Menjadi ibu tunggal untuk putranya bernama Rion Alexander, yang berusia 6 tahun bukanlah hal yang mudah bagi Edelaine Mariana. Dia menjadi seorang ibu saat usianya baru 18 tahun karena sebuah kecelakaan. Dia mengandung bayi dari teman kekasihnya, hingga menimbulkan kesalah pahaman, yang membuat Darren-kekasihnya-pergi, dan tak pernah terdengar kabarnya kembali. Kabar buruknya, setelah kejadian naas itu, lelaki yang menghamili Eldelaine dibawa paksa keluarganya pindah ke luar negeri, dan Edelaine harus menanggung aib itu seorang diri. Tujuh tahun berlalu, dan Rion selalu bertanya siapa ayahnya. Di dibenci oleh keluarganya sendiri, setelah ayahnya meninggal, Edelaine diusir oleh tantenya karena baginya Edelaine membawa sial, hingga wanita itu memutuskan untuk pergi ke kota mencari pekerjaan. Namuan siapa sangka takdir mengobrak-abrik hidupnya.
"Mom."
Wanita yang tengah sibuk di dapur itu menoleh ke ambang pintu. Penampakan putranya dengan tas ransel lusuh menggantung di bahu, dan kepala menunduk adalah hal rutin yang akan dia lihat setiap Sean Alexander, putrinya kembali dari sekolah.
"Ada apa? Seseorang menghinamu lagi?" Jane bertanya tanpa menoleh. Wanita itu sibuk mencuci piring-piring kotor setumpuk di bak cuci piring.
"Aku bukan anak haram, kan?"
Aktivitas Jane terhenti. Wanita itu diam dengan tangan menggantung di udara. Sesekali ia menghela napas, sebelum kembali melanjutkan aktivitasnya.
"Mommy sudah bilang, jangan dengarkan mereka."
"Tapi Daddy tak pernah pulang."
"Daddymu bekerja sangat jauh."
Sean mendongak, selalu wajah menyedihkan itu yang dia perlihatkan. Untungnya, Jane tak melihat ke belakang atau dia akan menangis sendirian di dalam kamar.
"Kapan Daddy pulang? Ibu guru selalu bertanya, kenapa hanya Mommy yang datang di setiap pertemuan orang tua. Daddy tidak pernah ada, teman-temanku selalu bersama ayahnya, dan aku ... Aku hanya bisa bermimpi bisa membawa Daddy ke sekolah."
Tangan Jane nyaris licin, dan membuat piring-piring itu pecah. Dia berusaha menjaga tubuhnya agar tak merosot. Rasa sakit yang selalu dia pendam, selalu mencuat jika Sean menanyakan di mana ayahnya.
Jane tidak tahu di mana ayah Sean berada. Kejadian pahit di masa lalu, sungguh mengubah hidup Jane. Ayahnya meninggal karena serangan jantung saat mendengar dirinya hamil, dan laki-laki yang menghamilinya menghilang entah ke mana.
Kekasihnya yang dicintainya juga lenyap seperti ditelan bumi. Setelah kejadian dia tertangkap basah tidur dengan sahabat kekasihnya sendiri.
Jane tidak tahu, dia tidak paham bagaimana bisa berakhir tidur dengan lelaki itu. Yang Jane ingat adalah, selepas pesta ulang tahun temannya di senior highschool.Jane merasakan sakit kepala hebat, dan terbangun dalam dekapan sahabat sang pacar dengan keadaan tanpa busana.
"Pergilah makan, Mommy memasak makanan kesukaanmu." Selalu, jawaban itu yang akan Jane katakan pada sang putra.
"Aku hanya ingin Daddy pulang, agar mereka tidak mengataiku anak buangan."
"Kamu bukan anak buangan, kamu anak Mommy. Jangan dengarkan apa kaya mereka. Apa tidak cukup hanya Mommy yang berada di sisimu?"
Jane meratap dalam diam, air matanya tak mampu keluar. Berpuluh tahun dia hidup dalam hinaan, telinganya sudah cukup dia tulikan selama ini dari hujatan orang-orang.
"Maaf, Mom."
"Pergilah makan."
Sean diam, matanya berkaca-kaca. Dia hanyalah anak berusia 10 tahun yang merindukan sosok ayahnya. Sejak kecil, Sean tak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah.
"Baik, Mom."
Sean melangkah pelan ke arah kamar, Jane melirik punggung putranya yang menghilang di balik pintu. Dia hanya bisa menunduk lemah.
"Maafkan Mommy, Sean."
***
"Kau akan berangkat ke Chun An?"
Seorang pria tampan, yang tengah memasang dasi di depan cermin, hanya menjawab dengan anggukan pertanyaan sang istri yang duduk di repi ranjang.
"Untuk apa kau ke sana?"
Pertanyaan itu membuat aktivitas lelaki bernama Daniel Wu itu terpaksa berhenti, dan mengalihkan atensinya ke arah wanita cantik bernama Anne Lin.
"Bukankah aku sudah bilang akan menandatangi kontrak pembelian dengan pemilik flat di daerah itu."
"Kenapa di sana? Apa kau ingat mantan kekasihmu?"
Kedua tangan Daniel menggantung di udara, Anne terlalu mengingatkan dia akan masa lalunya yang membuatnya menjadi manusia paling berdosa di muka bumi.
"Hanya sebuah pekerjaan, tidak ada hubungannya."
"Apa kau yakin? Cintamu padanya, apa kau bisa membunuhnya, Niel? Lima tahun kita menikah, dan sampai hari ini kau bahkan tidak mau menyentuhku sama sekali!"
Daniel memilih diam, meladeni Anne hanya akan menimbulkan pertengakaran. Meskipun dia tahu Anne wanita yang baik. Hidup dengannya selama lima tahun, hanyalah sebuah status di atas kertas. Nyatanya mereka tidur di kamar masing-masing, tanpa ada kontak fisik sekalipun, dan selama ini Anne selalu bungkam.
"Pergilah, aku tahu itu menyangkut pekerjaan."
"Maafkan aku, Anne."
Ingin menangis, namun air mata Anne seolah sudah kering. Tak mampu lagi keluar, menjadi boneka yang hanya bisa tersenyum di depan semua orang, tanpa tahu hatinya telah rusak parah.
"Untuk apa? Jika minta maaf berguna. Tidak perlu ada takdir kejam di dunia ini, Niel"
Anne berangsur berdiri, dia berjalan ke arah pintu keluar kamar sang suami. Hatinya cukup sakit merasakan pernikahannya yang tak pernah baik-baik saja. Mereka hanya bersikap mesra di depan orangtua maupun publik.
Meskipun Anne tahu, pernikahan mereka hanya sebatas pernikahan bisnis, seharusnya dia tahu diri. Apalagi tak ada perasaan di hati Daniel untuknya, hati lelaki itu masih tersangkut pada wanita di masa lalunya.
***
Siang itu pintu flat kecil yang Jane tinggali diketuk dengan brutal dari luar.
Jane yang baru pulang berjualan makanan dari pasar, berlari tergopoh membuka pintu flat yang ia sewa.
"Nyonya Jang, ada apa? Aku sudah membayar sewa uang flatku sampai bulan depan, kan?"
"Kemasi barang-barangmu, flat ini sudah bukan milikku."
Jane merasa bingung, dia sudah membayar uang sewanya, bahkan hingga bulan depannya lagi. Namun, seenaknya saja pemiliknya mengusir dirinya dari sini.
"Tapi bagaimana bisa?"
"Tentu bisa, aku menjualnya dengan pengusaha dari kota. Mereka ingin membelinya untuk membangun sebuah mall besar di sini. Lagipula, harga yang mereka tawarkan begitu tinggi. Bagaimana aku bisa menolak. Lagipula, tetap menampungmu di sini, hanya akan mendatangkan kesialan bagiku."
"Apa maksud Anda, Nyonya?"
Wanita itu mendecih sini, menatap penampilan Jane dari atas sampai bawah. "Kau masih bertanya? Kenapa kau tidak berpikir, kau memiliki anak, tapi di mana suamimu? Ya, aku yakin itu hanya anak dari pria tidak jelas, hasil kau menjual tubuhmu selama ini."
Jane meradang, ini tidak sesusai perjanjian, lagipula wanita ini tidak berhak mengungkit hidupnya. Lantas dia akan tinggal di mana setelah ini? Hanya ini flat yang bisa dia sewa dengan harga murah, dan lumayan dekat dengan sekolah Sean.
"Aku bukan wanita murahan seperti yang Anda tuduhkan."
"Omong kosong macam apa ini, cepatlah kemasi barang-barangmu, aku tidak mau tahu."
"Apa tidak bisa dipikirkan lagi, Nyonya?" Jane mengiba.
"Tidak bisa, waktumu hanya sampai besok siang saja, kemari barang-barangmu." Setelah mengatakan itu, pemilik flat dengan tubuh gemuk tersebut berbalik, dan meninggalkan Jane yang masih berdiri di ambang pintu.
Tak lama setelah si nyonya pemilik flat pergi, Sean berlari kecil menghampiri ibunya yang masih di depan pintu. Tatapannya kosong ke depan, bahkan saat Sean memanggilnya, Jane sama sekali tak merespon.
"Mom, Mommy!" Baru setelah Sean sedikit mengeraskan nadanya, Jane baru tersadar dari acara melamunnya.
"Ah, kau sudah pulang?"
"Mom, di luar sana banyak orang memakai baju bagus. Sepertinya orang kaya. Ada apa mereka berada di tempat ini?"
"Pasti orang-orang itu yang membeli flat ini." Jane bermonolog, nadanya kecil hingga nyaris tak terdengar.
"Ayo masuk."
Sean mengangguk, Jane menggeser sedikit tubuhnya dari pintu. Memberi akses putranya untuk masuk ke dalam flat kecil mereka.
"Sean," panggilnya.
Anak itu berhenti melangkah, dan menoleh pada sosok ibunya yang baru saja menutup pintu.
"Ya, Mom."
"Besok kita urus surat kepindahanmu dari sekolah."
Sean mengeryitkan dahinya, dia tidak tahu kenapa ibunya tiba-tiba mengajaknya pindah kembali. Ya, memang tidak sekali ini Sean berpindah sekolah ini sekolah keduanya setelah 2 tahun lalu ibunya mengajaknya pindah. Tidak tahu alasannya apa, otaknya terlalu kecil untuk mengetahui hal-hal berurusan dengan orang dewasa.
Akan tetapi, orang-orang itu mengatakan, jika ibunya kerap diganggu oleh pria hidung belang, dan dimusuhi oleh tetangganya.
"Kenapa harus pindah, Mom?"
"Mommy akan mencari pekerjaan di kota, saudara Mommy ada di sana, semoga mereka mau menampung kita. Kau tidak apa-apa?"
Sean bukanlah anak nakal, dia hanya bisa menurut ke manapun ibunya mengajaknya pergi.
***
Siang itu, setelah mengurus segala surat kepindahan sekolah Sean. Jane berjalan dari flatnya membawa satu koper berisi pakaian miliknya, dan juga anaknya.
Tidak banyak yang dia punya. Hanya baju-baju, dan beberapa alat dapur yang ia jual dengan harga murah untuk pergi ke kota.
Saat keluar, di halaman flat sudah banyak orang-orang berdasi yang berdiri di sana.
Jane sempat menatap kerumunan itu dengan helaan napas berat.
"Betapa kejam mereka, kami hanya orang kecil, kenapa tidak membeli lahan kosong saja, dan membuat kami terusir dari sini," ujarnya.
Jane menggandeng tangan Sean sembari menyeret kopernya berjalan menjauh, sebelum ada sebuah mobil mewah berjalan di sisinya dengan lambat. Seseorang dalam mobil sempat menoleh ke jendela, karena posisi jendela mobilnya terbuka.
Orang itu adalah Daniel, dia sempat melonggokkan kepalanya. Ketika Jane, dan Sean melintas di sisinya.
"Siapa dia? Kenapa tidak asing."
"Ada apa, Presdir?" Alex Liu, asisten Daniel bertanya.
"Tidak, bukan apa-apa," ujarnya.
Di lain pihak, Jane sempat melirik mobil itu, namun tak menyadari seseorang yang tengah berada di dalam sana. Pandangannya lurus ke depan dengan tangan menggandeng Sean.
"Mom, apa kita akan bertemu Daddy?" Sean mendongak, menatap wajah lelah sang ibu.
Apa yang bisa Jane janjikan, dia tak mampu berjanji apa pun saat ini. Hanya bertemu, lantas jika memang pria itu ada di sana, dia ingin apa?
Siapa yang akan percaya dengannya.
"Ya, kita akan bertemu, Daddy." Hanya itu kalimat yang bisa Jane berikan. Hanya saja, meskipun itu hanyalah sebuah dusta, namun mampu mengembangkan senyum di bibir Sean.
"Sungguh?"
Jane terpaksa mengangguk. Langkahnya berhenti hanya untuk berjongkok di depan putranya.
Dia menggenggam lengan putranya. "Sean, apa pun yang terjadi, tetaplah bersama Mommy, meskipun seluruh dunia membenci kita."
Alan hanyalah seorang wanita nerd yang dijodohkan dengan seorang CEO tampan bernama Gavin Wildberg. Pernikahannya yang dilandasi perjodohan tak membuatnya bahagia karena sikap Gavin yang arogan. Diam-diam laki-laki itu memiliki affair dengan adik angkat Alan bernama Aluna Welington. Penderitaan Alan tak sampai di situ. Dia dipaksa bercerai dengan Gavin oleh ibu mertuanya karena mereka menganggap Alan hanyalah gadis buruk rupa dan dan tidak jelas asal usulnya. Keluarga Wildberg mengusirnya, ia dibuang dan diceraikan oleh suaminya. Kisah Alan belum berakhir sampai di situ. Ia putus asa dan ingin mengakhiri hidupnya. Hingga seseorang menyelamatkannya dan mengenali siapa sosok Alan sesungguhnya. Pria itu membawa Alan pada keluarganya. Seorang konglomerat kaya raya. Hingga beberapa tahun merubah hidupnya dan menjadi seorang pewaris tahta, dan ia akan kembali untuk menuntut balas.
Dia adalah seorang dokter luar biasa yang terkenal di dunia, CEO dari sebuah perusahaan publik, tentara bayaran wanita yang paling tangguh, dan seorang jenius teknologi papan atas. Marsha, seorang wanita dengan sejumlah besar identitas rahasia, telah menyembunyikan identitasnya yang sebenarnya untuk menikah dengan seorang pria muda yang tampaknya miskin. Namun, pada malam pernikahan mereka, tunangannya, yang sebenarnya adalah pewaris yang hilang dari keluarga kaya, membatalkan pertunangan dan membuatnya mengalami hinaan dan ejekan. Setelah pengungkapan identitasnya yang tersembunyi, mantan tunangannya tertegun dan dengan putus asa memohon pengampunannya. Berdiri dengan protektif di hadapan Marsha, seorang tokoh terkemuka yang sangat berpengaruh dan menakutkan menyatakan, "Ini istriku. Siapa yang berani merebutnya dariku?"
Joelle mengira dia bisa mengubah hati Adrian setelah tiga tahun menikah, tetapi dia terlambat menyadari bahwa hati itu sudah menjadi milik wanita lain. "Beri aku seorang bayi, dan aku akan membebaskanmu." Pada hari Joelle melahirkan, Adrian bepergian dengan wanita simpanannya dengan jet pribadi. "Aku tidak peduli siapa yang kamu cintai. Utangku sudah terbayar. Mulai sekarang, kita tidak ada hubungannya satu sama lain." Tidak lama setelah Joelle pergi, Adrian mendapati dirinya berlutut memohon. "Tolong, kembalilah padaku."
Andres dikenal sebagai orang yang tidak berperasaan dan kejam sampai dia bertemu Corinna, wanita yang satu tindakan heroiknya mencairkan hatinya yang dingin. Karena tipu muslihat ayah dan ibu tirinya, Corinna hampir kehilangan nyawanya. Untungnya, nasib campur tangan ketika dia menyelamatkan Andres, pewaris keluarga yang paling berpengaruh di Kota Driyver. Ketika insiden itu mendorong mereka untuk bekerja sama, bantuan timbal balik mereka dengan cepat berkembang menjadi romansa yang tak terduga, membuat seluruh kota tidak percaya. Bagaimana mungkin bujangan yang terkenal menyendiri itu berubah menjadi pria yang dilanda cinta ini?
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
WARNING 21+ !!! - Cerita ini di buat dengan berhalu yang menimbulkan adegan bercinta antara pria dan wanita. - Tidak disarankan untuk anak dibawah umur karna isi cerita forn*graphi - Dukung karya ini dengan sumbangsihnya Terimakasih
Setelah tiga tahun menikah yang penuh rahasia, Elsa tidak pernah bertemu dengan suaminya yang penuh teka-teki sampai dia diberikan surat cerai dan mengetahui suaminya mengejar orang lain secara berlebihan. Dia tersentak kembali ke dunia nyata dan bercerai. Setelah itu, Elsa mengungkap berbagai kepribadiannya: seorang dokter terhormat, agen rahasia legendaris, peretas ulung, desainer terkenal, pengemudi mobil balap yang mahir, dan ilmuwan terkemuka. Ketika bakatnya yang beragam diketahui, mantan suaminya diliputi penyesalan. Dengan putus asa, dia memohon, "Elsa, beri aku kesempatan lagi! Semua harta bendaku, bahkan nyawaku, adalah milikmu."