Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Tinggal Bersama Mantan (21+)
Tinggal Bersama Mantan (21+)

Tinggal Bersama Mantan (21+)

5.0
5 Bab
5.3K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

*BACAAN DEWASA!* Adit dan Valeri adalah pasangan suami istri yang baru saja menginjak usia pernikahan yang kedua. Sayangnya, keduanya akhirnya memutuskan untuk bercerai karena rasanya mereka hanya bisa saling menyakiti satu sama lain. Ketika Adit berpikir bahwa dia tidak akan lagi bertemu dengan istrinya setelah bercerai, Adit lalu meminta istrinya itu untuk melakukan sek..s perpisahan, dan istrinya menyanggupi hal itu. Namun, sesuatu terjadi dan pasangan yang kini statusnya telah bercerai itu tinggal serumah. Tapi Adit tidak pernah menyangka bahwa permintaannya di hari perceraian itu, akan membuat hubungan mereka berdua menjadi... sedikit berbeda. PERHATIAN!! Cerita ini merupakan cerita lendir dan memiliki klasifikasi HAREM. Yang artinya, Adit, akan berbagi lendir dengan lebih dari satu wanita. Jika kalian tidak menyukai cerita pria yang celap celup lebih dari satu wanita, DIANJURKAN untuk TIDAK MEMBACANYA!

Bab 1 Cerai

Saat ini aku sedang berada di dalam mobilku dan mengendarainya untuk menuju ke suatu tempat.

Aku yang memakai jas dan kemeja itu tampak tidak mengatakan apa-apa, membuat suasana mobil menjadi sangat sunyi dan sepi meskipun ada satu orang lagi yang berada di dalam mobil bersama denganku, yang tidak lain merupakan istriku sendiri..

Jika orang bertanya-tanya aku akan kemana bersama dengan istriku di siang hari seperti ini di saat kami seharusnya pergi bekerja, maka jawabannya adalah...

Kami sekarang akan pergi ke kantor pengacara untuk menyelesaikan perceraian kami.

Ya, kami akan bercerai.

Selama dua tahun terakhir ini, kami berdua sering menyakiti satu sama lain.

Karakter kami yang berbeda, masalah keuangan, masalah keluarga, dan ditambah lagi... kurangnya chemistry saat sedang berhubungan sek..s.

"Hey, kita bahkan tidak bisa melakukannya sekali dalam sebulan?! Apakah kita bahkan bisa dianggap suami istri?!" teriakku pada istriku ketika dia lagi-lagi menolak untuk melakukan hubungan suami istri.

"Apakah sek..s satu-satunya yang berada dipikiranmu?! Apakah kamu maniak?!" teriak istriku yang tidak kalah kencangnya.

Pada akhirnya, kami berdua terus menerus menyakiti satu sama lain dengan pertengkaran yang tidak berarti.

"Jika kamu akan bertingkah seperti ini, kenapa kamu bahkan menikah denganku, hah?! Kenapa kamu tidak mencari pria kaya saja untuk dinikahi!" teriakku dengan emosi sambil menunjuk ke arahnya!

"Aku juga menyesal menikah dengan dokter sepertimu!" teriak istriku tidak kalah kuatnya.

Ya, beginilah kami sehari-harinya. Bertengkar hanya untuk menyakiti satu sama lain.

Lalu sekarang... kami berdua akan menghentikkan penderitaan yang kami alami selama dua tahun pernikahan kami.

Di saat sedang mengemudikan mobilku, tiba-tiba aku melirik ke arah istriku yang duduk di jok belakang dan membuang wajahnya ke arah jendela.

Bahkan sekarang dia tidak ingin duduk di depan disampingku?

Istriku yang memakai blazer dengan kemeja dan roknya tidak mengatakan apa-apa dan terus melihat ke arah jendela. Ekspresi wajahnya terlihat dingin seperti biasanya.

"Valeri," panggilku dengan pelan dengan pandangan terus menatap ke depan.

"Apa?" tanya istriku itu dengan dingin dan sepertinya masih terus menatap ke luar jendela.

"Bagaimana jika kita melakukan sek..s perpisahan untuk yang terakhir kalinya?" tanyaku tiba-tiba.

Sebenarnya, aku tidak tahu kenapa aku tiba-tiba mengatakan hal itu. Apakah karena kami berdua akhirnya akan bercerai jadi aku tiba-tiba menjadi gila?

Ya, sepertinya aku menjadi gila. Hanya karena sebuah pemikiran bahwa aku akhirnya akan menghentikkan dua tahun penderitaan ini, aku akhirnya menjadi tidak tahu malu?

Di masa lalu, ketika aku menyebutkan untuk melakukan sek..s, suasana hatinya akan berubah masam dan dia akan memberikanku tatapan jijik.

Tiba-tiba aku tersenyum mengejek diriku sendiri ketika aku mengingat hal itu. Di masa lalu saja istriku seperti itu, apalagi sekarang ketika kami sedang menuju ke kantor pengacara untuk mengurus perceraian kami?

"Oke."

Mataku membesar dan ekspresi wajahku rasanya berubah ketika mendengar suaranya. Aku memang yang mengajaknya untuk melakukan itu, tapi aku benar-benar terkejut bahwa dia akan menyetujui permintaan gilaku itu.

"Jangan pergi ke hotel melati. Ini adalah terakhir kalinya, jadi ayo kita lakukan di hotel berkelas."

Dengan nada suara yang dingin dan monoton, istriku itu mengatakan bahwa dia ingin pergi ke hotel.

Apa sebenarnya yang dipikirkan olehnya? Apakah dia memikirkan hal yang sama denganku? Karena ini adalah terakhir kalinya, jadi itu tidak penting lagi?

Sebelum akhirnya aku sadar apa yang sedang terjadi, kami berdua sudah berada di kamar hotel yang mewah.

Istriku itu berjalan mendekati jendela dan melihat pemandangan kota yang terlihat indah, tidak ingin menatapku.

"Pergi mandi dulu," ujar Valeri tanpa menoleh ke arahku dengan nada suaranya yang terdengar datar.

Aku masih berdiri dibelakangnya dna hanya bisa menatapnya dengan tatapan marah ketika melihat betapa dinginnya dia memperlakukanku.

Secara perlahan-lahan, Valeri mulai membuka blazer yang dia kenakan.

"Jika kamu tidak ingin... kalau begitu aku yang akan duluan..."

Mungkin karena aku bisa samar-samar melihat garis bra hitam di kemeja putih yang digunakan oleh istriku, aku langsung memeluk tubuhnya dan melemparkannya ke tempat tidur.

Kenapa aku melakukan itu? Aku sendiri tidak mengerti. Apakah karena aku hanya ingin melampiaskan seluruh napsu gilaku?

"Kamu... Apa yang kamu lakukan?!" teriak istriku yang saat ini posisinya seperti sedang menungging di atas tempat tidur karena aku melemparkannya begitu saja.

Aku langsung ikut naik bersama dengannya di atas tempat tidur dan menahan tubuhnya. Tangan kananku menahan kepalanya dan mendorongnya, sementara tangan kiriku itu langsung sibuk mengangkat rok dan melepaskan celana dalamnya.

"Lepas! Lepaskan aku!" teriak Valeri memberontak. "Adit! Apa yang kamu lakukan?!"

Aku sekali lagi tidak menjawab dan langsung menahan satu tangannya dan menguncinya di punggungnya seperti seorang polisi ketika sedang menahan seorang penjahat sambil tangan satuku berusaha untuk membuat tubuh bagian bawah istriku itu tidak mengenakan apa-apa.

Begitu celana dalamnya berhasil kuturunkan, tangan kiriku itu langsung mendekat ke lubangnya dan jari-jariku langsung mengobok-obok lubangnya itu.

"Ahhh!" Valeri tampak mendesah atau mungkin menjerit dengan apa yang kulakukan.

Di masa lalu ketika kami melakukannya, kami tidak pernah benar-benar melakukan pemanasan sebelumnya.

"Apa kamu sudah gila?! Kenapa kamu tiba-tiba melakukan ini?!" teriak istriku sambil menoleh ke belakang untuk melihatku. Wajahnya terlihat jelas sekali bahwa dia sangat kesal.

Namun, aku sama sekali tidak peduli lagi! Setelah ini kami berdua tidak akan bertemu lagi... Aku hanya akan melakukan apa yang ingin kulakukan!

Jari-jariku itu terus mengobok-obok lubangnya yang semakin lama semakin mulai basah dna tanganku terus menahan tangannya agar dia tidak berontak.

Kulihat istriku hanya membenanmkan wajahnya di kasur kamar hotel ini. Aku tidak tahu apakah karena dia merasa dipermalukan atau sedang ketakutan. Namun, ketika aku melihatnya seperti itu, aku justru malah lebih ingin menyiksanya. Apalagi istriku tampak mencoba untuk menahan desahannya dengan menggigit seprei yang berada di hotel.

Jari tengah dan manisku terus bergerak dengan kencang dan cepat, mengobok-obok lubangnya yang jarang kugunakan itu.

"Apakah rasanya enak?" tanyaku berbisik di dekat telinganya.

Itu adalah kalimat yang paling dibenci oleh istriku ketika sedang berada di atas tempat tidur.

Kulihat istriku sedikit terkejut dan menoleh dengan tatapannya yang dingin.

"Jangan bertanya seperti itu!" teriak istriku lalu kembali membenanmkan wajahnya di atas tempat tidur untuk menahan desahannya.

Kulihat tangannya yang satu mencengkram dengan erat seprei kamar hotel itu, membuatnya terlihat berantakan.

"Engg... hmm.... enggg..... hmmmmhhhhh..."

Valeri sama sekali tidak mendesah, mencoba untuk menunjukkan bahwa dia sama sekali tidak menyukai apa yang sedang kulakukan.

Namun, meskipun dia tampak seolah menolak, lubangnya sudah menjadi sangat basah seperti sedang banjir.

Tanpa sadar, pusakaku menjadi keras sebagai respons atas basahnya lubangnya.

"Kenapa kamu tiba-tiba sangat kasar... Hentikan!" ujar Valeri menoleh ke arahku ketika aku akhirnya melepaskan jari-jariku untuk mengobel lubangnya.

"Kamu tahu sendiri bahwa aku tidak menyukai..."

Tanpa membiarkan dia menyelesaikan kata-katanya, aku langsung menurunkan resleting celanaku dan mengarahkan pusakaku yang keras dan besar itu ke lubangnya dan langsung menghentakkannya dalam sekali hentakkan.

"AHHHHH~" desah Valeri ketika pusakaku yang berukuran 18cm itu masuk ke dalam lubangnya yang sudah sangat basah.

Kenapa aku sangat kasar? Apakah karena ini adalah terakhir kalinya kami akan melakukannya? Atau karena kami tidak akan pernah bertemu lagi?

Sambil tanganku memegang bokongnya yang bulat dan seksi itu, aku menghentakkan pusakaku dengan dorongan yang kencang dan cepat.

Kulihat Valeri kembali membenamkan wajahnya di atas tempat tidur, lagi-lagi mencoba untuk menahan desahannya.

"Hmmhhh shhhh ahhhh hmhhhh shhhhh..."

Desahan tertahan Valeri membuatku semakin mempercepat ritme sodokanku sambil tanganku memegang pinggulnya dengan erat.

"Ahhhhh awhhhhhh ohhhhh ahhhhhh awhhhhhhh."

Akhirnya, sebuah desahan keluar dari bibir Valeri. Sepertinya dia tidak bisa lagi menahan desahannya.

"Ada apa denganmu hari ini?!" tanya Valeri sambil menoleh ke arahku. Nada suaranya terdengar meninggi, menunjukkan bahwa dia sangat kesal.

"Adit! Kamu benar-benar telah menjadi hmhhhh shhhh gila!" bentak istriku itu disela-sela menahan desahannya.

Tapi aku sama sekali tidak peduli lagi. Aku tidak peduli bahwa dia terdengar marah dan kesal. Yang bisa kulakukan saat ini adalah menghentakkan pusakaku itu keluar masuk dengan ritme yang sangat kencang sampai membuat kasur kamar hotel itu berbunyi.

Desahan demi desahan terus keluar dari bibir Valeri, meskipun istriku itu seperti berusaha untuk menahan desahannya.

"Shhh... apa kamu... menjadi tidak tahu malu seperti ini... karena ini adalah terakhir kalinya kita melakukannya?" tanya Valeri kembali menoleh ke arahku.

Wajah istriku itu terlihat berkeringat dan riasan wajahnya menjadi berantakan.

Aku tidak menjawab dan langsung menarik kedua tangannya ke belakang sambil terus menggoyangkan pinggulku itu.

"Ughh..."

Valeri seperti tampak terkejut ketika kedua tangannya kutarik seperti itu. Tapi sekali lagi, aku tidak peduli.

"Ahhhh ohhhh ahhhhh awhhhh ahhhh," desah Valeri yang kini tidak bisa membenamkan wajahnya di tempat tidur lagi karena aku yang menarik kedua tangannya.

Setelah beberapa saat dalam posisi seperti itu, aku menarik tubuh istriku untuk mengubah posisinya menjadi setengah berdiri.

Tangan kananku fokus membuka dua kancing kemejanya dan langsung meremas dadanya yang bra-nya telah kutarik ke bawah, sementara tangan kiriku memeluk leher istriku, seperti aku sedang melakukan teknik kuncian kepala. Pusakaku yang masih berada di dalam lubangnya, terus bergerak maju dan mundur.

Hari ini, aku benar-benar akan mencurahkan semuanya karena ini adalah yang terakhir kalinya.

"Ahhhh awhhhh ohhhhh ahhhhh ahhhhh," desah Valeri yang mungkin merasa keenakan karena pucuk dadanya juga kumainkan sambil pusakaku terus bergerak.

"Ohhh awhhh shhhh hmhhhh shhhhh..."

Tiba-tiba, Valeri berusaha menahan desahannya. Kulihat dia mencoba menggigit bibir bawahnya dan matanya yang seperti terpejam.

Aku yang awalnya bingung dengan tindakannya yang tiba-tiba itu, langsung mengerti apa yang terjadi ketika tubuh Valeri bergetar dengan hebat dan lubangnya tiba-tiba menjepitku dengan sangat kencang.

Dia baru saja keluar.

Rasa nikmat dan enak itu benar-benar membuatku tidak tahan lagi. Pada akhirnya, hanya beberapa detik setelah Valeri mendapatkan kenikmatannya, tubuhku juga ikut bergetar dengan hebat sambil pusakaku kuhentakkan sedalam-dalamnya.

"Arghhhh arghhhhh arghhhhhh..."

Aku juga ikut mendapatkan kenikmatanku.

Hari ini, untuk pertama kalinya, aku ngesek..s sesuai dengan keinginanku.

Setelah mengatur napas kami, aku akhirnya melepaskan pusakaku dari lubangnya. Valeri tampak mengambil tisu untuk membersihkan dirinya dan dengan dingin embali merapikan penampilannya seolah-olah tidak ada yang terjadi.

Aku hanya bisa duduk di tepi ranjang dengan kancing kemejaku yang telah kubuka karena berkeringat dan juga celanaku yang telah kulepaskan untuk membuatku merasa lebih nyaman.

Tiba-tiba aku merasa malu dan bersalah atas apa yang kulakukan padanya tadi. Aku hanya bisa menundukkan kepalaku.

"Aku mengerti... Jadi ini yang kamu inginkan?"

Aku mengangkat kepalaku dan menatap punggung istriku itu.

"Selama ini, bagaimana kamu bisa menahan napsumu yang liar itu?" tanya Valeri tampak menoleh dan sepertinya menundukkan kepalanya.

Aku sendiri tidak tahu bagaimana bisa aku tiba-tiba seperti ini, tapi sejujurnya, karena ini terakhir kalinya, aku benar-benar hanya ingin melakukan apa yang kuinginkan.

"Jadi, apakah wanita itu bisa sepenuhnya menerima hal itu?" lanjut istriku tiba-tiba.

Aku yang tadinya menatapnya, kembali menundukkan kepalaku lalu menghela napasku. Bibirku tiba-tiba tersenyum begitu saja. Senyuman sedih.

"Maafkan aku," ujarku mengangkat kepalaku sambil menatap ke Valeri.

Hanya itu yang bisa kukatakan padanya.

Valeri tiba-tiba menoleh dan kami berdua kembali bertatapan.

"Apa? Kamu ternyata tahu bagaimana mengatakan maaf?" tanya istriku itu dengan dingin.

"Ya, ini adalah salahku... jadi... aku akan mengikuti keinginanmu untuk bercerai," ujarku dengan tenang dan bahkan tersenyum.

Aku tidak ingin lagi bertengkar dengannya. Kami berdua sudah terlalu sering menyakiti satu sama lain sampai pada akhirnya istriku ingin bercerai.

Ekspresi wajah Valeri terlihat berubah dan lebih dingin dari biasanya, membuatku benar-benar bingung apa yang terjadi.

Lalu, tanpa mengatakan apa-apa, Valeri mengambil blazernya dan langsung pergi ke arah pintu keluar sambil menghentakkan kakinya.

Mungkin, dia ingin segera cepat-cepat bercerai denganku.

Hari ini, pernikahan dua tahun kami... akhirnya berakhir.

Namun, aku sama sekali tidak menyangka... kami yang telah bercerai... akan tetap tinggal serumah.

***

Catatan author!

Selamat datang di cerita baru author, yey!

Buat yang belum tahu atau kenal author sebelumnya, author tegaskan ya! Cerita ini mengandung klasifikasi HAREM. Yang artinya: Si cowok akan celap celup dengan lebih dari satu cewek!

Jadi, jika kalian tidak suka dengan cowok yang celap celup sana sini, mending tinggalkan dari sekarang daripada kalian kecewa di tengah jalan

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 5 Wanita, Kan   03-15 14:17
img
1 Bab 1 Cerai
12/03/2024
3 Bab 3 Tidak Menyangka
12/03/2024
4 Bab 4 Terlalu Besar
12/03/2024
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY