Arya Bimantara sedang melaksanakan tugas Negara di perbatasan Kalimantan. Tapi dia terpaksa meninggalkan tugas tersebut kala dia mendapat kabar mengejutkan. Arya kehilangan saudara kembarnya, padahal dia dan Aryo baru saja berkirim pesan. Arya pulang dan menghadiri pemakaman adik dan iparnya, keduanya meninggal karna sesuatu hal. Arya menemukan fakta jika Aryo dan istrinya meninggal karena di bunuh. Akankah Arya menemukan pembunuhnya?
"Hallo dengan keluarga dari saudara Aryo dan saudari Lily" ucap suara di seberang sana.
"Ya saya Ibunya, ini siapa?"
"Maaf bu kami turut berduka cita atas meninggalnya saudara Aryo dan saudari Lily, saat ini jenazah keduanya sedang berada di RS Citra Medika..." ucap perawat di seberang sana
Ibu Sandra menjatuhkan telp rumah yang tadi di genggamnya, air matanya mengalir deras, dia memukul dadanya, meyakinkan dirinya jika kabar yang di dengarnya itu tidak benar.
Tapi dadanya terasa sakit dia tidak dapat lagi menahan suaranya, dia histeris memanggil suaminya yang berada di ruang kerjanya.
"Papa!" teriaknya, "Papa" huhuhu, asisten rumah tangganya tergopoh-gopoh menghampirinya, begitu juga gadis mungil yang baru berumur 3 tahun itu menghampiri sang oma yang sedari tadi berteriak memanggil opanya.
"Ada apa nyonya?" ucap Iyem salah satu Asisten rumah tangganya.
"Oma kenapa nangis?" kata gadis mungil yang mendekat padanya dan ikut menangis di pelukannya padahal iya belum mengetahui apa yang menyebabkan oma nya itu menangis histeris.
"Ada apa ma?" ucap suami ibu Sandra yang panik setelah salah satu Asisten rumah tangganya dengan panik memberitahunya jika istrinya sedang menangis histeris di ruang utama rumah mereka.
"Hiks hiks Pa Aryo dan Lily pa, huhuhu mereka sudah gak ada pa!" bisik Sandra takut cucunya itu mendengar ucapannya.
Papa Ari menegang melepas pelukannya pada sang istri dan memandang lekat mata istrinya, "Apa kamu tidak salah ma? Mama mau ngelawak ya, ngeprank papa? Dua jam lalu Aryo masih bicara dengan papa, dia dan Lily akan ada pertemuan bisnis dengan PT Mulya Perkasa, sekarang kamu bilang mereka uda gak ada!" kata papa Ari yang masih belum mempercayai kabar berita kematian anaknya.
"Kita ke RS Citra Medika sekarang pa untuk melihat kebenarannya, semoga saja mereka salah pa!" kata Sandra yang tak lain ibu dari Aryo.
"Ayo kalau gitu kita pergi, Mang Diman siapkan mobil saya dan istri saya siap-siap dulu" kata pak Ari kepada sopir yang biasa ikut bersamanya kemanapun iya pergi.
Mereka berdua bersiap-siap hendak ke RS Citra Medika, tapi sebelum berangkat ibu Sandra menitipkan cucu pertamanya itu pada Iyem asisten rumahtangganya dan Ina babysitter dari Arlyana Bimantara, yang biasa di panggil Ai, anak dari Aryo dan Lily.
"Titip Ai ya, saya dan bapak ke RS dulu" ucap ibu Sandra. "Dan Ai jangan nakal ya oma sama opa pergi sebentar" kata sang oma sambil mengecup kening gadis mungil itu.
Ai hanya tersenyum mengangguk dalam gendongan Ina, babysitternya itu. Ai menatap Ina yang meneteskan airmata, "Lo mbak Ina kok ikutan nangis sih!" kemudian Ai melihat bi' Iyem yang juga menangis, gadis kecil itu merasa aneh kenapa semua orang menangis.
Papa Ari dan mama Sandra tiba di RS Citra Medika mereka langsung menuju ke bagian informasi dan dia mengatahkan mereka ke ruang jenazah, disana sudah ada perawat yang berjaga.
Kedua orang tua itu menghampiri ruangan tersebut dan dengan perasaan khawatir mereka melangkah masuk memastikan kebenaran tentang dua mayat yang di beritahukan jika itu adalah anak dan menantu mereka.
Dokter forensik keluar ruangan menemukan mereka yang masih mematung berdiri di depan pintu, "Maaf, bapak ibu mau melihat salah seorang yang ada di dalam?" tanyanya sopan
"Apa di dalam ada jenazah yang bernama Aryo Bimantara?" kata papa Ari yang menatap ke dalam ruangan tersebut yang sedikit terbuka.
"Ayo masuk, Bapak lihat sendiri benar atau bukan" seru sang dokter yang dari name tagnya Gilang Pradana.
Papa Ari menggandeng istrinya ke dalam ruangan untuk memastikan kebenarannya, dengan perlahan mereka mengikuti dokter Gilang menuju bangsal dimana ada dua jasad yang tertutup kain putih.
Dengan tangan gemetar pak Ari membuka kain putih yang tertutup itu, wajah pucat Aryo membuat mereka shock dan Sandra mama dari Aryo memeluk dan menjerit memanggil nama Aryo.
Dari luar terlihat kedua orang tua dari Lily yang tak lain adalah besan mereka. Mereka mencoba mendekat dan memastikan jika berita yang mereka dengar dari besan mereka tidaklah benar, mereka mencoba meraih kain penutup sebelah dan terlihatlah wajah cantik Lily putri semata wayang mereka.
Tangis menggema di ruangan itu, mereka menolak percaya tapi itulah kenyataannya takdir menentukan batas umur mereka, Dokter menyerahkan barang-barang peninggalan yang di temukan mereka dan menyerahkannya kepada pihak keluarga.
Dokter belum melakukan forensik karna menunggu persetujuan pihak dari keluarga keduanya.
Papa Ari mendial nomor Putra sulungnya Arya Bimantara yang saat ini sedang bertugas di perbatasan kalimantan.
Arya yang sedang mengawasi pelatihan anak buahnya, melihat ponselnya bergetar ternyata sang papa yang menelpon.
"Halo pa, apa kabar?" ucap Arya begitu tombol hijau di gesernya.
"Papa baik, Arya, ada kabar buruk, segeralah pulang Aryo dan Lily sudah tidak ada lagi!" kata papa Ari di seberang sana.
"Apa yang papa katakan, Aryo tiada" Arya seakan tak percaya, dia masih diam mendengar ucapan selanjutnya dari sang papa.
"Aku akan pulang pa!" ucapnya mengakhiri panggilan dari papanya
Pantas dari semalam hatinya terasa sakit, seperti akan terjadi sesuatu pada saudara kembarnya itu, dan ternyata firasatnya benar terjadi. Aryo meninggalkannya untuk selamanya.
Arya meminta ijin ke atasannya untuk kembali ke Jakarta, setelah mendapatkan ijin ternyata sang papa telah mengirim helikopter pribadi mereka, untuk menjemput Arya.
Arya bersiap berangkat meninggalkan tugas untuk melihat wajah yang sama persis dengannya untuk terakhir kalinya.
Jodoh pertemuan dan maut sudah di gariskan oleh Tuhan sang Maha Pencipta, kita sebagai manusia hanya bisa menjalaninya saja.
Arya memandangi potret dirinya dan Aryo, foto-foto kebersamaan mereka yang tersimpan di galeri ponselnya. Aryo meneruskan bisnis keluarga mereka, sedang Arya dia lebih memilih menjadi Tentara mengabdikan diri pada Negara.
Arya tidak tertarik dengan bisnis sehingga hanya Aryo menjalankannya sendiri di bantu istrinya Lily mereka melebarkan sayap bisnis keluarga mereka. Siapa sangka kini Aryo telah tiada, meninggalkan keluarga dan juga seorang gadis mungil yang baru berumur 3 tahun itu, Putri semata wayang Aryo dan Lily.
"Aku akan menjaga Ai untukmu, akan ku anggap dia putriku, tenanglah disana Aryo, aku akan mencari tau apa penyebab kamu dan Lily meninggal. Aku yakin pasti sesuatu yang buruk telah kalian alami sehingga kalian mengalami hal tragis seperti ini.
Helikopter membawa Arya terbang ke Jakarta dan mendarat di salah satu landasan pribadi milik keluarga Bimantara. Disana sudah menunggu sopir pribadi papanya yang tak lain adalah mang Diman.
"Ayo mang kita langsung pulang saja ya!" ucap Arya begitu memasuki mobil
"Baik den"
"Gimana Ai mang?"
"Neng Ai terlihat sedih den, kasihan gadis kecil itu den, harus menjadi yatim piatu di usia dini." seru mang Diman.
Arya menghela nafas berat kemudian memandang hamparan rumput di luar jendela mobil yang membawanya.
Istriku yang nampak lelah namun tetap menggairahkan segera meraih penisku. Mengocok- penisku pelan namun pasti. Penis itu nampak tak cukup dalam genggaman tangan Revi istriku. Sambil rebahan di ranjang ku biarkan istriku berbuat sesukanya. Ku rasakan kepala penisku hangat serasa lembab dan basah. Rupanya kulihat istriku sedang berusaha memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Namun jelas dia kesulitan karena mulut istriku terlalu mungil untuk menerima penis besarku. Tapi dapat tetap ku rasakan sensasinya. Ah.... Ma lebih dalam lagi ma... ah.... desahku menikmati blowjob istriku.
Kisah asmara para guru di sekolah tempat ia mengajar, keceriaan dan kekocakan para murid sekolah yang membuat para guru selalu ceria. Dibalik itu semua ternyata para gurunya masih muda dan asmara diantara guru pun makin seru dan hot.
Selama tiga tahun yang sulit, Emilia berusaha untuk menjadi istri Brandon yang sempurna, tetapi kasih sayang pria itu tetap jauh. Ketika Brandon menuntut perceraian untuk wanita lain, Emilia menghilang, dan kemudian muncul kembali sebagai fantasi tertinggi pria itu. Menepis mantannya dengan seringai, dia menantang, "Tertarik dengan kolaborasi? Siapa kamu, sih?" Pria tidak ada gunanya, Emilia lebih menyukai kebebasan. Saat Brandon mengejarnya tanpa henti, dia menemukan banyak identitas rahasia Emilia: peretas top, koki, dokter, pemahat batu giok, pembalap bawah tanah ... Setiap wahyu meningkatkan kebingungan Brandon. Mengapa keahlian Emilia tampak tak terbatas? Pesan Emilia jelas: dia unggul dalam segala hal. Biarkan pengejaran berlanjut!
"Anda tidak akan pernah mengahargai apa yang Anda miliki sampai Anda kehilangannya!" Inilah yang terjadi pada Satya yang membenci istrinya sepanjang pernikahan mereka. Tamara mencintai Satya dengan sepenuh hati dan memberikan segalanya untuknya. Namun, apa yang dia dapatkan sebagai balasannya? Suaminya memperlakukannya seperti kain yang tidak berguna. Di mata Satya, Tamara adalah wanita yang egois, menjijikkan, dan tidak bermoral. Dia selalu ingin menjauh darinya, jadi dia sangat senang ketika akhirnya menceraikannya. Kebahagiaannya tidak bertahan lama karena dia segera menyadari bahwa dia telah melepaskan sebuah permata yang tak ternilai harganya. Namun, Tamara telah berhasil membalik halaman saat itu. "Sayang, aku tahu aku memang brengsek, tapi aku sudah belajar dari kesalahan. Tolong beri aku kesempatan lagi," pinta Satya dengan mata berkaca-kaca. "Ha ha! Lucu sekali, Satya. Bukankah kamu selalu menganggapku menjijikkan? Kenapa kamu berubah pikiran sekarang?" Tamara mencibir. "Aku salah, sayang. Tolong beri aku satu kesempatan lagi. Aku tidak akan menyerah sampai kamu setuju."Dengan marah, Tamara berteriak, "Menyingkirlah dari hadapanku! Aku tidak ingin melihatmu lagi!"
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."