/0/2935/coverbig.jpg?v=3d139fdad5889f6e3881cd38928594a2)
Sarah Farhrani seorang Ibu muda yang bekerja keras membantu perekonomian keluarga. Hidupnya pas-pasan, terkadang kekurangan. Ikhtiar apapun dia lakukan tanpa kenal malu. Akmal Hidayat-suaminya-hanyalah pekerja serabutan setelah Pabrik tempat dulunya bekerja bangkrut. Belakangan, Sarah sering mendapat hadiah dari Ilham Satyawan-teman karib suaminya sendiri. Kehidupan Ilham terbilang lebih mapan dari Akmal. Ilham begitu baik padanya. Dia kerap memberi uang pada Winda-putri kecilnya. Pria lajang itu senantiasa membantunya. Ilham akhirnya mengakui dirinya menaruh rasa terhadap Sarah. Dia kerap menghubunginya lewat media sosial facebook. Kehidupan lebih layak dia jaminkan pada Sarah yang tengah bersusah payah. "Ujian berat istri ketika suaminya tidak memiliki apa-apa. Ujian berat suami ketika dirinya memiliki segalanya."
Selamat membaca, semoga suka, dan terhibur :)
🍁🍁🍁
"Ini buat kamu, suka baca buku 'kan?" Aku tertegun pada sebuah buku yang disodorkan di hadapanku.
Aku melirik pada bang Akmal-suamiku yang di sebelahku.
"Ambil aja," ujarnya setengah berbisik padaku. Dengan sungkan aku ambil buku itu dari tangan seseorang.
"Terimakasih."
"Sama-sama."
Aku memperhatikan buku yang kini ada di tangan. Masih disegel. Aku membaca judul yang tulisannya besar. Sebuah novel bestseller. Refleks aku tersenyum. Tak dipungkiri rasanya senang sekali. Kemudian senyumku surut saat tahu tatapan si pemberi. Memang sejenak, dia lalu berpaling dan mengajak ngobrol Bang Akmal seputar pekerjaan. Bang Akmal yang sedang menghisap rokoknya menjawabnya, lalu mereka terlibat dalam percakapan yang akrab.
Aku terdiam memandangi cover buku itu. Merasakan tidak enak dalam hati. Aneh rasanya mendapat pemberian seperti ini dari orang lain. Berbeda jika yang memberi suami sendiri, aku akan sangat berbahagia dan tentu tidak akan ada sungkan-sungkannya.
Aku menyeruput minuman jeruk di gelas. Aku diajak bang Akmal ke rumah bang Ilham-teman karibnya. Winda-putriku-duduk di sisiku meminum susu kotak pemberian bang Ilham juga. Kami duduk di teras luar beralas karpet.
Tadi, ketika mengobrol dengan bang Akmal, bang Ilham pamit ke dalam rumahnya lalu ke luar membawa buku ini dan memberikannya padaku. Jujur aku senang sekali mendapat buku ini, tapi rasa senang itu seperti salah.
Sebetulnya ini bukan pertama kali ke sini. Aku hanya menemani bang Akmal yang katanya ada perlu. Aku lebih banyak diam tidak ikut-ikutan mengobrol. Saat ditanya dijawab jika tidak, tidak akan memulai duluan.
Sungguh, aku tidak biasa mengobrol dengan laki-laki lain selain suami sendiri. Terhadap teman-teman bang Akmal aku membatasi diri, termasuk terhadap bang Ilham. Hari ini tidak menyangka dapat pemberian buku darinya.
Ketika hendak pulang bang Ilham menyelipkan uang bewarna biru ke saku baju Winda.
"Buat jajan Winda."
"Gak usah, Ham." Suami melihat itu tidak enak. Aku pun. Bang Ilham banyak memberi hari ini.
"Udah, gak apa-apa. Biarin." Lelaki jejaka itu tulus memberi, dia tampak senang melakukan semuanya.
"Bilang apa Winda ke Omnya?" Suamiku mengingatkan Winda untuk mengucapkan sesuatu.
"Makasih, Om."
"Sama-sama Winda."
Bang Akmal pamit dan bersalaman dengan bang Ilham. Winda bocah berusia emat tahun itu juga salim padanya. Terakhir aku mengatupkan ke dua tanganku pamit padanya.
"Hati-hati di jalan, ya."
Aku mengangguk saja. Kulihat suamiku menyelah motornya di depan sana. Kami pamit pulang.
****
"Kok bang Ilham tau, ya, aku suka baca buku?" kataku pada bang Akmal setelah selesai solat maghrib. Aku masih mengenakan atasan mukena dan bawahan roknya. Menghidangkan kopi hitam untuknya di meja dan duduk di sisinya di sofa.
"Iyalah. Kamu 'kan suka numpang transfer bayar PO buku ke dia."
"Oh, iyaaa ... " Aku tertawa kecil mengingat sudah empat kali numpang transfer di rekeningnya.
Aku mengikuti sebuah grup kepenulisan di facebook. Banyak cerbung yang menarik dan dipinang penerbit dijadikan novel. Penulis akan membuka Pre Order(PO) untuk penjualan perdananya. Saat ada cerita yang menarik, aku membelinya dengan mengikuti PO itu. Harga PO buku lebih murah dibanding harga normal. Bang Akmal tidak punya rekening sendiri, ia meminta bantuan bang Ilham untuk membayar buku pesananku.
"Ilham itu temenku yang paling baik. Dia gak itungan dan gak pelit. Aku merasa dia itu sudah seperti sodaraku sendiri. Saat aku butuh bantuan dia selalu bersedia menolong."
Aku mengangguk membenarkan ucapan bang Akmal. Aku pun merasakannya, dia melakukan semua itu tanpa pamrih.
"Sama Winda putri kita, Ilham sangat baik. Dia selalu memberi uang jajan setiap kali ketemu. Kamu tahu sendiri 'kan?"
Aku mengangguk lagi, "Iya, bang." Kulihat bang Akmal menyeruput kopinya. Dia meniup-niupnya terlebih dahulu.
"Oh, iya. Besok aku jadi kerja sama Ilham. Membangun rumah."
"Jadi, dia beneran mau membuat rumah?"
"Iya. Lokasinya tidak jauh dari rumah orangtuanya. Katanya tabungannya mau dipake membangun rumah dulu. Biar nanti setelah menikah udah punya rumah sendiri. Secukupnya uang yang ada katanya, atau mungkin dibantu orangtuanya."
"Yang kerjanya ada berapa orang memangnya?"
"Tukangnya udah ada tiga, kernetnya baru dua. Nah, aku ikut jadi kernet di sana. Bagaimana Sarah? Boleh 'kan aku ikut kerja di sana? Ya, 'kan dari pada nganggur, pekerjaan lain pun sedang gak ada."
Aku melihat bang Akmal, terdapat keseriusan yang amat dalam di wajahnya. Dia tidak sungkan membicarakan itu. "Boleh, kenapa tidak? Asal kamu sehat dan pekerjaan itu halal tidak apa-apa."
"Kamu gak malu 'kan aku kerja kuli?"
"Enggak. Aku malah senang kamu mau kerja apa aja."
Bang Akmal tersenyum menatapku. Dia menggenggam tanganku. "Maaf, ya, Sar. Sampai saat ini aku belum juga mendapat pekerjaan lebih baik seperti dulu. Kamu doa kan saja, biar aku sehat-sehat, kuat, sehingga bisa bekerja apa pun juga. Pekerjaan ini lumayan lama, kira-kira bisa sampai dua bulanan atau lebih. Lumayan upahnya buat menyambung bekal kita sehari-hari."
Aku yang kini tersenyum dan menyandarkan bahu padanya. Bang Akmal merangkulku, mencium pucuk kepalaku. Aku menyayangi bang Akmal terlebih pribadinya yang sekarang.
Dulu, bang Akmal bekerja di Pabrik. Setelah dua tahun menikah tempat kerja bang Akmal mengalami pailit dan tidak beroprasi lagi. Suamiku kehilangan pekerjaan. Mencari ke tempat lain sulit karna terkendala usia yang mencapai batas maksimal. Satu tahun bang Akmal bekerja di Garmen, tapi dengan upah yang sangat minim sekali. Setelah itu bang Akmal tidak punya pekerjaan lagi. Dua tahun terakhir ini hanya usaha serabutan.
Bang Akmal sempat ingin menjadi Ojol, tapi tidak ada motor baru. Motor yang ada keluaran lama tidak bisa dipakai untuk driver online. Kalau mau bisa ambil kredit, kami memilih mundur. Kata bang Akmal tidak apa kerja kuli saja sekarang.
Rumah yang kami tempati sebagian dari kerja keras bang Akmal dulu, sebagian lagi dari bantuan orangtuaku. Dibangun di atas tanah Ibuku. Hanya rumah minimalis, cukup untuk keluarga kecil kami. Sekarang lima tahun usia pernikahan kami. Aku menikah pada usia 20 tahun, kini usiaku 25 tahun, sementara bang Akmal 35 tahun. Selisih sepuluh tahun usia kami.
Sikap bang Akmal baik, dia suka membantu dan suka mengalah. Aku berharap hubungan kami langgeng sampai tua bersama-sama.
****
Bang Akmal ke luar dari dalam rumah. Dia sudah selesai sarapan dan akan berangkat kerja. Aku menghampirinya meninggalkan ember jemuran, mengambilkan helem dari dalam memberikan padanya.
"Aku berangkat sekarang."
"Iya, bang." Mencium tangannya sebelum kepergiannya memulai bekerja di tempat bang Ilham.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Aku melihat kepergiannya. Jarak tempuh dari rumah ini ke kediaman bang Ilham cukup dua puluh menit bila ditempuh dengan motor. Setelah memastikan suami sudah tak terlihat aku masuk ke dalam rumah.
Winda sedang bermain di rumah tetangga. Libur sekolah masih panjang setelah lebaran jadi aku bisa lebih santai kini. Tidak disibukkan dengan membuat aneka jajanan dan belum berjualan.
Aku membuka facebook dan mencari cerbung di sebuah grup kepenulisan yang anggotanya mencapai satu juta lebih. Beberapa judul aku baca, memberi like dan komentar. Tak sengaja mataku tertuju pada list permintaan pertemanan. Ada ratusan permintaan pertemanan yang belum aku konfirmasi dan bertambah satu list pertemanan baru.
Aku melihatnya, M Ilham Satyawan meminta pertemanan. Aku klik poto profilnya. Itu benar bang Ilham teman karib suamiku. Dia meminta pertemanan denganku? Aku langsung klik konfirmasi, kupikir tidak apa menerima pertemanannya.
Kembali aku mensecroll beranda. Melihat-lihat status orang dan membaca status grup lainnya. Bosan aku ke luar dari aplikasi facebook membuka Whatsapp. Tidak ada chat dari siapa pun hanya ada belasan chat grup alumni teman SMP. Aku tidak membukanya, biasanya hanya basa-basi dan kekonyolan. Aku membaca semua status di kontakku.
Jumlah kontak hanya ada empat puluhan, berisi keluarga dan teman-teman perempuanku saja. Tidak ada kontak laki-laki yang bukan saudara. Aku klik kontak suami dan mengetik pesan untuknya.
[Jangan lupa makan siang, ya.]
Kukirim, hanya centang satu. Aku tahu jam istirahat masih lama, baru jam sembilan pagi. Tapi, tak apa. Setelahnya aku tutup kembali membiarkan batrai handphoneku penuh terisisi. Aku ke luar pergi ke rumah Ibuku.
Pulang dari rumah Ibu ketika sudah adzan dzuhur. Bersama Winda aku masuk ke dalam. Winda yang tadi kuajak ke rumah neneknya langsung menonton Tv. Aku mencabut kabel cassan, batrai handphoneku sudah penuh.
Teringat bang Akmal aku membuka Whatsapp, masih centang satu belum dibuka chatku. Dia belum online. Aku malah mendapat notifikasi facebook saat membuka aplikasi biru itu. Ada inbox yang masuk.
[Terimakasih sudah di konfir mamah Winda.]
Pesan dari M Ilham Satyawan ....
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Ketika mereka masih kecil, Deddy menyelamatkan nyawa Nayla. Bertahun-tahun kemudian, setelah Deddy berakhir dalam keadaan koma akibat kecelakaan mobil, Nayla menikah dengannya tanpa berpikir dua kali dan bahkan menggunakan pengetahuan medisnya untuk menyembuhkannya. Selama dua tahun, Nayla setia, mencari kasih sayangnya dan ingin melunasi utang budinya yang menyelamatkan nyawanya. Akan tetapi ketika cinta pertama Deddy kembali, Nayla, yang dihadapkan dengan perceraian, tidak ragu untuk menandatangani surat perceraian. Meskipun dicap sebagai barang bekas, hanya sedikit yang tahu bakatnya yang sebenarnya. Dia adalah seorang pengemudi mobil balap, seorang desainer terkenal, seorang peretas jenius, dan seorang dokter ahli. Menyesali keputusannya, Deddy memohon pengampunannya. Pada saat ini, seorang CEO yang menawan turun tangan, memeluk Nayla dan menyatakan, "Enyah! Dia adalah istriku!" Terkejut, Nayla berseru, "Apa katamu?"
Syifa, yang seorang Ibu rumah tangga dengan ketiga anaknya, harus menerima kenyataan bahwa sang suami yang bernama Danu tega mengkhinatinya dengan sahabat istrinya sendiri. Syifa sama sekali tidak bersedih, justru dia akan membalaskan dendam pada sang suami dan juga selingkuhannya dengan caranya yang cerdik. Apakah itu? Yuk kepoin dan baca ceritanya hingga tamat.
Demi bisnis yang menguntungkan dirinya sendiri Rian tega menjual kekaksihnya pada seorang tuan muda yang bernama Albert. Albert menjadikan Renata yang merupakan seorang mahasiswa pertanian sebagai budak ranjangnya setiap hari, jika Albert marah Renata harus melayani Albert yang menyakitinya. namun seiring berjalannya waktu Albert memiliki rasa pada Renata dan menjadikannya pendamping hidup meski Albert harus menentang orang tuannya dan memutuskan pertunangannya dengan seorang wanita pilihan orang tuanya.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Pelan tapi pasti Wiwik pun segera kupeluk dengan lembut dan ternyata hanya diam saja. "Di mana Om.. ?" Kembali dia bertanya "Di sini.." jawabku sambil terus mempererat pelukanku kepadanya. "Ahh.. Om.. nakal..!" Perlahan-lahan dia menikmati juga kehangatan pelukanku.. bahkan membalas dengan pelukan yang tak kalah erat. Peluk dan terus peluk.. kehangatan pun terus mengalir dan kuberanikan diri untuk mencium pipinya.. lalu mencium bibirnya. Dia ternyata menerima dan membalas ciumanku dengan hangat. "Oh.. Om.." desahnya pelan.