/0/22438/coverbig.jpg?v=b720023cdad6b864ab6eade86bda3767)
Dian telah bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah keluarga Firdaus sejak usia 15 tahun. Sekarang, di usianya yang menginjak 18 tahun, ia merasa kehidupannya mulai stabil. Namun, semua itu berubah ketika putra pertama keluarga Firdaus, Tuan Niko, kembali untuk mengambil alih perusahaan keluarga. Alih-alih menyambut kedatangannya dengan sukacita, hidup Dian justru berubah menjadi neraka. Bagaimana mungkin Tuan Niko, yang sudah menikahi wanita pilihannya, malah terang-terangan mengejar Dian? Di saat dirinya berusaha menjaga jarak, Tuan Niko justru semakin menggila. Dia bahkan memutuskan untuk tinggal bersama di rumah tersebut, menjadikan Dian sebagai obyek obsesi yang semakin tak terkendali. Tuan Niko menginginkan Dian sebagai kekasih tersembunyi, tanpa peduli dengan statusnya yang sudah menikah. Dian mencoba melawan, namun upayanya hanya sia-sia. Bagaimana Dian bisa keluar dari cengkeraman Niko yang semakin mengekang?
Dian berdiri di sudut dapur, mengamati jarum jam yang bergerak perlahan. Pagi itu, seperti biasa, dia sudah memulai tugas-tugas rutinnya sejak fajar menyingsing. Dapur keluarga Firdaus selalu dipenuhi dengan suara-suara riuh, mulai dari percakapan ringan hingga perintah-perintah yang diberikan oleh sang majikan. Dia sudah terbiasa dengan semuanya-berada di balik bayang-bayang keluarga kaya raya yang tak pernah benar-benar memperhatikannya.
Selama tiga tahun, dia telah melayani keluarga Firdaus dengan sepenuh hati. Dulu, ketika pertama kali datang, semua terasa seperti mimpi buruk yang tak terbayangkan. Namun seiring berjalannya waktu, Dian mulai merasa nyaman dalam keterbatasannya. Pekerjaan di rumah itu tidak terlalu berat, dan meskipun ia hanya seorang asisten rumah tangga, ia merasa dihargai. Semua berjalan lancar, tanpa drama. Sampai hari itu datang.
Tuan Niko, anak pertama keluarga Firdaus yang sudah lama bekerja di luar negeri, kembali ke rumah. Kehadirannya tidak hanya membawa perubahan bagi seluruh keluarga, tetapi juga bagi Dian.
"Dian!" Suara keras milik Izabella, istri Tuan Niko, terdengar dari ruang tamu. "Bawa kopi ini ke ruang tamu, cepat!"
Dian mengangguk, lalu dengan cepat menyusuri lorong besar rumah yang megah itu. Ruang tamu rumah Firdaus selalu tampak mewah, dengan furnitur mahal yang membuatnya merasa tak layak berada di sana. Ketika masuk ke ruangan itu, matanya bertemu dengan sepasang mata tajam milik Tuan Niko, yang baru saja duduk di kursi sofa mewah.
Dian mengalihkan pandangannya, takut jika Niko menangkap ketegangan di matanya. Tuan Niko duduk dengan posisi yang sangat santai, seperti sudah menjadi bagian dari rumah itu. Wajahnya yang tampan dan postur tubuhnya yang tegap membuatnya terlihat seperti seorang penguasa. Tidak ada yang bisa menandingi pesonanya, bahkan Izabella, yang saat itu duduk di sampingnya dengan wajah yang agak cemberut, tampak sedikit terlindung oleh aura Niko.
"Terima kasih, Dian," kata Niko sambil menerima kopi yang dibawakan Dian, suaranya dalam dan tenang. Namun, ada sesuatu dalam sorot matanya yang membuat Dian merasa tidak nyaman. Mata itu terlalu tajam, terlalu penuh dengan makna yang tidak bisa ia pahami.
Dian membungkuk sedikit, berusaha menghindari pandangan Niko yang terasa mengganggu. "Tidak masalah, Tuan," jawabnya dengan suara pelan, berusaha untuk menjaga jarak dan tidak menunjukkan rasa canggung.
Namun, di sinilah masalahnya mulai muncul-di balik senyum ramah Niko yang menawan, ada ketertarikan yang jelas-jelas lebih dari sekadar rasa hormat kepada seorang asisten rumah tangga.
Setiap kali Niko berbicara, ada perasaan yang sulit untuk Dian jelaskan-sebuah ketegangan yang terbangun di antara mereka. Ketegangan yang semakin hari semakin menggelisahkan hati Dian.
Saat makan malam, Niko duduk berhadap-hadapan dengan Dian. Keluarga Firdaus tampak biasa saja, tetapi Dian bisa merasakan matanya yang tak pernah lepas dari dirinya. Setiap kali mereka berbicara, pandangannya teralihkan, seolah-olah Niko sedang mencari-cari sesuatu yang tersembunyi dalam dirinya. Dian merasa terjebak. Tidak hanya dalam rutinitas yang tak pernah berubah, tetapi kini juga dalam perhatian yang berlebihan dari seorang pria yang sudah memiliki istri.
Izabella, yang duduk di samping Niko, sesekali menatap Dian dengan pandangan tajam, seolah-olah ia sudah mencium ketegangan yang mulai tumbuh antara suaminya dan asisten rumah tangganya. Namun, Dian tidak tahu bagaimana cara menghindar atau bahkan menjelaskan perasaannya. Ia merasa seolah-olah rumah ini bukan lagi tempat yang aman baginya.
Niko tidak hanya kembali untuk mengambil alih perusahaan keluarga Firdaus, dia juga kembali untuk mengguncang hidup Dian. Hari-hari yang sebelumnya berjalan dengan tenang kini dipenuhi dengan kecanggungan dan ketegangan yang tak bisa Dian elakkan.
Dian tahu bahwa hidupnya akan segera berubah. Hanya saja, dia tidak tahu apakah perubahan itu akan membawa kebahagiaan atau justru mengubah dirinya menjadi sesuatu yang lebih buruk dari sebelumnya. Bagaimana mungkin seseorang yang sudah menikah bisa bersikap seperti ini? Apa yang sebenarnya diinginkan Niko darinya?
Satu hal yang pasti-Dian harus segera menemukan cara untuk menghindari Niko, sebelum semuanya menjadi lebih buruk.
"Saya mohon, Tuan..." suara Liana bergetar, tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Matanya penuh air mata saat menatap pria di depannya. "Saya butuh uang untuk pengobatan anak dan ibu saya. Tolong bantu saya..." Rafael menyandarkan diri ke kursinya, bibirnya melengkung membentuk senyum samar. Matanya tajam menelusuri wajah Liana yang terlihat lelah, tetapi tetap begitu menawan. "Aku bisa membantumu," katanya tenang. "Tapi ada satu syarat." Liana menelan ludah, hatinya mencelos saat mendengar kelanjutannya. "Kamu harus menikah denganku. Sebagai istri keduaku." Jantung Liana seakan berhenti berdetak. "Istri kedua...?" bisiknya, nyaris tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Bisakah Liana menemukan kebahagiaannya, atau justru terjebak dalam pernikahan yang hanya membawa luka?
Alya tak pernah membayangkan hidupnya akan berubah drastis saat memutuskan menggantikan ibunya yang sakit untuk bekerja sebagai pembantu di rumah Aris dan Lina. Dia datang ke Jakarta dengan satu tujuan: mendapatkan uang untuk biaya pengobatan ibunya di kampung. Namun, kebutuhan mendesak ini membuatnya terjerat dalam situasi yang jauh lebih rumit daripada yang pernah dia bayangkan.
Kemudian Andre membuka atasannya memperlihatkan dada-nya yang bidang, nafasku makin memburu. Kuraba dada-nya itu dari atas sampah kebawah melawati perut, dah sampailah di selangkangannya. Sambil kuraba dan remas gemas selangkangannya “Ini yang bikin tante tadi penasaran sejak di toko Albert”. “Ini menjadi milik-mu malam ini, atau bahkan seterusnya kalau tante mau” “Buka ya sayang, tante pengen lihat punya-mu” pintuku memelas. Yang ada dia membuka celananya secara perlahan untuk menggodaku. Tak sabar aku pun jongkok membantunya biar cepat. Sekarang kepalaku sejajar dengan pinggangnya, “Hehehe gak sabar banget nih tan?” ejeknya kepadaku. Tak kupedulikan itu, yang hanya ada di dalam kepalaku adalah penis-nya yang telah membuat penasaran seharian ini. *Srettttt……
Pelan tapi pasti Wiwik pun segera kupeluk dengan lembut dan ternyata hanya diam saja. "Di mana Om.. ?" Kembali dia bertanya "Di sini.." jawabku sambil terus mempererat pelukanku kepadanya. "Ahh.. Om.. nakal..!" Perlahan-lahan dia menikmati juga kehangatan pelukanku.. bahkan membalas dengan pelukan yang tak kalah erat. Peluk dan terus peluk.. kehangatan pun terus mengalir dan kuberanikan diri untuk mencium pipinya.. lalu mencium bibirnya. Dia ternyata menerima dan membalas ciumanku dengan hangat. "Oh.. Om.." desahnya pelan.
Bima tak menyangka, jika seorang gadis yang dia tolong seminggu yang lalu akan menjadi ibu susu anaknya. Dia adalah Jenny, seorang gadis cantik berusia 18 tahun yang masih berstatus pelajar SMA. Namun, entah alasan apa, diumurnya yang masih terbilang muda gadis itu sudah mengandung. Apa mungkin karena salah pergaulan? Atau justru memang dia sudah menikah? Semakin lama dilihat, Jenny semakin mempesona. Hingga membuat seorang Bima Pradipta yang masih berstatus suami orang menyukainya. Dan suatu ketika, sebuah insiden kesalahan pahaman membuat keduanya terpaksa menikah dan menjadikan Jenny istri kedua Bima. Akankah pernikahan mereka abadi? Lalu, bagaimana dengan Soraya istri pertama Bima? Akankah dia terima dengan pernikahan kedua Bima? Atau justru dialah yang terlengserkan? “Setelah kita menikah, aku akan menceraikan Raya, Jen!” Bima~ “Kalau begitu Bapak jahat namanya, masa Bu Raya diceraikan? Aku dan dia sama-sama perempuan, aku nggak mau menyakitinya!” Jenny~
BERISI ADEGAN HOT++ Leo pria tampan dihadapan dengan situasi sulit, calon mertuanya yang merupakan janda meminta syarat agar Leo memberikan kenikmatan untuknya. Begitu juga dengan Dinda, tanpa sepengetahuan Leo, ternyata ayahnya memberikan persyaratan yang membuat Dinda kaget. Pak Bram yang juga seorang duda merasa tergoda dengan Dinda calon menantunya. Lantas, bagaimana dengan mereka berdua? Apakah mereka akan menerima semua itu, hidup saling mengkhianati di belakang? Atau bagaimana? CERITA INI SERU BANGET... WAJIB KAMU KOLEKSI DAN MEMBACANYA SAMPAI SELESAI !!
Apa yang terlintas di benak kalian saat mendengar kata CEO? Angkuh? Kejam? Arogan? Mohammad Hanif As-Siddiq berbeda! Menjadi seorang CEO di perusahaan besar seperti INANTA group tak lantas membuat dia menjadi tipikal CEO yang seperti itu. Dia agamis dan rajin beribadah. Pertemuan putrinya Aisyah dengan Ummi Aida, seorang office girl di tempat dimana dia bekerja, membuat pertunangannya dengan Soraya putri pemilik perusahaan terancam batal karena Aisyah menyukai Ummi yang mirip dengan almarhum ibunya. Dengan siapa hati Hanif akan berlabuh?
Tinggal di sebuah kampung pedesaan di daerah Cianjur, JawaBarat. Membuat dia masih polos karena jarang bergaul dengan teman sebayanya, dari sebelum menikah sampai sekarang sudah menikah mempunyai seorang suami pun Sita masih tidak suka bergaul dan bersosialisasi dengan teman atau ibu-ibu di kampungnya. Sita keluar rumah hanya sebatas belanja, ataupun mengikuti kajian di Madrasah dekat rumahnya setiap hari Jum'at dan Minggu. Dia menikahpun hasil dari perjodohan kedua orangtuanya. Akibat kepolosannya itu, suaminya Danu sering mengeluhkan sikap istrinya itu yang pasif ketika berhubungan badan dengannya. Namun Sita tidak tahu harus bagaimana karena memang dia sangat amat teramat polos, mengenai pergaulan anak muda zaman sekarang saja dia tidak tahu menahu, apalagi tentang masalah sex yang di kehidupannya tidak pernah diajarkan sex education. Mungkin itu juga penyebab Sita dan Danu belum dikaruniai seorang anak, karena tidak menikmati sex.