Unduh Aplikasi panas
Beranda / Miliarder / Permainan Cinta Billionaire's
Permainan Cinta Billionaire's

Permainan Cinta Billionaire's

5.0
21 Bab
237 Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Di hari pernikahannya, Aletta seharusnya menikah dengan Aldo-kekasihnya. Namun Aldo tiba-tiba menghilang tanpa kabar, dan pada akhirnya keluarga mereka memutuskan agar Bian yang menggantikan Aldo dan menikah dengan Aletta. Mereka memutuskan itu karena tidak mau menanggung malu kepada para tamu undangan yang sudah hadir. Kehidupan Aletta setelah menikah tidaklah mudah, walaupun Bian sangat baik padanya. Namun beberapa fakta terungkap yang membuat hidup Aletta semakin hancur dan sulit. Satu persatu rahasia terbongkar, yang membuat keadaan semakin rumit. Aldo yang sudah lama menghilang tiba-tiba muncul, membuat keadaan semakin buruk. Bisakah pernikahan Aletta dan Bian bertahan sampai akhir? Atau Aletta akan memilih kembali bersama Aldo? Semua tidak semudah itu, terus baca 'Permainan Cinta Billionaire's' untuk mengetahui kisah Aletta selanjutnya.

Bab 1 Suami pengganti

Hari yang sudah lama Aletta tunggu akhirnya tiba. Ini adalah hari spesial, hari yang ikut menjadi saksi bagaimana terukir kenangan manis dalam hubungannya dan Aldo. Aletta menatap pantulan dirinya di cermin, tersenyum menatap dirinya sendiri yang terlihat sangat berseri-seri. Wajah yang cantik dengan riasan elegan membuat Aletta semakin memesona, hari ini Aletta akan menikah dengan Aldo sang kekasih. Membayangkannya saja Aletta sudah merasa bahagia.

"Aletta."

Lamunan Aletta seketika buyar saat merasakan sebuah tangan menyentuh bahunya dengan lembut. Dari pantulan cermin terlihat jelas Monica sedang berdiri di belakangnya. Monica merupakan ibu Aletta, dia adalah wanita yang lembut dan baik sama seperti Aletta. Hal itu membuat Aletta tersenyum, dia memutar badannya menghadap sang ibu yang kini tersenyum padanya.

"Kamu terlihat bahagia sekali, Aletta."

Aletta hanya tertawa kecil menanggapinya, kemudian dia memeluk ibunya dengan sayang. "Aku sayang banget sama kamu."

"Bunda juga sayang sama kamu." Monica membelai lembut pucuk kepala Aletta.

"Ayo kita turun, semuanya sudah menunggu kamu," ucap Monica mengajak Aletta untuk turun.

Aletta pun menganggukkan kepalanya, sekali lagi dia menatap dirinya di cermin. Senyuman lebar terukir sempurna di wajah Aletta, balutan make up dengan gaun putih mewah melekat sempurna ditubuhnya. Dia sudah seperti bidadari yang baru turun dari surga.

Saat keduanya hendak turun ke aula acara, tiba tiba saja kedua orang tua Aldo masuk ke kamar Aletta. Aletta mengerutkan kening ketika melihat raut muka calon mertua nya, bukan senyum kebahagiaan yang mereka tampakkan. Melainkan terlihat seperti seseorang yang sedang cemas. Sontak Aletta langsung berdiri menghampiri Hendrik dan Ayunda yang merupakan orang tua Aldo, disusul Monica dari belakang.

"Tante, uncle. Ada apa? Kenapa raut muka kalian terlihat gelisah?" tanya Aletta to the poin.

Mata Ayunda-ibu Aldo mulai berkaca-kaca, tangannya membelai lembut pucuk kepala Aletta dengan sayang. Dia menghela napasnya dalam, sebelum membuka suaranya. "Aletta, Aldo belum datang," ucapnya menatap kedua manik mata Aletta lekat.

Aletta mengerenyitkan keningnya, dia tidak mengerti dengan maksud perkataan Ayunda. "Apa maksud, tante? Pasti Aldo sebentar lagi datang, kita tunggu saja ya," sahut Aletta sambil tersenyum simpul.

"Kita tidak tau Aldo akan datang atau tidak." Tiba tiba saja Hendrik-ayah Aldo membuka suaranya.

"Maksudnya apa?" timpal Monica bingung.

"Aldo menghilang, tidak ada kabar, bahkan semuanya sudah mencari tapi tetap saja tidak ditemukan," sahut Adnan- ayah Aletta yang tiba tiba muncul dari ambang pintu.

Aletta mematung ditempatnya, perlahan cairan bening dimatanya turun tanpa izin. Dadanya terasa sesak seperti terhimpit ribuan besi, Aletta menggelengkan kepalanya. Dia tidak bisa mempercayai perkataan ayahnya begitu saja, Aletta berlari menuju meja rias untuk mengambil benda pipih di sana. Tangannya sibuk mencari nomor Aldo dan menghubunginya, berulang kali dia menelpon Aldo tetapi sama saja tidak ada jawaban.

Aletta membanting ponsel di tangannya, rasa kesal, kecewa dan sedih bercampur menjadi satu. "Aldo kamu kemana?" gumam Aletta dengan bahu bergetar.

"Aletta." Monica menghampiri sang anak dan memeluknya dengan erat.

Aletta mendongak menatap Monica, matanya sudah sembab dan hidungnya merah karena menangis. "Mom, apa pernikahanku akan batal?" Dengan isakan tangisnya Aletta bertanya.

"Tidak sa-"

"Pernikahan harus di lanjutkan," potong Hendrik menyela perkataan Monica.

Semua orang yang ada di sana serempak menatap Hendrik, terutama Aletta yang tampak bingung dengan jawaban Hendrik. Aletta menghapus air matannya kasar, hatinya sudah seperti dipermainkan disini.

"Maksudnya apa? Aldo tidak ada kabar dan itu artinya pernikahannya batal kan?"

"Kami tidak mau menanggung malu dengan membatalkan acara penting ini, diluar banyak tamu yang sudah datang," jawab Hendrik dengan raut muka serius.

"Apa yang kamu maksud, Hendrik? Siapa yang akan menggantikan Aldo?" Adnan yang sembari tadi diam, kini mulai angkat suara.

Ceklek..

Seseorang masuk kedalam ruangan itu bersamaan dengan pertanyaan Adnan, dan saat itu pula Hendrik menunjuk orang itu. "Bian yang akan menggantikan Aldo," ucapnya dengan tegas.

Bian yang baru saja masuk terlihat bingung menatap ayahnya, apa ini? dia baru saja dipanggil kesana dan langsung ditunjuk untuk menggantikan adiknya? Sungguh itu hal yang konyol.

"Papa! Apa maksudnya ini? Kenapa harus aku?" tolak Bian membuang muka.

"Ini demi nama baik kita, jika pernikahan ini batal kita juga akan menanggung malu!" ancam Hendrik.

Bian diam, dia menatap Aletta dengan tatapan sendu. Bian tau jika Aldo dikabarkan menghilang, bagaimanapun Bian adalah kakak laki-laki Aldo, dia juga mungkin merasa sedih karena adik laki-lakinya tiba-tiba menghilang.

"Bian, kamu adalah kakak laki-laki Aldo. Kamu harus mau menikahi Aletta, jika tidak mau keluarga kita merasa malu karena ulah Aldo," ucap Hendrik menepuk pundak Bian.

Bian masih terdiam, dia menatap Aletta yang terlihat menangis. Biar tidak tega melihatnya, bagaimanapun Bian memang dekat dengan Aldo dan Aletta saat masih kuliah. Tetapi mengantikan Aldo sebagai suami Aletta, itu tidak pernah Bian bayangkan.

"Apa maksudnya? Aku tidak mau! Aku mau Aldo!" teriak Aletta tetap pada pendiriannya.

Suasana di sana mendadak hening, dua keluarga itu sedang berdiskusi untuk keputusan yang akan di ambil. Sementara Aletta masih tetap berusaha menghubungi Aldo, namun sama sekali tidak ada jawaban.

"Aku tidak mau menikah dengan Bian, papa! Aku mau Aldo! Kita tunda saja ya pernikahannya sampai Aldo kembali?" Aletta masih berusaha meyakinkan kedua orang tuanya agar menolak keputusan Hendrik.

Adnan selaku kepala rumah tangga di keluarga Aletta, sedang berfikir. Adnan dan Hendrik merupakan pebisnis yang cukup terkenal, jadi wajar jika mereka tidak mau malu dan tidak mau namanya tercemar karena anak mereka batal menikah.

"Aletta akan menikah dengan Bian," ucap Adnan mengambil keputusan.

"Papa!" Hal itu membuat Aletta kembali menangis dengan keputusan ayahnya.

"Bian! Kamu tidak mau kan menikah denganku? Bian, jawab!" Aletta menghampiri Bian, dia menarik tangan Bian beberapa kali.

Bian masih diam, dia menatap ayah dan ibunya, lalu berkata, "Papa, Momy. Apa aku harus menikah dengan Aletta? Bagaimana perasaan Aldo nanti?"

"Aldo sudah membuat malu keluarga kita dengan tidak datang ke hari pernikahannya, untuk apa memikirkan dia?" sahut Hendrik yang emosi, kemudian dia kembali berkata, "Jika kamu tidak mau, aku akan hancurkan perusahaan kamu."

Perusahaannya adalah hal yang penting bagi Bian, terlebih Bian sendiri yang mengembangkan perusahaan itu dari awal. Tangan Bian mengepal, tatapannya tertuju pada wanita cantik dengan gaun putih di sana. Dia menatap Aletta dengan tatapan sendu.

"Oke, Bian mau!" Jawab Bian singkat, lalu memilih pergi dari ruangan itu. Sebelum Bian benar benar pergi, dia sempat tersenyum miring membelakangi mereka semua.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY