/0/21624/coverbig.jpg?v=387f47fc3719e7d447feed111c0c690f)
Karina kembali ke tanah air untuk memberi kejutan pada tunangannya, Daniel, namun di hari kepulangannya, ia justru mendapati pria yang dicintainya itu bersama sahabat baiknya, Vera. Hatinya hancur, dan dalam keadaan kalut, Karina meninggalkan apartemen Daniel namun mengalami kecelakaan yang mengubah hidupnya. Di sisi lain, Adrian, pewaris perusahaan besar, terjebak dalam pernikahan tanpa cinta dengan Alicia, seorang model yang lebih mementingkan kariernya. Untuk mendapatkan warisan dari sang kakek, Adrian harus memiliki anak bersama Alicia. Karena Alicia tak ingin hamil, mereka setuju menggunakan jasa ibu pengganti. Namun, prosedur medis yang keliru menyebabkan Karina, yang sedang mengalami masa sulit, justru mengandung anak Adrian. Tanpa tahu takdir yang mempertemukan mereka, Karina dan Adrian bertemu sebagai pegawai baru dan bos. Terjebak dalam rahasia besar dan konflik hati, kehidupan mereka berubah dalam perjalanan penuh intrik, ketegangan, dan cinta yang tak terduga.
"Daniel, aku pulang ..." bisik Karina, tersenyum kecil penuh harapan. Berdiri di depan pintu apartemen tunangannya, ia meremas buket bunga dan hadiah kecil di tangannya. Perasaan gugup dan bahagia bercampur, membayangkan wajah terkejut Daniel, pelukan hangat yang akan menyambutnya setelah setahun terpisah.
Namun, begitu pintu terbuka, bukan kebahagiaan yang ia temukan.
Di ambang pintu, Daniel berdiri dengan ekspresi yang tak pernah Karina bayangkan. Di sampingnya, seorang wanita berdiri terlalu dekat. Vera. Sahabat yang ia percayai seperti saudara, kini berada di samping Daniel, dalam keintiman yang tak bisa diabaikan.
"Aku ... aku bisa jelaskan ...." Daniel mencoba bicara, tapi kata-katanya menggantung di udara. Vera hanya menatap Karina dengan senyum tipis yang lebih terasa seperti ejekan daripada permintaan maaf.
Karina memandang mereka dengan perasaan campur aduk-kecewa, marah, sakit hati. Rasanya seperti ada yang mencengkeram kuat jantungnya, mematahkan semua harapan yang ia bawa pulang.
"Karina..." Daniel memanggil, suaranya bergetar. Namun, Karina tak ingin mendengarnya. Tak ada lagi yang ingin ia dengar dari pria yang telah menghancurkan kepercayaannya.
"Jelaskan?" Karina tertawa pendek, getir. "Apa yang mau kau jelaskan, Daniel? Bahwa kau berkhianat di belakangku? Bahwa semua janji dan kata-katamu itu hanya omong kosong?"
Vera mengangkat alis, sama sekali tak menunjukkan rasa bersalah. "Karina, ini adalah risiko dari hubungan jarak jauh. Kau yang memilih pergi dan meninggalkan Daniel. Apa kau pikir dia akan menunggu selamanya?"
"Jadi ini salahku?" Karina menelan ludah, tangannya bergetar menahan marah. "Salahku karena percaya pada kalian? Salahku karena berpikir kalian, orang-orang yang paling aku percayai, tidak akan menusukku dari belakang?"
Daniel mencoba melangkah mendekat, wajahnya panik. "Karina, ini... ini bukan seperti yang kau pikirkan..."
"Tidak seperti yang kupikirkan?" Karina mendekat, matanya penuh kemarahan. "Kau tidak tahu bagaimana menghargai perasaan orang lain, Daniel. Kau hanya memikirkan dirimu sendiri."
Daniel terdiam, tak bisa membela diri. Sementara itu, Vera tersenyum sinis, senyum yang membuat Karina ingin berteriak.
"Daniel, kau tak pernah pantas untukku," bisik Karina, suaranya bergetar. "Dan Vera ... kau lebih hina dari yang pernah kubayangkan."
Vera hanya tersenyum angkuh. "Kau boleh berkata apa saja, tapi kenyataannya, kaulah yang ditinggalkan."
Tanpa menunggu jawaban, Karina berbalik dan berjalan menjauh. Tangannya masih gemetar saat menutup pintu, seperti menutup babak hidup yang paling kelam. Begitu keluar dari gedung, hujan mulai turun, menambah kesunyian hatinya. Langkahnya berat, membawa beban rasa sakit yang tak tertahankan.
Hujan membasahi tubuhnya, tapi ia tak peduli. Dingin hujan tak seberapa dibanding dinginnya perasaan yang menghujam di dalam dada. Setiap kali melangkah, bayangan Daniel dan Vera muncul, menghantui benaknya. Karina ingin berlari, namun setiap langkah terasa semakin lambat, seakan rasa sakit itu tak pernah ingin pergi.
Di tepi jalan, ia berhenti. Napasnya terengah, berusaha menahan emosi yang memuncak. Tanpa sadar, ia bergumam, "Kenapa?" suaranya tenggelam dalam hujan. Tapi tak ada jawaban. Hanya gemuruh hujan yang semakin deras, membuat tubuhnya semakin dingin.
Di tengah lamunannya, sebuah cahaya terang mendekat dari arah yang tak ia sadari. Suara klakson memecah keheningan, dan sebelum ia sempat bereaksi, tubuhnya terpental, jatuh menghantam kerasnya aspal yang basah.
Dunia seketika gelap.
---
Kecelakaan itu terjadi begitu cepat, dan dampaknya cukup parah. Berhari-hari setelah itu, Karina merasakan nyeri di tubuhnya. Ia menghabiskan beberapa waktu di rumah sakit sebelum diizinkan pulang, dengan berbagai obat pereda nyeri yang harus diminumnya secara teratur.
Tapi seminggu setelahnya, ia mulai merasa mual setiap pagi. Awalnya, ia berpikir itu efek dari kecelakaan dan obat-obatan yang harus ia konsumsi. Namun, rasa mual itu semakin sering datang, tak hanya di pagi hari, dan bahkan sering kali disertai pusing yang hebat.
Karina kembali ke rumah sakit, kali ini untuk memeriksakan kondisinya yang semakin lemah. Dokter menanyakan beberapa hal tentang keluhannya dan memutuskan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan, termasuk beberapa tes laboratorium.
Setelah beberapa waktu menunggu, seorang perawat datang dan meminta Karina untuk menemui dokter di ruangan konsultasi. Karina masuk dengan raut wajah lelah, masih merasa lemas setelah beberapa hari mual dan muntah yang tak kunjung reda.
Dokter menatapnya dengan sorot mata serius. "Nona Karina, kami sudah mendapatkan hasil pemeriksaan."
Karina hanya mengangguk, menunggu dengan hati yang cemas.
"Dari hasil tes, kondisi Anda ternyata lebih dari sekadar efek samping kecelakaan. Anda ... sedang mengandung."
Kata-kata itu menghantamnya seperti badai. Karina membeku, sulit percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. "Maaf, apa ... apa Anda bilang saya hamil?"
Dokter mengangguk pelan, wajahnya menunjukkan pemahaman terhadap keterkejutan Karina. "Kami memastikan hasilnya dengan pemeriksaan lanjutan. Kondisi Anda stabil, tapi kami sarankan untuk mulai menjaga kesehatan Anda lebih intensif."
Karina hanya bisa terdiam. Pikirannya kalut. Mengandung? Dari siapa? Kapan? Bagaimana mungkin? Tubuhnya terasa lemas, dan ia hanya bisa memandang kosong ke arah dokter, mencoba memproses kenyataan yang baru saja dilemparkan padanya.
Dokter itu melanjutkan, "Kami akan memberikan panduan lebih lanjut untuk menjaga kehamilan Anda. Jika Anda butuh konseling atau ingin berkonsultasi tentang pilihan-pilihan yang Anda miliki, kami juga siap membantu."
Karina mencoba menguatkan diri, mengumpulkan setiap sisa energi yang ia punya. "Terima kasih, Dok. Saya ... saya butuh waktu untuk memikirkan semuanya."
Sang dokter tersenyum lembut, "Tentu, Nona Karina. Kami akan selalu ada untuk membantu Anda."
---
Namun, tubuh Karina ternyata belum cukup kuat untuk menanggung semuanya. Beberapa hari setelah pemeriksaan tersebut, tubuhnya kembali melemah. Mual yang tak tertahankan, rasa pusing yang semakin parah, serta nyeri dari sisa-sisa kecelakaan membuatnya harus kembali ke rumah sakit. Kondisinya belum stabil, dan sekarang, dengan kehamilan yang baru ia ketahui, pihak rumah sakit memutuskan untuk menahannya lebih lama demi pemulihan yang lebih terjaga.
Di ruangan putih itu, Karina terbaring lemah. Selang infus terpasang di tangannya, wajahnya pucat, matanya menerawang, menatap langit-langit. Pikiran dan perasaannya berkecamuk, mencoba mencerna perubahan besar dalam hidupnya. Setiap hembusan napas terasa berat, bukan hanya karena tubuhnya yang lemah, tapi juga beban mental yang kini harus ia pikul sendirian.
Seorang perawat masuk ke kamarnya, meletakkan tangan lembut di bahu Karina, mencoba memberinya ketenangan. "Nona Karina, jika Anda membutuhkan seseorang untuk mendengar, kami semua ada di sini. Tidak mudah memang, tapi kesehatan Anda sangat penting sekarang."
Karina tersenyum lemah, mencoba menguatkan diri meski tubuh dan pikirannya terasa begitu rapuh. "Terima kasih. Saya akan berusaha untuk bertahan."
Perawat itu mengangguk, meninggalkan ruangan, membiarkan Karina dalam kesendiriannya. Karina memejamkan mata, membiarkan air mata yang sejak tadi ia tahan akhirnya mengalir. Semua perasaan sakit, kecewa, marah, dan putus asa ia biarkan meluap.
Namun di balik semua itu, ada janji yang ia buat dalam hatinya sendiri. Janji untuk bertahan, untuk tetap kuat, untuk bayi yang kini tumbuh di dalam dirinya. Perlahan ia menyentuh perutnya yang masih datar, berusaha menerima kenyataan bahwa hidupnya telah berubah. Meski terasa menakutkan dan penuh ketidakpastian, ia tahu, ia tak lagi sendirian.
Dalam keheningan malam itu, dengan tubuh yang lemah dan hati yang penuh luka, Karina berbisik pada dirinya sendiri, "Aku akan melewati ini semua. Aku akan bertahan."
Tak ada anak yang bisa memilih terlahir dari orang tua yang seperti apa, tapi keputusan untuk memiliki anak serta membahagiakannya ada di tangan setiap orang tua. Sayangnya Kasih tidak bisa merasakan kebahagiaan itu sejak lahir. Ia dianggap 'kecelakaan', seharusnya tak ada, tapi mau tak mau harus tetap dibesarkan. Setiap nama biasanya mengandung doa dan harapan terbaik, sebenarnya di balik nama Kasih, terselip harapan sang Ibu agar pria yang menikahinya secara sirih itu akhirnya bisa merasakan kasih sayang yang lebih besar dari keluarganya. Kenyataannya, kehadiran Kasih justru menciptakan jarak yang makin jauh, bahkan membuat mereka berpisah.
Novel ini berisi kumpulan beberapa kisah dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan panas dari beberapa tokoh dan karakter yang memiliki latar belakang keluarga dan lingkungan rumah, tempat kerja, profesi yang berbeda-beda serta berbagai kejadian yang diaalami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dan bergaul dengan cara yang unik dan berbeda satu sama lainnya. Suka dan duka dari tokoh-tokoh yang ada dalam cerita ini baik yang protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerita dewasa yang ada pada novel kumpulan kisah dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Pada hari pernikahannya, saudari Khloe berkomplot dengan pengantin prianya, menjebaknya atas kejahatan yang tidak dilakukannya. Dia dijatuhi hukuman tiga tahun penjara, di mana dia menanggung banyak penderitaan. Ketika Khloe akhirnya dibebaskan, saudarinya yang jahat menggunakan ibu mereka untuk memaksa Khloe melakukan hubungan tidak senonoh dengan seorang pria tua. Seperti sudah ditakdirkan, Khloe bertemu dengan Henrik, mafia gagah tetapi kejam yang berusaha mengubah jalan hidupnya. Meskipun Henrik berpenampilan dingin, dia sangat menyayangi Khloe. Dia membantunya menerima balasan dari para penyiksanya dan mencegahnya diintimidasi lagi.
Istriku yang nampak lelah namun tetap menggairahkan segera meraih penisku. Mengocok- penisku pelan namun pasti. Penis itu nampak tak cukup dalam genggaman tangan Revi istriku. Sambil rebahan di ranjang ku biarkan istriku berbuat sesukanya. Ku rasakan kepala penisku hangat serasa lembab dan basah. Rupanya kulihat istriku sedang berusaha memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Namun jelas dia kesulitan karena mulut istriku terlalu mungil untuk menerima penis besarku. Tapi dapat tetap ku rasakan sensasinya. Ah.... Ma lebih dalam lagi ma... ah.... desahku menikmati blowjob istriku.
Pada hari Livia mengetahui bahwa dia hamil, dia memergoki tunangannya berselingkuh. Tunangannya yang tanpa belas kasihan dan simpanannya itu hampir membunuhnya. Livia melarikan diri demi nyawanya. Ketika dia kembali ke kampung halamannya lima tahun kemudian, dia kebetulan menyelamatkan nyawa seorang anak laki-laki. Ayah anak laki-laki itu ternyata adalah orang terkaya di dunia. Semuanya berubah untuk Livia sejak saat itu. Pria itu tidak membiarkannya mengalami ketidaknyamanan. Ketika mantan tunangannya menindasnya, pria tersebut menghancurkan keluarga bajingan itu dan juga menyewa seluruh pulau hanya untuk memberi Livia istirahat dari semua drama. Sang pria juga memberi pelajaran pada ayah Livia yang penuh kebencian. Pria itu menghancurkan semua musuhnya bahkan sebelum dia bertanya. Ketika saudari Livia yang keji melemparkan dirinya ke arahnya, pria itu menunjukkan buku nikah dan berkata, "Aku sudah menikah dengan bahagia dan istriku jauh lebih cantik daripada kamu!" Livia kaget. "Kapan kita pernah menikah? Setahuku, aku masih lajang." Dengan senyum jahat, dia berkata, "Sayang, kita sudah menikah selama lima tahun. Bukankah sudah waktunya kita punya anak lagi bersama?" Livia menganga. Apa sih yang pria ini bicarakan?
Cerita ini banyak adegan panas, Mohon Bijak dalam membaca. ‼️ Menceritakan seorang majikan yang tergoda oleh kecantikan pembantunya, hingga akhirnya mereka berdua bertukar keringat.
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?