Karina kembali ke tanah air untuk memberi kejutan pada tunangannya, Daniel, namun di hari kepulangannya, ia justru mendapati pria yang dicintainya itu bersama sahabat baiknya, Vera. Hatinya hancur, dan dalam keadaan kalut, Karina meninggalkan apartemen Daniel namun mengalami kecelakaan yang mengubah hidupnya. Di sisi lain, Adrian, pewaris perusahaan besar, terjebak dalam pernikahan tanpa cinta dengan Alicia, seorang model yang lebih mementingkan kariernya. Untuk mendapatkan warisan dari sang kakek, Adrian harus memiliki anak bersama Alicia. Karena Alicia tak ingin hamil, mereka setuju menggunakan jasa ibu pengganti. Namun, prosedur medis yang keliru menyebabkan Karina, yang sedang mengalami masa sulit, justru mengandung anak Adrian. Tanpa tahu takdir yang mempertemukan mereka, Karina dan Adrian bertemu sebagai pegawai baru dan bos. Terjebak dalam rahasia besar dan konflik hati, kehidupan mereka berubah dalam perjalanan penuh intrik, ketegangan, dan cinta yang tak terduga.
"Daniel, aku pulang ..." bisik Karina, tersenyum kecil penuh harapan. Berdiri di depan pintu apartemen tunangannya, ia meremas buket bunga dan hadiah kecil di tangannya. Perasaan gugup dan bahagia bercampur, membayangkan wajah terkejut Daniel, pelukan hangat yang akan menyambutnya setelah setahun terpisah.
Namun, begitu pintu terbuka, bukan kebahagiaan yang ia temukan.
Di ambang pintu, Daniel berdiri dengan ekspresi yang tak pernah Karina bayangkan. Di sampingnya, seorang wanita berdiri terlalu dekat. Vera. Sahabat yang ia percayai seperti saudara, kini berada di samping Daniel, dalam keintiman yang tak bisa diabaikan.
"Aku ... aku bisa jelaskan ...." Daniel mencoba bicara, tapi kata-katanya menggantung di udara. Vera hanya menatap Karina dengan senyum tipis yang lebih terasa seperti ejekan daripada permintaan maaf.
Karina memandang mereka dengan perasaan campur aduk-kecewa, marah, sakit hati. Rasanya seperti ada yang mencengkeram kuat jantungnya, mematahkan semua harapan yang ia bawa pulang.
"Karina..." Daniel memanggil, suaranya bergetar. Namun, Karina tak ingin mendengarnya. Tak ada lagi yang ingin ia dengar dari pria yang telah menghancurkan kepercayaannya.
"Jelaskan?" Karina tertawa pendek, getir. "Apa yang mau kau jelaskan, Daniel? Bahwa kau berkhianat di belakangku? Bahwa semua janji dan kata-katamu itu hanya omong kosong?"
Vera mengangkat alis, sama sekali tak menunjukkan rasa bersalah. "Karina, ini adalah risiko dari hubungan jarak jauh. Kau yang memilih pergi dan meninggalkan Daniel. Apa kau pikir dia akan menunggu selamanya?"
"Jadi ini salahku?" Karina menelan ludah, tangannya bergetar menahan marah. "Salahku karena percaya pada kalian? Salahku karena berpikir kalian, orang-orang yang paling aku percayai, tidak akan menusukku dari belakang?"
Daniel mencoba melangkah mendekat, wajahnya panik. "Karina, ini... ini bukan seperti yang kau pikirkan..."
"Tidak seperti yang kupikirkan?" Karina mendekat, matanya penuh kemarahan. "Kau tidak tahu bagaimana menghargai perasaan orang lain, Daniel. Kau hanya memikirkan dirimu sendiri."
Daniel terdiam, tak bisa membela diri. Sementara itu, Vera tersenyum sinis, senyum yang membuat Karina ingin berteriak.
"Daniel, kau tak pernah pantas untukku," bisik Karina, suaranya bergetar. "Dan Vera ... kau lebih hina dari yang pernah kubayangkan."
Vera hanya tersenyum angkuh. "Kau boleh berkata apa saja, tapi kenyataannya, kaulah yang ditinggalkan."
Tanpa menunggu jawaban, Karina berbalik dan berjalan menjauh. Tangannya masih gemetar saat menutup pintu, seperti menutup babak hidup yang paling kelam. Begitu keluar dari gedung, hujan mulai turun, menambah kesunyian hatinya. Langkahnya berat, membawa beban rasa sakit yang tak tertahankan.
Hujan membasahi tubuhnya, tapi ia tak peduli. Dingin hujan tak seberapa dibanding dinginnya perasaan yang menghujam di dalam dada. Setiap kali melangkah, bayangan Daniel dan Vera muncul, menghantui benaknya. Karina ingin berlari, namun setiap langkah terasa semakin lambat, seakan rasa sakit itu tak pernah ingin pergi.
Di tepi jalan, ia berhenti. Napasnya terengah, berusaha menahan emosi yang memuncak. Tanpa sadar, ia bergumam, "Kenapa?" suaranya tenggelam dalam hujan. Tapi tak ada jawaban. Hanya gemuruh hujan yang semakin deras, membuat tubuhnya semakin dingin.
Di tengah lamunannya, sebuah cahaya terang mendekat dari arah yang tak ia sadari. Suara klakson memecah keheningan, dan sebelum ia sempat bereaksi, tubuhnya terpental, jatuh menghantam kerasnya aspal yang basah.
Dunia seketika gelap.
---
Kecelakaan itu terjadi begitu cepat, dan dampaknya cukup parah. Berhari-hari setelah itu, Karina merasakan nyeri di tubuhnya. Ia menghabiskan beberapa waktu di rumah sakit sebelum diizinkan pulang, dengan berbagai obat pereda nyeri yang harus diminumnya secara teratur.
Tapi seminggu setelahnya, ia mulai merasa mual setiap pagi. Awalnya, ia berpikir itu efek dari kecelakaan dan obat-obatan yang harus ia konsumsi. Namun, rasa mual itu semakin sering datang, tak hanya di pagi hari, dan bahkan sering kali disertai pusing yang hebat.
Karina kembali ke rumah sakit, kali ini untuk memeriksakan kondisinya yang semakin lemah. Dokter menanyakan beberapa hal tentang keluhannya dan memutuskan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan, termasuk beberapa tes laboratorium.
Setelah beberapa waktu menunggu, seorang perawat datang dan meminta Karina untuk menemui dokter di ruangan konsultasi. Karina masuk dengan raut wajah lelah, masih merasa lemas setelah beberapa hari mual dan muntah yang tak kunjung reda.
Dokter menatapnya dengan sorot mata serius. "Nona Karina, kami sudah mendapatkan hasil pemeriksaan."
Karina hanya mengangguk, menunggu dengan hati yang cemas.
"Dari hasil tes, kondisi Anda ternyata lebih dari sekadar efek samping kecelakaan. Anda ... sedang mengandung."
Kata-kata itu menghantamnya seperti badai. Karina membeku, sulit percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. "Maaf, apa ... apa Anda bilang saya hamil?"
Dokter mengangguk pelan, wajahnya menunjukkan pemahaman terhadap keterkejutan Karina. "Kami memastikan hasilnya dengan pemeriksaan lanjutan. Kondisi Anda stabil, tapi kami sarankan untuk mulai menjaga kesehatan Anda lebih intensif."
Karina hanya bisa terdiam. Pikirannya kalut. Mengandung? Dari siapa? Kapan? Bagaimana mungkin? Tubuhnya terasa lemas, dan ia hanya bisa memandang kosong ke arah dokter, mencoba memproses kenyataan yang baru saja dilemparkan padanya.
Dokter itu melanjutkan, "Kami akan memberikan panduan lebih lanjut untuk menjaga kehamilan Anda. Jika Anda butuh konseling atau ingin berkonsultasi tentang pilihan-pilihan yang Anda miliki, kami juga siap membantu."
Karina mencoba menguatkan diri, mengumpulkan setiap sisa energi yang ia punya. "Terima kasih, Dok. Saya ... saya butuh waktu untuk memikirkan semuanya."
Sang dokter tersenyum lembut, "Tentu, Nona Karina. Kami akan selalu ada untuk membantu Anda."
---
Namun, tubuh Karina ternyata belum cukup kuat untuk menanggung semuanya. Beberapa hari setelah pemeriksaan tersebut, tubuhnya kembali melemah. Mual yang tak tertahankan, rasa pusing yang semakin parah, serta nyeri dari sisa-sisa kecelakaan membuatnya harus kembali ke rumah sakit. Kondisinya belum stabil, dan sekarang, dengan kehamilan yang baru ia ketahui, pihak rumah sakit memutuskan untuk menahannya lebih lama demi pemulihan yang lebih terjaga.
Di ruangan putih itu, Karina terbaring lemah. Selang infus terpasang di tangannya, wajahnya pucat, matanya menerawang, menatap langit-langit. Pikiran dan perasaannya berkecamuk, mencoba mencerna perubahan besar dalam hidupnya. Setiap hembusan napas terasa berat, bukan hanya karena tubuhnya yang lemah, tapi juga beban mental yang kini harus ia pikul sendirian.
Seorang perawat masuk ke kamarnya, meletakkan tangan lembut di bahu Karina, mencoba memberinya ketenangan. "Nona Karina, jika Anda membutuhkan seseorang untuk mendengar, kami semua ada di sini. Tidak mudah memang, tapi kesehatan Anda sangat penting sekarang."
Karina tersenyum lemah, mencoba menguatkan diri meski tubuh dan pikirannya terasa begitu rapuh. "Terima kasih. Saya akan berusaha untuk bertahan."
Perawat itu mengangguk, meninggalkan ruangan, membiarkan Karina dalam kesendiriannya. Karina memejamkan mata, membiarkan air mata yang sejak tadi ia tahan akhirnya mengalir. Semua perasaan sakit, kecewa, marah, dan putus asa ia biarkan meluap.
Namun di balik semua itu, ada janji yang ia buat dalam hatinya sendiri. Janji untuk bertahan, untuk tetap kuat, untuk bayi yang kini tumbuh di dalam dirinya. Perlahan ia menyentuh perutnya yang masih datar, berusaha menerima kenyataan bahwa hidupnya telah berubah. Meski terasa menakutkan dan penuh ketidakpastian, ia tahu, ia tak lagi sendirian.
Dalam keheningan malam itu, dengan tubuh yang lemah dan hati yang penuh luka, Karina berbisik pada dirinya sendiri, "Aku akan melewati ini semua. Aku akan bertahan."
Tak ada anak yang bisa memilih terlahir dari orang tua yang seperti apa, tapi keputusan untuk memiliki anak serta membahagiakannya ada di tangan setiap orang tua. Sayangnya Kasih tidak bisa merasakan kebahagiaan itu sejak lahir. Ia dianggap 'kecelakaan', seharusnya tak ada, tapi mau tak mau harus tetap dibesarkan. Setiap nama biasanya mengandung doa dan harapan terbaik, sebenarnya di balik nama Kasih, terselip harapan sang Ibu agar pria yang menikahinya secara sirih itu akhirnya bisa merasakan kasih sayang yang lebih besar dari keluarganya. Kenyataannya, kehadiran Kasih justru menciptakan jarak yang makin jauh, bahkan membuat mereka berpisah.
"Saya yang akan menikahi Valerie." Demi menutupi dosa adiknya, Keanu rela menikahi Valerie. Seorang gadis remaja berusia delapan belas tahun, yang sudah dihamili oleh Kevin, adiknya sendiri. Padahal Keanu sudah berencana akan melamar Sely, sekretarisnya di kantor yang sudah ia sukai sejak lama. Lalu, bagaimana Keanu dan Valerie menjalani kehidupan rumah tangga? Tanpa saling mengenal dan mencintai satu sama lain.
21+ !!! Harap bijak memilih bacaan HANYA UNTUK DEWASA. Untuk menguji kesetiaan pasangan masing-masing akhirnya Arga dan rekan-rekan sekantornya menyetujui tantangan gila Dako yang mengusulkan untuk membolehkan saling merayu dan menggoda pasangan rekan yang lain selama liburan di pulau nanti. Tanpa amarah dan tanpa cemburu. Semua sah di lakukan selama masih berada di pulau dan tantangan akan berakhir ketika mereka meninggalkan pulau. Dan itu lah awal dari semua permainan gila yang menantang ini di mulai...
Dua tahun lalu, Nina menikah dengan pria yang belum pernah ditemuinya. Dia tidak tahu namanya atau usianya; dia tidak tahu apa-apa tentang orang yang dinikahinya ini. Pernikahan mereka tidak lebih dari sebuah kontrak dengan kondisi, dan salah satu klausulnya adalah bahwa dia tidak boleh tidur dengan pria lain. Namun, Nina kehilangan keperawanannya kepada orang asing ketika dia mengetuk pintu yang salah pada suatu malam. Dengan kompensasi yang harus dia bayar membebaninya, dia memutuskan untuk membuat perjanjian perceraian sendiri. Ketika dia akhirnya bertemu suaminya untuk menyerahkan surat-surat itu, dia terkejut menemukan bahwa suaminya tidak lain adalah pria yang telah "selingkuh" dengannya!
Setelah tiga tahun tanpa cinta, pengkhianatan Nando sangat melukai Kumala. Dia tidak membuang waktu untuk menyingkirkan pria itu! Setelah perceraian, dia mengabdikan dirinya untuk mengejar karier. Menjadi terkenal sebagai desainer top, dokter yang terampil, dan peretas brilian, dia menjadi figur yang dihormati. Nando, menyadari kesalahan besarnya, mencoba dengan-untuk memenangkannya kembali, hanya untuk menyaksikan pernikahannya yang megah dengan orang lain. Saat sumpah mereka disiarkan di papan reklame terbesar di dunia, Farhan menyelipkan cincin ke jari Kumala dan menyatakan, "Kumala sekarang adalah istriku, harta karun yang tak ternilai harganya. Biarlah semua orang yang menginginkannya berhati-hati!"
Kiara tidak pernah berpikir bahwa ia akan menjadi seorang istri dari Keith Wilson, gurunya sendiri di usianya yang masih 17 tahun. Ia dan Keith menikah bukan karena saling cinta, melainkan perjodohan yang sudah diatur oleh kedua orangtua mereka. Meski Kiara menentang keras, tapi tidak dengan Keith yang justru menerimanya dengan ikhlas. Kiara tak sadar bahwa ada niat tersembunyi dari perjodohan yang terkesan mendadak dan terburu-buru itu. Belum lagi, Kiara sendiri dibuat tak percaya pada sikap Keith setelah menjadi suaminya yang bersikap sangat posesif serta mengekang ruang geraknya karena larangan-larangan aneh yang pria itu beri. Permasalahan perlahan kian datang mengguncang kehidupan baru Kiara, dimulai dari kekecewaan teman-temannya tentang berita pernikahannya yang ia sembunyikan, lalu hubungan Keith dengan wanita yang jelas mencintai suaminya itu, serta kenyataan dan fakta pahit tentang hidupnya juga masalalunya yang selama ini disembunyikan oleh kedua orangtuanya. Akankah Kiara berhasil melalui dan menyembuhkan luka hatinya itu? Memaafkan masalalu dan menerima Keith kembali yang jelas sudah menyakiti hatinya, yang sayangnya sudah terjatuh dalam pada suaminya tersebut?
Dua tahun lalu, Regan mendapati dirinya dipaksa menikahi Ella untuk melindungi wanita yang dia sayangi. Dari sudut pandang Regan, Ella tercela, menggunakan rencana licik untuk memastikan pernikahan mereka. Dia mempertahankan sikap jauh dan dingin terhadap wanita itu, menyimpan kehangatannya untuk yang lain. Namun, Ella tetap berdedikasi sepenuh hati untuk Regan selama lebih dari sepuluh tahun. Saat dia menjadi lelah dan mempertimbangkan untuk melepaskan usahanya, Regan tiba-tiba merasa ketakutan. Hanya ketika nyawa Ella berada di tepi kematian, hamil anak Regan, dia menyadari, cinta dalam hidupnya selalu Ella.