Melody tidak menyangka sama sekali, pertolongannya kepada seorang kakek yang akan bunuh diri, membawanya kepada kehidupan kakek yang ternyata pemilik sebuah perusahaan besar. Dalam keluarga itu terjadi berbagai siasat untuk menjadi pewaris perusahaan, sementara Sagara cucu yang seharusnya menjadi pewaris utama, malah dimanfaatkan oleh mereka karena keluguannya.
Melodi menatap tiga puluh cup klappertart dalam cooler box dengan sedih. Susah payah ia bawa menaiki lima puluh sembilan anak tangga menuju lantai tiga sebuah apartemen yang liftnya rusak.
Tiga puluh cup itu harusnya saat ini sudah berpindah tangan kepada Nyonya Clara pesanan dadakan dan katanya sore ini harus diantar segera ke tempatnya. Urgent!
Jika transaksi selesai maka uang pembayaran sebesar tiga ratus ribu sudah ada dalam genggamannya. Dengan uang itu sebagian akan Mama belikan lagi bahan-bahan untuk membuat klappertart, sebagian untuk makan sekeluarga dan tentu saja uang transport kuliah sebanyak lima puluh ribu rupiah.
Tapi semuanya buyar, saat pintu apartemen yang ia ketuk berkali-kali tidak ada yang membukanya. Melodi membaca kembali alamatnya, betul ini kamar C109.. Ia mengembuskan napas kesal.
Gadis berambut sebahu dengan kuncir satu itu mencoba menghubungi nomor telepon yang ditulis dalam secarik kertas bekas struk belanja. Ternyata hp nya tidak aktif! Betul-betul sempurna kekesalannya hari ini.
"Mama, Nyonya Clara tidak ada di tempat dan nomornya tidak bisa dihubungi," keluh Melodi saat menghubungi Mama lewat ponselnya.
Terdengar helaan napas panjang Mama, Melodi tahu pasti wanita yang di telapak kakinya itu terdapat surga sangat kecewa seperti dirinya. Terbayang bagaimana Mama sering begadang untuk mengerjakan pesanan-pesanan apalagi yang dadakan seperti ini.
"Harusnya Mama lain kali minta transfer uang pembayaran di muka saja untuk setiap pesanan yang masuk. Kalau begini kejadiannya, kita rugi Ma, atau minimal si pemesan ngasih tanda jadi, atau apalah gitu, atau..."
"Melodi, ngomelnya nanti aja di rumah , jangan ngabisin pulsa."
Klik, telepon diputus Mama!
Dengan langkah gontai Melodi kembali menuju tangga, ia menuruni tangga satu demi satu, pikirannya melayang pada saat-saat sibuk membantu mengaduk adonan susu, gula, maizena dalam panci yang dimasak dengan api kecil hingga mendidih, kemudian memasukkan kuning telur satu persatu, kelapa muda yang dikeruk memanjang. Itu baru proses memasak adonan, belum proses berikutnya, membuat meringue dari putih telur, mengiris almond untuk taburan, merendam kismis dan membubuhkan kayu manis, kemudian memanggangnya.
Hal yang paling menyenangkan saat membuat klappertart adalah menaburkan bubuk kayu manis, karena wangi kayumanis akan langsung menguar. Melodi sangat menikmati aromanya.
"Sudah bertemu orangnya Neng?" tanya satpam yang sejak awal kedatangan gadis itu berjaga di dekat pintu masuk dari kaca.
"Tidak ada, Pak.," jawab Melodi dengan langkah gontai.
Lelaki berusia tiga puluh tahunan itu menatap Melodie dengan prihatin, sungguh mengherankan ada orang pesan makanan namun tidak bertanggung jawab seperti ini.
"Ini buat Bapak." Melodi menyodorkan dua cup kue bercita rasa manis gurih kepadanya. Satpam bernama Bandi itu menatapnya, "Serius? Ini kan jualan kamu."
Melodi tersenyum sambil mengangguk, kalaupun dibawa pulang ke rumah juga pasti akan dibagikan juga, karena kue jenis ini tidak akan tahan lama, sementara lemari es di rumah penuh dengan klappertart baru yang akan dijual besok.
"Semoga berkah ya Neng, satu buah mau saya bawa pulang untuk anak saya, seumur hidup dia belum pernah mencicipi kue seperti ini."
Gadis manis berlesung pipit itu kembali tersenyum, ternyata berbagi bisa mengurangi kekecewaan yang tadi bergelayut di hatinya.
Kali ini ia melangkah dengan lebih riang. Mama pasti tidak akan keberatan kalau kue-kue lezat ini dibagikan, hitung-hitung beramal. Lagipula perjalanan pulang ke rumah lumayan jauh. Berat kalau harus membawa kue ini kembali. Ia teringat waktu pergi menuju apartemen melewati rumah belajar anak-anak yatim. Kalau sebagian kue ini ia bagikan pasti mereka akan bahagia.
Lima belas kue kini telah dinikmati dua belas anak-anak mungil dan tiga orang pengajar. Mereka mahasiswa tingkat akhir sebuah universitas yang mengabdikan diri untuk mengajar anak-anak itu. Satu orang cowok bernama Langit cukup menarik perhatian Melodi. Langit seorang yang ramah, Ah Melodi jadi senyum-senyum sendiri saat cowok itu meminta nomor kontaknya.
Sudah tujuh belas klappertart berpindah tangan, di persimpangan dekat lampu merah Sunburst, sebuah cup ia berikan kepada penyapu jalan yang sedang bersitirahat di bawah pohon, satu lagi ia berikan kepada Abang ojek online, dua lagi untuk seorang nenek yang membawa rumput untuk makan kambingnya,
Tinggal empat lagi tersisa, kalau tidak ada lagi yang ditemuinya, Melodi berencana memakan sendiri klappertartnya, entahlah setelah berbagi tadi hatinya merasa riang. Ternyata uang bukan segalanya jika dibandingkan kegembiraan mereka yang mendapatkan klapertart darinya tadi.
Hari masih terang meski matahari telah bergulir turun. Sebentar lagi melewati jembatan yang mengalir Sungai Cisadane di bawahnya. Dari jembatan itu ia bisa menikmati indahnya matahari terbenam yang sinarnya membias di air sungai.
Tiba-tiba mata coklat gadis itu tertumbuk pada sosok di atas jembatan. Seorang lelaki tua memanjat pagar besi jembatan dan bersiap melompat.
Melodi berlari sekuat tenaga. "Kakeek, stop jangan lakukan itu!"
"Tolong, ada orang mau bunuh diri!"
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Area 21+ Helios diperkosa oleh Zeus di malam sebelum pernikahan Zeus digelar. Alih-alih menikah dengan kekasihnya, pria itu harus mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan menikahi Helios. Setelah menikah, Zeus dan Helios pindah ke apartemen. Di sanalah awal penderitaan Helios di mulai. Seperti apa penderitaan-penderitaan yang akan Helios alami? Mampukah ia bertahan atau justru memilih untuk pergi?
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Untuk membayar hutang, dia menggantikan pengantin wanita dan menikahi pria itu, iblis yang ditakuti dan dihormati semua orang. Sang wanita putus asa dan kehabisan pilihan. Sang pria kejam dan tidak sabaran. Pria itu mencicipi manisnya sang wanita, dan secara bertahap tunduk pada nafsu adiktif. Sebelum dia menyadarinya, dia sudah tidak dapat melepaskan diri dari wanita tersebut. Nafsu memicu kisah mereka, tetapi bagaimana cinta bersyarat ini akan berlanjut?
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?