Menjadi idol populer, ternyata tak lekas membuat Lisa menjadi bahagia. Sebaliknya, berbagai rintangan yang telah ia lewati justru menjadi boomerang untuk kehidupannya. Setelah bunuh diri, siapa sangka kalau ia masih selamat. Alih-alih terbangun di dalam ruang ICU atau kamar rawat VVIP. Justru Lisa terbangun di dalam raga seorang Permaisuri Aerin, wanita baik yang mencintai tulus, tetapi selalu disia-siakan suaminya, Kaisar Lee. Sedangkan Kaisar Lee Han Kyul, sang pemimpin tirani yang tega membunuh Aerin dengan kedua tangannya demi selir kesayangannya. Terkenal sebagai pria terkuat dengan sihir hebat seantero negeri, bahkan disegani oleh kerajaan tetangga. Karena sebuah ritual terlarang di balik sosok misterius, akhirnya terjadi pertukaran jiwa antara Lisa Guan dan Permaisuri Aerin. Mereka berdua ditarik pada beberapa tahun kehidupan sebelum maut menjemput nyawa. Apa tujuan utama pertukaran jiwa itu? Mungkinkah Lisa kembali ke dunianya? Akankah takdir akan berubah?
Akankah tubuh ini akan mengalami kematian yang sama?
Lisa tidak akan membiarkannya.
"Lepaskan aku! Aku tidak bersalah! Aku tidak pernah membunuh siapa pun!"
"DIAMLAH PERMAISURI! Atau hukuman anda akan semakin berat!"
Lisa berdecih. Jadi seperti ini sikap para manusia biadab yang menusuknya dari belakang. Tiba-tiba kedua Jenderal yang menggiringnya dengan kasar itu melepaskan cekalannya. Sontak saja, tanda tanya besar berkeliaran di kepala Lisa.
Bukankah Permaisuri Aerin dulu dieksekusi di hadapan rakyat?
Kenapa dirinya masih di istana?
Kebingungannya tak bertahan lama saat satu per-satu dayang-dayang istana datang membawa nampan berisi semangkuk cairan berwarna hitam pekat dengan bau menyengat. Tak perlu bertanya lagi, kini ia tahu hukuman apa yang akan ditimpakan atasnya.
"Dia menyuruhku minum racun, heh?" gumam Lisa terkekeh sinis. Senyum miring tercetak jelas di wajahnya. Membuat beberapa pejabat dan orang yang hadir dalam eksekusinya dibuat terheran.
Manik yang biasanya menatap lembut itu kini berkilat tajam penuh amarah. Dunia memang sangat keras. Kebenaran yang diperjuangkannya selama ini, haruskah berakhir sama dengan Permaisuri Aerin?
"Kaisar Lee Han Kyul telah tiba!"
Atensi Lisa bertemu dengan mata elang milik orang nomor satu di Kerajaan Fantasia, tempat di mana menyimpan sejuta keajaiban yang sempat membuat Lisa terpesona hingga terjatuh. Tak ada aura kesedihan lewat tatapan pria dingin yang dulu juga telah mengeksekusi Permaisuri Aerin di kehidupan sebelumnya. Entah apa yang ada di pikiran pria di hadapannya, padahal seharusnya pria ini tahu kalau dia tidak bersalah.
Namun mengapa hukuman ini masih tetap dijatuhkan padanya?
Sebenci itukah Kaisar Lee terhadap dirinya?
"Cepat minumlah Permaisuri, dan anda akan tertidur nyenyak tanpa penurunan tahta Anda sebagai permaisuri Kerajaan Fantasia."
Lisa terkekeh karena ucapan Kaisar di hadapannya. Jujur, ia kecewa. Lisa diam. Namun matanya dengan berani membalas tatapan dingin Kaisar dengan tatapan tajam.
Satu mangkuk diberikan, tapi langsung ia tepis dengan kasar sehingga jatuh di tanah.
Semua orang dibuat terkejut dengan kelakuan brutal permaisuri mereka. Di antara keterkejutan itu, tersembunyi senyum kelicikan yang tercipta jelas di antara wajah selir-selir penghianat.
Mangkuk-mangkuk yang berdatangan itu ditepis Lisa tanpa mengalihkan tatapan tajamnya dari manik sang kaisar. Hingga tinggal beberapa mangkuk, Lisa baru mau menerimanya.
Namun, sekali lagi ia tidak meminumnya, melainkan membuangnya dengan kasar ke arah Kaisar sehingga membuat baju kebesaran kerajaannya basah dengan cairan racun.
"Aku sangat membencimu!!" teriak Lisa frustasi. Kedua matanya berkaca-kaca dan bibirnya bergetar menahan isak tangis.
Sontak saja, sikapnya itu malah membuat puluhan tombak dilayangkan ke arahnya sebagai peringatan waspada.
Air mata Lisa akhirnya luruh gadis itu menunduk, terisak sampai membuat tubuhnya bergetar. Kini ia menatap penuh kebencian pada Kaisar.
"Kupikir ... aku mampu merubah nasib menyedihkan wanita ini. Ternyata aku salah. Aku tidak sehebat itu. Aku ...!" Gadis itu terisak sampai tidak bisa berkata apa-apa.
Lisa menundukkan wajahnya, tak kuasa lagi menatap Kaisar Lee yang tetap beku seperti es. Dan sebuah mangkuk berisi cairan itu kembali disodorkan. Kali ini oleh Kaisar sendiri.
Kepala Lisa mendongak, menatap penuh kebencian. Dengan tangan bergetar, Lisa menerima mangkuk itu. "Semoga anda tidak menyesal, Baginda."
Pada akhirnya gadis itu menyerah, ia meminum cairan itu dengan sekali teguk.
Salah satu sudut bibir Lisa terangkat, menciptakan senyuman sinis tanpa empati.
"Tentu, aku tidak akan menyesal, Permaisuriku."
***
Di sebuah gua dengan pencahayaan temaram, tampak altar yang berbentuk lingkaran dengan gambar rumit perpaduan antara bentuk geometri dan abstrak dan sebuah peti mati berwarna putih dengan ukiran berwarna emas menghiasi sisinya diletakkan dengan posisi tepat di pusat altar.
Dua sosok berjubah hitam dengan tinggi tidak seimbang itu mendekati altar. Salah seorang tampak tinggi menjulang dengan bahu lebar terus berjalan mendekat ketika seorang lagi di sisinya menghentikan langkah. Berbeda dari pria jakung yang tampak kekar di balik jubah hitamnya, sosok berjubah yang satu memiliki tubuh lebih kecil dan mungil. Dari perbedaan fisik keduanya, maka bisa ditebak bahwa mereka adalah sepasang pria dan wanita.
Si pria berhenti di sisi peti, lalu membuka pintu peti itu. Begitu ia melihat sosok yang tampak pulas di dalamnya, kedua matanya nampak terbelalak. Memar kemerahan tampak melingkari leher dari sosok wanita yang tertidur pulas di dalam peti mati. Bukan hanya pulas, tetapi tidur untuk selamanya.
Setelah beberapa saat mengamati sosok jasad yang telah bersemayam lebih dari sepuluh tahun itu, rahang pria itu sedikit mendongak sebelum akhirnya kembali menutup peti.
"Lakukan!" perintah si pria yang langsung ditanggapi oleh sosok si wanita berjubah.
Tanpa instruksi, wanita itu menfeluarkan belati lalu menggores pergelangan tangannya sendiri. Darah segar menetes ke lantai altar, di mana motif gambar bentuk altar itu memiliki sedikit cekungan. Cairan merah itu menetes dan mengalir, mengisi setiap cekungan hingga membuat darah itu bertemu dari arah satu sama lain.
Tak hanya si wanita, si pria berjubah juga rupanya menggores tangannya sendiri. Setelah darah kedua orang berjubah itu menyatu, si pria kembali membuka peti mati, lalu ikut menggores tangan si jasad. Mengambil setetes darah yang secara ajaibnya masih terlihat segar, si pria langsung mencampurkan tiga darah dari tiga orang yang berbeda menjadi lebur dalam satu aliran.
Mulut si wanita berjubah mulai komat-kamit merapalkan mantra dengan tangan membentuk pistol di depan dada. Gerakannya itu diikuti si pria berjubah hitam. Mereka berdua sama-sama merapalkan mantra yang secara perlahan mulai muncul sebuah cahaya samar dari aliran darah mereka. Perlahan tapi pasti, cahaya berwarna merah itu tampak kian menyilaukan hingga ke langit-langit hingga seketika muncul sebuah pintu portal berwarna hitam di atas kepala mereka.
"Sudah siap."
***
Suara gemuruh musik yang bercampur baur menjadi satu dengan teriakan histeris penuh pujaan. Sayangnya, perpisahan telah tiba, dan idola yang selalu mereka elu-elukan namanya itu telah turun dari panggung setelah sebelumnya melambaikan tangan perpisahan yang langsung disambut suara kekecewaan dari para fans-nya.
Sepulang dari konsernya yang digelar dengan sukses, Lisa langsung menjatuhkan diri di atas kasur. Tangannya meraba-raba permukaan kasur mencari remote tv yang tergeletak di sana. Segera ia menyalakan tv dan menonton berita.
"Breaking news, kini sudah hari ke tiga kasus meninggalnya idola Korea, Song Hani dikabarkan meninggal karena overdosis obat-obatan terlarang. Diduga, Song Hani merasa depresi karena komentar-komentar jahat dari haters yang belakangan ini menyerangnya karena isu bahwa dirinya menjadi kekasih gelap seorang pejabat pemerintah-"
Tiba-tiba layar televisi berubah menjadi hitam. Lisa tak bereaksi, ia sudah bisa menebak sosok yang bisa keluar masuk apartemen miliknya kecuali dirinya.
"Sudah kubilang jangan menonton televisi dulu." Suara bass yang amat familiar itu membuat dada Lisa sesak seketika.
"Aku ... hanya ingin mendengar bagaimana keadaan sahabatku. Apa salahnya? Aku tidak diizinkan manajer melihat pemakamannya, kau sudah menyita ponselku tiga hari ini dan sekarang ..." Lisa menggigit bibirnya kuat-kuat, memgalihkan rasa sesak di dadanya yang kian tak tertahan dan sekarang malah berujung pada jatuhnya bulir bening dari ujung matanya begitu saja. "Aku ... hanya ingin mengucapkan salam perpisahan untuk sahabatku ... hiks!"
Ditenggelamkannya wajah yang mulai sembab karena air mata itu ke dalam bantal. Berharap isakan tangisnya tidak akan didengar sosok pemuda yang kini telah duduk di sisi ranjang sambil menepuk pelan punggungnya.
"Aku hanya tidak ingin kau tambah bersedih, Lisa. Kau tahu sendiri, kan? Posisimu sekarang pun masih belum aman. Surat ancaman pembunuhan yang datang kemarin tentu akan membuatmu makin frustasi. Dan para fans-mu akan sedih saat melihat idolanya bersedih."
"Tapi kau malah membuatku makin bersedih!"
"Lisa, aku-"
"Pergilah! Aku ingin menenangkan diri."
"Lisa, aku tidak ber-"
"PERGI!"
***
Ya, Lisa hanya menenangkan diri. Di balkon apartemennya ini, ia menatap ke bawah. Pemandangan kota Seoul yang tampak begitu cantik dan gemerlap. Namun sayang, keindahan itu tak berarti apa-apa bagi Lisa.
Matanya masih fokus melihat ke bawah, tepatnya pada parkiran apartemen yang tampak sunyi. Sungguh, ia tak mau berbohong. Ia benar-benar ingin menenangkan diri. Benar-benar tenang menuju tempat paling damai yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Kedua kelopak matanya mengantup, perlahan tapi pasti, semilir angin malam ikut mengantarkan tubuhnya melayang bebas ke dunia yang luas.
"LISA!!!"
***
"Permaisuri! Tolong Jenderal, jangan bawa Permaisuri kami! Permaisuri tidak bersalah! Kami mohon ...."
Suara tangis pilu dan permohonan para dayang dan pelayan di istana permaisuri menjadi pengiring langkah terseok-seok sosok wanita berpakaian serba putih itu. Tak ada rasa hormat dan kasihan sedikit pun ketika para prajurit kerajaan itu menarik paksa wanita yang pernah menjadi wanita nomor satu di kerajaan.
Tak mampu menahan, tangis yang sejak tadi disembunyikan pun tumpah ruah saat semua orang menyambutnya dengan cacian dan makian. Semua orang yang dulu di pihaknya, kini beralih menyerangnya. Permaisuri Aerin telah ditipu. Karena kecerobohan itulah, kini ia yang harus menghadapi kematian bersama rasa kebencian dari seluruh rakyat dan anggota kerajaan.
Dadanya makin sesak tatkala ia digiring ke luar kerajaan, tempat di mana ia akan dieksekusi gantung di depan para rakyat.
"Hukum mati Permaisuri!"
"Hukum mati Permaisuri!"
"Hukum mati Permaisuri!"
Wajah-wajah bengis penuh kemenangan turut mengantar detik-detik kepergiannya. Kini ia tengah sempurna berdiri di atas panggung eksekusi. Gadis lugu itu tak mampu berkata apalagi menolak ketika tali tambang yang kasar itu melingkar di lehernya.
"YANG MULIA KAISAR DATANG!"
Tangisnya makin pecah lagi, begitu menyadari kedatangan orang yang menentukan nasibnya sekarang. Kaisar Lee, suami yang begitu ia cintai namun tak pernah sekali pun membalas cintanya meski Permaisuri Aerin telah berkorban banyak untuknya. Suami paling kejam yang kini mempertegas kekejamannya karena kini ia pulalah yang menjadi malaikat maut bagi Aerin.
Pembacaan surat eksekusi pun berlangsung. Kaisar berada di atas panggung berseberangan dengannya. Menatapnya tajam dan jijik. Rahangnya mengeras tatkala seorang hakim datang dan memberinya tuntunan untuk memulai eksekusi.
Tak ada lagi keajaiban yang bisa Aerin harapkan kedatangannya. Tak ada lagi harapan untuk menunjukkan kebenaran pada dunia. Ia kalah. Kebaikan yang selama ini ia perjuangkan berakhir sia-sia.
"Karena telah melakukan banyak kejahatan dan pembohongan publik. Maka dengan kuasa saya, Kaisar Lee Han Kyul, penguasa tertinggi Kekaisaran Fantasia, menarik gelar Permaisuri secara tidak hormat. Dan atas segala kejahatannya, maka hari ini, hukuman eksekusi mati berupa hukum gantung akan segera dilaksanakan."
"K-kaisar ...."
Tes.
Air matanya sudah tak berguna begitu tubuhnya didorong. Seketika itu tali yang melingkari lehernya menjerat begitu erat hingga membuatnya kesulitan bernapas. Kini tubuh ringkih itu melayang di udara, kakinya berusaha bergerak mencari daratan. Namun naas, perbuatannya itu justru membuat lehernya makin kuat terjerat.
Di sisa napas hidupnya itulah, wajah dingin Kaisar Lee yang mengantarkan Aerin menuju tempat paling sunyi, kematian yang abadi. Namun di saat detik-detik terakhir hidupnya itu, ia ingin menyampaikan salam perpisahan pada sosok yang amat dicintainya itu.
"K-Kai ... sar ... aku mencintaimu."
***
Setelah menyembunyikan identitas aslinya selama tiga tahun pernikahannya dengan Kristian, Arini telah berkomitmen sepenuh hati, hanya untuk mendapati dirinya diabaikan dan didorong ke arah perceraian. Karena kecewa, dia bertekad untuk menemukan kembali jati dirinya, seorang pembuat parfum berbakat, otak di balik badan intelijen terkenal, dan pewaris jaringan peretas rahasia. Sadar akan kesalahannya, Kristian mengungkapkan penyesalannya. "Aku tahu aku telah melakukan kesalahan. Tolong, beri aku kesempatan lagi." Namun, Kevin, seorang hartawan yang pernah mengalami cacat, berdiri dari kursi rodanya, meraih tangan Arini, dan mengejek dengan nada meremehkan, "Kamu pikir dia akan menerimamu kembali? Teruslah bermimpi."
Novel ini berisi kumpulan beberapa kisah dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan panas dari beberapa tokoh dan karakter yang memiliki latar belakang keluarga dan lingkungan rumah, tempat kerja, profesi yang berbeda-beda serta berbagai kejadian yang diaalami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dan bergaul dengan cara yang unik dan berbeda satu sama lainnya. Suka dan duka dari tokoh-tokoh yang ada dalam cerita ini baik yang protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerita dewasa yang ada pada novel kumpulan kisah dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!
"Cinta itu buta!" Laura menyerahkan kehidupannya yang nyaman untuk seorang pria. Setelah menikah dengan pria itu, dia menjadi ibu rumah tangga dan mengurus semua pekerjaan rumah tangga selama tiga tahun tanpa mengeluh. Suatu hari, dia akhirnya tersadar, menyadari bahwa semua usahanya selama ini sia-sia. Suaminya, Nikolas Riyadi, selalu memperlakukannya seperti sampah karena dia mencintai wanita lain. "Cukup! Aku sudah muak membuang-buang waktu dengan pria yang berhati batu!" Dengan patah hati, dia akhirnya mengumpulkan keberaniannya dan mengajukan gugatan cerai. Berita itu segera menjadi viral di internet! Seorang wanita muda yang kaya raya baru saja bercerai? Wanita idaman! Dalam waktu singkat, banyak sekali CEO dan pria-pria muda tampan yang datang untuk mencoba memenangkan hati Laura! Nikolas tidak tahan lagi. Pada sebuah konferensi pers, dia memohon dengan mata berkaca-kaca, "Aku mencintaimu, Laura. Aku tidak bisa hidup tanpamu. Tolong kembalilah padaku." Akankah Laura akan memberinya kesempatan kedua? Baca terus untuk mengetahuinya!
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
"Jang, kamu sudah gak sabar ya?." tanya Mbak Wati setelah mantra selesai kami ucapkan dan melihat mataku yang tidak berkedip. Mbak Wati tiba tiba mendorongku jatuh terlentang. Jantungku berdegup sangat kencang, inilah saat yang aku tunggu, detik detik keperjakaanku menjadi tumbal Ritual di Gunung Keramat. Tumbal yang tidak akan pernah kusesali. Tumbal kenikmatan yang akan membuka pintu surga dunia. Mbak Wati tersenyum menggodaku yang sangat tegang menanti apa yang akan dilakukannya. Seperti seorang wanita nakal, Mbak Wati merangkak di atas tubuhku...
Untuk memenuhi keinginan terakhir kakeknya, Sabrina mengadakan pernikahan tergesa-gesa dengan pria yang belum pernah dia temui sebelumnya. Namun, bahkan setelah menjadi suami dan istri di atas kertas, mereka masing-masing menjalani kehidupan yang terpisah, dan tidak pernah bertemu. Setahun kemudian, Sabrina kembali ke Kota Sema, berharap akhirnya bertemu dengan suaminya yang misterius. Yang mengejutkannya, pria itu mengiriminya pesan teks, tiba-tiba meminta cerai tanpa pernah bertemu dengannya secara langsung. Sambil menggertakkan giginya, Sabrina menjawab, "Baiklah. Ayo bercerai!" Setelah itu, Sabrina membuat langkah berani dan bergabung dengan Grup Seja, di mana dia menjadi staf humas yang bekerja langsung untuk CEO perusahaan, Mario. CEO tampan dan penuh teka-teki itu sudah terikat dalam pernikahan, dan dikenal tak tergoyahkan setia pada istrinya. Tanpa sepengetahuan Sabrina, suaminya yang misterius sebenarnya adalah bosnya, dalam identitas alternatifnya! Bertekad untuk fokus pada karirnya, Sabrina sengaja menjaga jarak dari sang CEO, meskipun dia tidak bisa tidak memperhatikan upayanya yang disengaja untuk dekat dengannya. Seiring berjalannya waktu, suaminya yang sulit dipahami berubah pikiran. Pria itu tiba-tiba menolak untuk melanjutkan perceraian. Kapan identitas alternatifnya akan terungkap? Di tengah perpaduan antara penipuan dan cinta yang mendalam, takdir apa yang menanti mereka?