jalan, namun wanita itu
vin, melirik ke samping di mana sosok Alan ma
ya. Sampai mati pun Nay tak rela, apa Alan tak sakit hati dengan semua yang telah wanita lugu itu alami. Jika itu dirinya, dia pasti sudah nekat mencekik wanita itu hingga
at kakak iparnya terlihat terpuruk satu minggu ini, tepatnya setelah pernikahan Gav
vin telah resmi menikah. Ide gila Grifida yang menginginkankan pernikahan putra sulungnya disembunyikan dari publik. Grifida malu memiliki menantu seorang yang tidak tahu asal usulnya, ap
jadi canggung. Biasanya ia selalu berceloteh apa saja dengan wanita di
bolos kuliah." Akhirnya bibir yang
seusia Alan, tubuhnya memang terlihat kurang gizi. Mungkin beban pikiran yang membu
tak lulus." Seketika raut bahagia gadis manis itu luntur berganti wajah tertekuk dan bibir m
menyumpa
hanya bercanda b
ahu kau begitu terluka saat Gavin mengucap janji suci di depan altar dengan si nenek sihir itu. Kau tahu, saat
itu dadanya sesak serasa ditikam ribuan jarum, tapi dia tidak mampu berbuat apa-apa. Luna tengah mengandung anak suam
bagaimana bisa aku .., hiks.." Tangisnya mulai pecah. Kedua telapak tangannya m
i merengkuh tubuh kurus itu, mendekapnya erat mencoba menya
n aku tega karena Tuan Wlington sudah baik padaku, menampungku hingga aku tidak perlu lagi hidup di jalanan, merasakan ke
saanmu, Alan. Aku tahu sebesar apa k
dih kembali menghias wajah polosnya diiringi untaian kristal
ali lagi. Rasanya begitu sakit apalagi melihatnya bersama adikku. Aku seharusnya ..., hiks, hiks. Apa yang harus kulakukan, Nay. Apa! Aku .., aku." Kini tangannya beralih memukul dadanya. Air matanya semakin deras me