/0/17435/coverbig.jpg?v=f24ac0db0c1a53137f725a9afe068ba7)
Warning....!!akan banyak adegan dewasa jadi yang dibawah 18 jangan baca...! Kisah seorang pemuda desa yang baru pulang dari kuliahnya berniat untuk melanjutkan dan menyelamatkan bisnis orang tuanya yang sedang di ambang kebangkrutan. Namun sepulangnya dia dari kota dia sering mendapat godaan dari wanita wanita di desa itu yang kebanyakan cantik dan sintal. Jadi akankah usaha orang tuanya akan bisa dia selamatkan atau justru akan tenggelam dengan kenikmatan dan melupakan niat awalnya..? Mari kita sama sama lihat kelanjutan kisahnya
" drrttt drttt drrttt" Bimo yang masih tidur nyenyak di kamar kosnya terbangun saat hpnya bergetar terus menerus.
Dengan mata berat Bimo melihat ponselnya dan langsung dia angkat begitu melihat kalau ayahnya yang telpon.
" Halo yah..." Ucap Bimo.
" Halo bim...ayah mau bicara serius kamu bisa pulang nggak..?" Sahut ayah Bimo yang bernama Robert dengan logat bahasa yang kaku karena dia bukan asli indonesia.
" Ada apa yah...tapi aku belum dapat kerja nih di sini" sahut Bimo agak hawatir karena ayahnya sangat jarang sekali meminta dia pulang,bahkan sejak SMA Bimo baru pulang dua kali saja sampai saat ini lulus kuliah di salah satu universitas terkenal di negeri ini.
" Ada sesuatu yang penting...nanti kita bicarakan dirumah saja ya " sahut Robert.
" Aduh yah...males ah sepi di desa" sahut Bimo yang sudah terbiasa hidup di kota besar.
Setelah mereka berdebat cukup panjang ahirnya Bimo memutuskan untuk pulang untuk memenuhi permintaan ayahnya itu.
Setelah telpon di tutup Bimo pun langsung mandi dan bersiap siap untuk pulang hari itu juga.
" Hitung hitung refreshing deh...udah lama juga nggak nengok kampung halaman" gumam Bimo dengan senyuman tersungging di bibirnya saat motornya mulai melaju membelah menyusuri panasnya aspal jalanan.
Setelah berkendara hampir seharian ahirnya Bimo mulai memasuki desa tempat dia menghabiskan masa kecilnya dulu,hamparan ladang yang sa luas menghampar di kiri kanan jalan membuatnya tersenyum senang karena hampir tujuh puluh persen ladang itu adalah milik pak Robert ayah Bimo.
Saat Bimo sampai ayah Bimo yang sedang memandikan burung di teras rumah langsung berdiri dan menatap Bimo dengan bahagia.
Bimo pun langsung menghampiri ayahnya dan memeluknya erat untuk melepas kerinduan,pak Robert pun membalas memeluk anak semata wayangnya itu dengan pelukan hangatnya.
" Masuk masuk ...ayo istirahat dulu kamu capek kan?" Ucap Robert mengajak Bimo untuk masuk.
" Iya yah...capek banget nih.." sahut Bimo sambil menuntun ayahnya yang sudah cukup tua itu untuk masuk kerumah.
" Diyah...buat minum sama cemilan ini Bimo pulang" ucap Robert setengah berteriak saat masuk ke rumah,hal itu membuat dahi Bimo mengkerut menatap ayahnya.
" Istri muda..?" Tanya Bimo memastikan.
" Ha...ha..ha..." Pak Robert tertawa terbahak mendengar pertanyaan yang menurutnya konyol itu.
" Bimo...Bimo....hanya ibumu lah wanita satu satu nya di hatiku,yang pertama dan takkan terganti untuk selamanya" ucap pak Robert yang masih terkekeh.
Memang benar apa yang di bilang pak robert semenjak ibu Bimo meninggal saat Bimo masih SD dia tak pernah mencari penggantinya memilih menghabiskan masa tuanya sendirian.
"Hehe ya maaf pak aku kira nikah lagi nggak ngabari aku..." Ucap Bimo.
Saat mereka asik ngobrol datang seorang wanita paruh baya dengan memakai kain jarik dan juga kebaya membawa nampan berisi dua cangkir minuman dan juga sepiring pisang goreng.
" Monggo silahkan diminum pak ...mas" ucap wanita itu dengan sopan dan tersenyum manis sambil menaruh nampan itu di meja.
" Makasih yah...ini Bimo anakku.." sahut pak Robert.
" Oh mas Bimo yang sering bapak ceritakan itu ya..?" Sahut diyah tersenyum menatap Bimo.
" Iya ...Bimo ini diyah yang bantu bantu dan menemani bapak di sini" timpal pak Robert.
"Eh iya Bu...saya Bimo anaknya pak Robert" sahut Bimo.
" Jangan panggil ibu...panggil saja mbok gitu ya biar lebih nyaman" sahut diyah dengan sopan.
" Iya mbok..." Sahut Bimo.
"Ya sudah saya ke belakang dulu ya mau bersihin kamar untuk mas Bimo...permisi pak mas" ucap diyah sopan lalu kembali masuk ke dalam.
Ayah dan anak itu tenggelam larut dalam obrolan hangat yang penuh canda tawa sampai tak terasa matahari hampir tenggelam di ufuk barat.
" yah aku mandi dulu ya...lengket banget nih badan" ucap Bimo saat menyadari hari sudah hampir gelap.
" iya bim...belum lupa kan jalan ke kamar mandi?" sahut pak Robert.
" ya enggak lah yah...1 kali belok kanan di kali belok kiri terus lurus kan?" sahut Bimo dengan mantap karena rumahnya masih seperti yang dulu,rumah kayu itu tak pernah di rubah bentuk ataupun tata ruangnya oleh pak Robert karena menurutnya rumah itu sebagai kenangan bersama ibunya Bimo.
" hahaha...bisa aja kamu bim...ya sudah sana sebelum gelap" ucap pak Robert tersenyum melihat kelakuan anaknya.
Bimo pun lalu melangkah meninggalkan pak Robert pergi ke kamarnya,dia membongkar isi tasnya untuk mengambil handuk dan perlengkapan mandi yang dia bawa dari kos,setelah itu Bimo langsung menuju ke kamar mandi yang berada di bagian belakang rumah itu.
" byur byur..." saat Bimo masuk ke kamar mandi dia mendengar suara guyuran air dari kamar mandi sebelah,rumah itu memang memiliki dua kamar mandi yang letaknya bersebelahan dan hanya di batasi oleh pagar dari papan dan bagian atasnya dari anyaman bambu.
" hmm pasti mbok diyah nih yang mandi" gumam Bimo sambil membuka kaosnya.
awalnya Bimo tak ada niatan apa apa namun setelah membuka kaos dan mau menaruhnya di cantolan tak sengaja Bimo melihat ada celah diantara papan yang sedikit renggang,seketika itu rasa penasaran Bimo pun muncul.
dengan gemetar Bimo mendekatkan matanya ke celah itu untuk melihat aktifitas di kamar mandi sebelah.
jantung Bimo langsung berdetak kencang dan nafasnya seketika terasa berat melihat mbok diyah yang sedang menyabuni tubuhnya,tangan mbok diyah dengan santainya mengusapkan sabun ke seluruh tubuhnya yang sekel montok itu tanpa mengetahui kalau ada sepasang mata yang memperhatikan setiap lekuk tubuhnya dari kamar mandi sebelah.
" gleg...." dengan susah payah Bimo menelan ludah untuk membasahi kerongkongannya yang terasa kering.
mata Bimo semakin terbelalak lebar saat tangan mbok Diah sampai di dua gunungnya yang cukup besar dan bulat.
setelah selesai menyabuni tubuhnya mbok diah pun lalu mengguyur badanya dengan air lagi sampai seluruh sabun larut dengan air.
" wow...." gumam Bimo saat mbok Diah selesai mengguyur air karena mbok Diah tepat menghadap ke arah posisi Bimo saat mengeringkan tubuhnya dengan handuk.
Bimo dengan jelas dapat melihat seluruh bagian depan dari tubuh mbok diyah,mulai dari gunung kembar besar yang menggelayut indah sampai belahan apem tembem yang berada di bawah perut mbok Diah yang rata.
belahan apem yang di hiasi sedikit bulu halus di atasnya membuat kaki Bimo jadi gemetar saat melihatnya.
setelah selesai mbok diyah melilitkan handuk itu ke tubuhnya dan keluar dari kamar mandi meninggalkan Bimo yang masih terpaku di dalam kamar mandi di sebelahnya.
darah Bimo serasa mendidih dengan kaki yang juga masih gemetar karena melihat pemandangan indah yang baru selesai dia lihat,sebuah pemandangan yang baru pertama kali dia lihat secara langsung meskipun umurnya sudah 25 tahun.
memang selama ini Bimo hanya fokus sekolah dan kuliah saja tak pernah memikirkan hal hal yang seperti itu.
Warning...!! Bacaan untuk 18++. Kisah perjalanan seorang pemuda bernama dewa yang penuh dengan kenikmatan dan kehangatan dari wanita wanita di sekitarnya. Nggak pakai basa basi bagi yang suka dengan cerita 18++ silahkan lanjut baca,untuk yang tidak suka harap skip saja. Selamat membaca dan jangan lupa sediakan tisu ya hehehe
Kisah cinta yang terhalang oleh status dan derajat antara pembantu dan sang majikan. Akankah berakhir indah atau malah sebaliknya?
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
"Jodoh itu rahasia Allah. Allah pertemukan kita pada orang yang salah pada awalnya dan mempertemukan kita dengan jodoh yang sesuai pada akhirnya. Itulah tanda Allah sayang pada hamba-Nya." Ini kisah tentang Sabrina. Seorang gadis yang selalu menyelipkan nama seseorang dalam doanya. Berharap bahwa nama itulah yang akan menjadi imamnya kelak. Namun takdir berkata lain saat sang ayah memintanya untuk menikah dengan seorang lelaki bernama Agam. Ya. Sabrina dan Agam. Dua orang yang sebelumnya tidak saling mengenal. Namun dipaksa saling mencintai karena sebuah ikatan yang bernama pernikahan. Pada akhirnya, bisakah Sabrina melupakan masa lalunya dan mulai mencintai Agam? ***** Kepoin instagram author juga : @iney_calysta
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Pelan tapi pasti Wiwik pun segera kupeluk dengan lembut dan ternyata hanya diam saja. "Di mana Om.. ?" Kembali dia bertanya "Di sini.." jawabku sambil terus mempererat pelukanku kepadanya. "Ahh.. Om.. nakal..!" Perlahan-lahan dia menikmati juga kehangatan pelukanku.. bahkan membalas dengan pelukan yang tak kalah erat. Peluk dan terus peluk.. kehangatan pun terus mengalir dan kuberanikan diri untuk mencium pipinya.. lalu mencium bibirnya. Dia ternyata menerima dan membalas ciumanku dengan hangat. "Oh.. Om.." desahnya pelan.
Ava menarik nafas panjang sebelum melepas penutup terakhir tubuhnya. Dan kali ini, yang hadir hanyalah ketelanjangan yang membebaskan, ketelanjangan yang membebaskannya dari pakaian kepalsuan yang menutupinya selama ini. Ava memejamkan mata, menikmati udara sore dan dingin air yang mengalir membasahi tubuhnya. Sore itu ia merasa menyatu dengan alam.