/0/19437/coverbig.jpg?v=10f7a26f993d2fbbc8598e531f76a716)
Alya tak pernah membayangkan hidupnya akan berubah drastis saat memutuskan menggantikan ibunya yang sakit untuk bekerja sebagai pembantu di rumah Aris dan Lina. Dia datang ke Jakarta dengan satu tujuan: mendapatkan uang untuk biaya pengobatan ibunya di kampung. Namun, kebutuhan mendesak ini membuatnya terjerat dalam situasi yang jauh lebih rumit daripada yang pernah dia bayangkan.
Alya tak pernah membayangkan hidupnya akan berubah drastis saat memutuskan menggantikan ibunya yang sakit untuk bekerja sebagai pembantu di rumah Aris dan Lina. Dia datang ke Jakarta dengan satu tujuan: mendapatkan uang untuk biaya pengobatan ibunya di kampung. Namun, kebutuhan mendesak ini membuatnya terjerat dalam situasi yang jauh lebih rumit daripada yang pernah dia bayangkan.
Malam itu, Alya sedang merapikan kamar tidur utama ketika pintu terbuka. Aris, majikannya, masuk dengan langkah tenang. Alya merasakan ketegangan merambat di kulitnya, seolah-olah udara di ruangan itu tiba-tiba menjadi lebih berat.
"Alya," panggil Aris dengan suara lembut namun tegas. "Aku ingin bicara denganmu."
Alya meletakkan seprai yang sedang dipegangnya dan berbalik menghadap Aris. Matanya menatap pria di depannya dengan penuh waspada. "Ada apa, Tuan?"
Aris melangkah lebih dekat, matanya menyapu tubuh Alya dari atas ke bawah. "Aku tahu tentang ibumu yang sedang sakit. Kamu butuh uang, bukan?"
Alya merasa jantungnya berdegup lebih cepat. Tentu saja dia butuh uang. Tapi dia tidak tahu ke mana arah percakapan ini akan membawa mereka. "Ya, Tuan. Saya sangat membutuhkannya."
Aris menyeringai tipis, tangannya bergerak perlahan ke arah wajah Alya. "Aku bisa memberimu uang yang kamu butuhkan. Tapi, kamu harus melakukan sesuatu untukku sebagai gantinya."
Alya menggigit bibirnya, mencoba menahan rasa takut dan kecemasan yang kini menggelayuti pikirannya. "Apa yang Tuan inginkan dari saya?"
Aris tidak menjawab segera. Sebaliknya, tangannya menyentuh pipi Alya dengan lembut, ibu jarinya mengusap kulitnya dengan gerakan lambat dan menggoda. Alya tahu ke mana arah pembicaraan ini, namun dia masih belum siap untuk mendengarnya.
"Aku menyukai tubuhmu, Alya," bisik Aris dengan suara rendah. "Aku ingin kamu melayaniku... secara pribadi. Kamu tahu apa yang kumaksud, bukan?"
Dada Alya terasa sesak mendengar permintaan itu. Tawaran yang Aris ajukan begitu menggoda, tetapi juga begitu menjijikkan. Ia merasakan dilema yang kuat, di satu sisi ia tahu ini salah, tapi di sisi lain, ia harus memikirkan ibunya yang sangat membutuhkan uang untuk pengobatan.
"Tuan...," suaranya bergetar, hampir tak terdengar. "Saya... saya tidak bisa..."
Aris mendekat, memotong kalimat Alya dengan jarak yang semakin menipis di antara mereka. "Kamu bisa, Alya. Dan kamu akan melakukannya, untuk ibumu."
Alya menunduk, air mata hampir mengalir di pipinya. Dia tidak bisa memikirkan solusi lain. Dengan berat hati, dia mengangguk perlahan.
"Baiklah, Tuan. Saya akan... melakukannya," kata Alya dengan suara yang hampir tak terdengar, penuh dengan rasa putus asa.
Aris tersenyum puas. "Bagus, Alya. Aku tahu kamu akan membuat keputusan yang benar."
Dia meraih tangan Alya dan menariknya mendekat ke tubuhnya. Tangan Aris mulai menjelajahi punggung Alya, bergerak pelan tapi pasti, membuat tubuh Alya merinding dengan campuran ketakutan dan sesuatu yang tidak ingin diakuinya.
Malam itu, Alya tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti keinginan Aris. Dia menutup matanya, mencoba mengalihkan pikirannya dari apa yang sedang terjadi, tetapi tidak bisa mengabaikan desahan penuh nafsu yang keluar dari mulut Aris.
Saat Aris mendekap tubuh Alya, desahan nafsu yang keluar dari bibirnya semakin keras. "Alya... tubuhmu begitu sempurna," bisiknya penuh gairah.
Alya menggigit bibirnya, menahan desahan yang hendak keluar dari mulutnya. Dia tidak ingin menunjukkan bahwa tubuhnya bereaksi terhadap sentuhan Aris, tapi tak bisa dipungkiri bahwa rasa panas yang menjalar di seluruh tubuhnya membuatnya sulit untuk mengendalikan diri.
"Saya mohon, Tuan..." suara Liana bergetar, tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Matanya penuh air mata saat menatap pria di depannya. "Saya butuh uang untuk pengobatan anak dan ibu saya. Tolong bantu saya..." Rafael menyandarkan diri ke kursinya, bibirnya melengkung membentuk senyum samar. Matanya tajam menelusuri wajah Liana yang terlihat lelah, tetapi tetap begitu menawan. "Aku bisa membantumu," katanya tenang. "Tapi ada satu syarat." Liana menelan ludah, hatinya mencelos saat mendengar kelanjutannya. "Kamu harus menikah denganku. Sebagai istri keduaku." Jantung Liana seakan berhenti berdetak. "Istri kedua...?" bisiknya, nyaris tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Bisakah Liana menemukan kebahagiaannya, atau justru terjebak dalam pernikahan yang hanya membawa luka?
Dian telah bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah keluarga Firdaus sejak usia 15 tahun. Sekarang, di usianya yang menginjak 18 tahun, ia merasa kehidupannya mulai stabil. Namun, semua itu berubah ketika putra pertama keluarga Firdaus, Tuan Niko, kembali untuk mengambil alih perusahaan keluarga. Alih-alih menyambut kedatangannya dengan sukacita, hidup Dian justru berubah menjadi neraka. Bagaimana mungkin Tuan Niko, yang sudah menikahi wanita pilihannya, malah terang-terangan mengejar Dian? Di saat dirinya berusaha menjaga jarak, Tuan Niko justru semakin menggila. Dia bahkan memutuskan untuk tinggal bersama di rumah tersebut, menjadikan Dian sebagai obyek obsesi yang semakin tak terkendali. Tuan Niko menginginkan Dian sebagai kekasih tersembunyi, tanpa peduli dengan statusnya yang sudah menikah. Dian mencoba melawan, namun upayanya hanya sia-sia. Bagaimana Dian bisa keluar dari cengkeraman Niko yang semakin mengekang?
Kumpulan cerita seru yang akan membuat siapapun terbibur dan ikut terhanyut sekaligus merenung tanpa harus repot-repot memikirkan konfliks yang terlalu jelimet. Cerita ini murni untuk hiburan, teman istrirahat dan pengantar lelah disela-sela kesibukan berkativitas sehari-hari. Jadi cerita ini sangat cocok dengan para dewasa yang memang ingin refrehsing dan bersenang-senang terhindar dari stres dan gangguan mental lainnya, kecuali ketagihan membacanya.
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
ADULT HOT STORY 🔞🔞 Kumpulan cerpen un·ho·ly /ˌənˈhōlē/ adjective sinful; wicked. *** ***
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"