Saat kau hanya memiliki seorang ibu saja yang tersisa di dunia ini dan harus dihadapkan dengan sebuah pilihan, apa yang akan kau lakukan? Membalas cinta tak bersyaratnya dengan segala cara yang kau mampu dengan baktimu, meskipun pada akhirnya kau harus menyerah pada cinta sejatimu atau memilih berjuang bersama cinta sejatimu untuk menyelamatkan nyawa ibumu? Pilihan sulit itulah yang sekarang dihadapi Violet Angelina ketika seorang CEO menetapkan dirinya sebagai target utama buruannya. Nyatanya kecantikan dan sifat periang yang dimiliki gadis memesona ini mampu memikat banyak orang, tak terkecuali Leonard Horowits. Pria ambisius yang sangat bertekad untuk mendapatkan Violet dan segala daya tariknya dengan balasan jaminan hidup yang sempurna. Benarkah Violet akan merasakan kesempurnaan dan kebahagiaan dalam satu genggaman yang sama saat menerima pinangan Leonard Horowits demi keselamatan ibu yang sangat disayanginya? Ataukah cinta sejatinya yang bisa membuktikan jika ketulusan dan keyakinan akan menang di atas sebuah ambisi dan obsesi? Baca kisah cinta tak biasa dari Leonard Horowits untuk Violet Angelina hanya di, Your Uncle is My Husband.
"Violet, awas ...," teriak seseorang sembari menarik tangan wanita yang hendak tertabrak sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi.
Semua orang melihat ke arah mereka berdua dan juga sudah banyak para awak media yang mulai menyorotinya. Dengan cepat mereka semua mengelilingi wanita yang hampir saja kehilangan nyawanya.
Begitu banyak pertanyaan yang dilayangkan oleh mereka dan kilatan cahaya kamera yang menghujani Violet. Wanita yang bertubuh sintal itu hanya terpaku dan tidak menanggapi apa yang ditanyakan oleh awak media dan juga tidak peduli dengan kilatan cahaya kamera yang menghujaninya serta menyilaukan.
"Wanita bodoh ... apakah kau ingin mati?" tanya wanita yang tadi sudah menyelamatkan Violet sembari menarik tangannya untuk menghindari semua awak media yang sudah mengelilingi.
Wanita itu terus memarahi Violet yang masih saja diam, dia tidak lain adalah Anya yang merupakan sahabatnya. Dia sangat kesal dengan sikap sang sahabat yang mendadak menjadi sebodoh ini.
Sebuah mobil berhenti dan mereka pun langsung masuk ke dalam mobil itu dan mobil pun berjalan dengan kecepatan tinggi meninggalkan sebuah gedung pertelevisian terkenal. Awak media yang melihat kepergian Violet langsung mengejarnya dan mereka harus mendapatkan berita besar.
"Mengapa semua ini terjadi padaku? Apa salahku sehingga mereka melakukan semuanya padaku?" Violeta bergumam.
"Tidak ada yang salah denganmu karena yang salah adalah mereka," timpal Anya yang tidak terima jika sahabatnya itu menyalahkan dirinya sendiri.
Anya melihat ke samping dan dia melihat ada dua buah motor yang penumpangnya memegang sebuah kamera perekam. Dia semakin kesal dengan tingkah para awak media yang lebih suka melihat orang menderita demi sebuah berita yang bisa menggemparkan seluruh negeri.
"Bisa tidak kita menghindar dari awak media?" tanya Anya pada sopir yang sedang menyetir.
"Baik, Non saya akan mempercepatnya," jawab sang sopir lalu dia menabah kecepatan laju mobilnya untuk menghindari awak media yang tidak menyerah untuk mendapatkan berita hangat.
Violet hanya diam dan masih tidak bisa percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Dia sudah percaya dengan sepenuh hati dan juga tidak memedulikan apa yang dilakukan oleh orang itu padanya.
"Awas ...," teriak Anya yang melihat seorang pengendara motor yang menyalip.
Sopir pun membanting setir ke kanan dan ada mobil yang dari belakang melaju sangat cepat juga sehingga menabrak mobil yang ditumpangi oleh Violet. Mobil itu menghantam cukup keras sehingga mobil yang ditumpangi oleh Violet berguling sepanjang beberapa meter.
Semua yang melihat kecelakaan itu berteriak histeris dan langsung berlari menuju mobil yang sudah berhenti berguling. Mereka melihat keadaan korban yang ada di dalam mobil setelah itu salah satu dari mereka berusaha untuk membuka pintu mobil.
"Cepat hubungi ambulans dan polisi," suara seseorang yang meminta siapa saja yang mendengarnya dengan nada yang tinggi dan penuh rasa khawatir juga.
Tidak begitu lama terdengar sirene ambulans dan juga polisi yang langsung mengamankan lokasi kejadian. Violet, Anya dan juga sang sopir sudah bisa di keluarkan dari dalam mobil dan tidak begitu lama mobil itu meledak. Sehingga membuat semua orang terkejut lalu mereka berlari secepat mungkin.
Violet dan korban lainnya langsung di larikan ke rumah sakit terdekat, mereka langsung mendapatkan penanganan dari dokter di rumah sakit itu. Beberapa saat kemudian datang seorang wanita paruh baya yang bertanya di mana putrinya berada.
"Suster, katakan di mana putriku?" tanya wanita paruh baya itu.
Suster itu bertanya apakah yang dimaksud adalah korban kecelakaan yang baru saja terjadi. Wanita paruh baya itu menganggukkan kepalanya dan dia mengatakan jika putrinya ada di dalam mobil yang sudah terbakar.
Seorang wanita muda yang merupakan seorang perawat di rumah sakit itu langsung mengajak wanita paruh baya itu menuju tempat dokter yang sedang menangani korban kecelakaan. Setelah mengantarkan wanita paruh baya itu sang perawat pun pergi.
"Nyonya, sebaiknya Anda menunggu di sini hingga dokter ada yang ke luar dari ruang penanganan," ucap perawat tadi sebelum dia pergi meninggalkan wanita paruh baya itu.
Wanita paruh baya itu duduk di sebuah kursi tetapi padangan kedua matanya masih melihat ke arah ruangan itu. Dia berharap jika sang putri tidak mengalami hal yang buruk, di dalam hatinya dia berdoa untuk keselamatan sang putri.
"Tuhan, jangan kau ambil Violetku hanya dia yang aku miliki," ucap wanita paruh baya itu dengan nada lirih dan air matanya pun menetes membasahi kedua pipinya.
Sudah dua jam berlalu tetapi belum ada satu orang pun yang ke luar dari ruangan itu, wanita paruh baya itu semakin khawatir dengan keadaan sang putri. Dia beranjak dan berjalan mondar-mandir sebab dia merasa tidak tenang sebelum mendengar kabar Violet.
Kecemasannya semakin meningkat tatkala ada dua orang perawat yang sedang mendorong ranjang dari dalam ruangan itu. Wanita paruh baya itu menghentikan langkah perawat itu dan tangannya berusaha untuk menyentuh kain yang menutupi seluruh tubuh orang yang terbaring di atas ranjang dorong itu dan tangannya pun mulai gemetar.
Wanita paruh baya itu pun akhirnya membuka kain putih penutup itu dan dia merasa lega karena yang terbaring itu bukan sang putri tetapi sang sopir. Setelah melihat semua itu dia pun langsung menutupnya kembali dan kedua perawat itu kembali berjalan menuju ruang jenazah.
Dia kembali melihat ke arah ruangan itu lalu dia berkata, "Mengapa begitu lama?"
Ponselnya berdering dan dia melihat nomor yang tertera di layar ponselnya, dia langsung mengangkat teleponnya. Wanita paruh baya itu mengatakan tentang apa yang sudah terjadi pada orang yang ada di seberang telepon.
"Kau cepatlah datang aku sangat cemas," ucap wanita paruh baya itu pada orang yang ada di seberang telepon lalu dia memutuskan sambungan teleponnya.
Dia masih berusaha untuk bersikap tenang dan terus berdoa atas keselamatan Violet, kedua kakinya terasa lemas dan dia pun akhirnya memutuskan untuk duduk sejenak. Beberapa saat kemudian dari kejauhan seorang pria berlari mendekat padanya.
"Bagaimana keadaannya?" tanya pria paruh baya itu pada sang istri yang tengah duduk di atas kursi dengan raut wajah yang penuh dengan kekhawatiran.
"Belum ada kabar," jawabnya singkat sembari melihat kembali ke ruang penanganan.
Mereka berdua pun menunggu hingga ada seseorang yang ke luar dari ruangan itu dengan perasaan cemas. Dalam benak mereka masing-masing hanya bisa berdoa dan berharap semua yang terbaik bagi putri tunggal mereka.
Seorang perawat ke luar dari ruangan itu dan mereka langsung beranjak lalu berjalan mendekat pada perawat itu lalu pria paruh baya itu bertanya, "Bagaimana keadaan putriku?"
"Apakah Anda keluarga dari, Violet?" Perawat itu bertanya pada kedua orang tua yang bertanya akan keadaan sang putri.
Kisah asmara para guru di sekolah tempat ia mengajar, keceriaan dan kekocakan para murid sekolah yang membuat para guru selalu ceria. Dibalik itu semua ternyata para gurunya masih muda dan asmara diantara guru pun makin seru dan hot.
Hari itu adalah hari yang besar bagi Camila. Dia sudah tidak sabar untuk menikah dengan suaminya yang tampan. Sayangnya, sang suami tidak menghadiri upacara tersebut. Dengan demikian, dia menjadi bahan tertawaan di mata para tamu. Dengan penuh kemarahan, dia pergi dan tidur dengan seorang pria asing malam itu. Dia pikir itu hanya cinta satu malam. Namun yang mengejutkannya, pria itu menolak untuk melepaskannya. Dia mencoba memenangkan hatinya, seolah-olah dia sangat mencintainya. Camila tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah dia memberinya kesempatan? Atau mengabaikannya begitu saja?
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Siapa sangka kepulanganku yang mendadak dari Taiwan membuatku amat terkejut saat sampai di kampung halaman. Aku mendapati istriku gila dan anakku sudah meninggal dunia. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah semua kesaksian keluargaku itu bisa dipercaya?
Istriku Lidya yang masih berusia 25 tahun rasanya memang masih pantas untuk merasakan bahagia bermain di luar sana, lagipula dia punya uang. Biarlah dia pergi tanpaku, namun pertanyaannya, dengan siapa dia berbahagia diluar sana? Makin hari kecurigaanku semakin besar, kalau dia bisa saja tak keluar bersama sahabat kantornya yang perempuan, lalu dengan siapa? Sesaat setelah Lidya membohongiku dengan ‘karangan palsunya’ tentang kegiatannya di hari ini. Aku langsung membalikan tubuh Lidya, kini tubuhku menindihnya. Antara nafsu telah dikhianati bercampur nafsu birahi akan tubuhnya yang sudah kusimpan sedari pagi.
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."