Unduh Aplikasi panas
Beranda / Lainnya / Gelora juragan muda
Gelora juragan muda

Gelora juragan muda

5.0
9 Bab
3.4K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Warning....!!akan banyak adegan dewasa jadi yang dibawah 18 jangan baca...! Kisah seorang pemuda desa yang baru pulang dari kuliahnya berniat untuk melanjutkan dan menyelamatkan bisnis orang tuanya yang sedang di ambang kebangkrutan. Namun sepulangnya dia dari kota dia sering mendapat godaan dari wanita wanita di desa itu yang kebanyakan cantik dan sintal. Jadi akankah usaha orang tuanya akan bisa dia selamatkan atau justru akan tenggelam dengan kenikmatan dan melupakan niat awalnya..? Mari kita sama sama lihat kelanjutan kisahnya

Bab 1 Pulang kampung

" drrttt drttt drrttt" Bimo yang masih tidur nyenyak di kamar kosnya terbangun saat hpnya bergetar terus menerus.

Dengan mata berat Bimo melihat ponselnya dan langsung dia angkat begitu melihat kalau ayahnya yang telpon.

" Halo yah..." Ucap Bimo.

" Halo bim...ayah mau bicara serius kamu bisa pulang nggak..?" Sahut ayah Bimo yang bernama Robert dengan logat bahasa yang kaku karena dia bukan asli indonesia.

" Ada apa yah...tapi aku belum dapat kerja nih di sini" sahut Bimo agak hawatir karena ayahnya sangat jarang sekali meminta dia pulang,bahkan sejak SMA Bimo baru pulang dua kali saja sampai saat ini lulus kuliah di salah satu universitas terkenal di negeri ini.

" Ada sesuatu yang penting...nanti kita bicarakan dirumah saja ya " sahut Robert.

" Aduh yah...males ah sepi di desa" sahut Bimo yang sudah terbiasa hidup di kota besar.

Setelah mereka berdebat cukup panjang ahirnya Bimo memutuskan untuk pulang untuk memenuhi permintaan ayahnya itu.

Setelah telpon di tutup Bimo pun langsung mandi dan bersiap siap untuk pulang hari itu juga.

" Hitung hitung refreshing deh...udah lama juga nggak nengok kampung halaman" gumam Bimo dengan senyuman tersungging di bibirnya saat motornya mulai melaju membelah menyusuri panasnya aspal jalanan.

Setelah berkendara hampir seharian ahirnya Bimo mulai memasuki desa tempat dia menghabiskan masa kecilnya dulu,hamparan ladang yang sa luas menghampar di kiri kanan jalan membuatnya tersenyum senang karena hampir tujuh puluh persen ladang itu adalah milik pak Robert ayah Bimo.

Saat Bimo sampai ayah Bimo yang sedang memandikan burung di teras rumah langsung berdiri dan menatap Bimo dengan bahagia.

Bimo pun langsung menghampiri ayahnya dan memeluknya erat untuk melepas kerinduan,pak Robert pun membalas memeluk anak semata wayangnya itu dengan pelukan hangatnya.

" Masuk masuk ...ayo istirahat dulu kamu capek kan?" Ucap Robert mengajak Bimo untuk masuk.

" Iya yah...capek banget nih.." sahut Bimo sambil menuntun ayahnya yang sudah cukup tua itu untuk masuk kerumah.

" Diyah...buat minum sama cemilan ini Bimo pulang" ucap Robert setengah berteriak saat masuk ke rumah,hal itu membuat dahi Bimo mengkerut menatap ayahnya.

" Istri muda..?" Tanya Bimo memastikan.

" Ha...ha..ha..." Pak Robert tertawa terbahak mendengar pertanyaan yang menurutnya konyol itu.

" Bimo...Bimo....hanya ibumu lah wanita satu satu nya di hatiku,yang pertama dan takkan terganti untuk selamanya" ucap pak Robert yang masih terkekeh.

Memang benar apa yang di bilang pak robert semenjak ibu Bimo meninggal saat Bimo masih SD dia tak pernah mencari penggantinya memilih menghabiskan masa tuanya sendirian.

"Hehe ya maaf pak aku kira nikah lagi nggak ngabari aku..." Ucap Bimo.

Saat mereka asik ngobrol datang seorang wanita paruh baya dengan memakai kain jarik dan juga kebaya membawa nampan berisi dua cangkir minuman dan juga sepiring pisang goreng.

" Monggo silahkan diminum pak ...mas" ucap wanita itu dengan sopan dan tersenyum manis sambil menaruh nampan itu di meja.

" Makasih yah...ini Bimo anakku.." sahut pak Robert.

" Oh mas Bimo yang sering bapak ceritakan itu ya..?" Sahut diyah tersenyum menatap Bimo.

" Iya ...Bimo ini diyah yang bantu bantu dan menemani bapak di sini" timpal pak Robert.

"Eh iya Bu...saya Bimo anaknya pak Robert" sahut Bimo.

" Jangan panggil ibu...panggil saja mbok gitu ya biar lebih nyaman" sahut diyah dengan sopan.

" Iya mbok..." Sahut Bimo.

"Ya sudah saya ke belakang dulu ya mau bersihin kamar untuk mas Bimo...permisi pak mas" ucap diyah sopan lalu kembali masuk ke dalam.

Ayah dan anak itu tenggelam larut dalam obrolan hangat yang penuh canda tawa sampai tak terasa matahari hampir tenggelam di ufuk barat.

" yah aku mandi dulu ya...lengket banget nih badan" ucap Bimo saat menyadari hari sudah hampir gelap.

" iya bim...belum lupa kan jalan ke kamar mandi?" sahut pak Robert.

" ya enggak lah yah...1 kali belok kanan di kali belok kiri terus lurus kan?" sahut Bimo dengan mantap karena rumahnya masih seperti yang dulu,rumah kayu itu tak pernah di rubah bentuk ataupun tata ruangnya oleh pak Robert karena menurutnya rumah itu sebagai kenangan bersama ibunya Bimo.

" hahaha...bisa aja kamu bim...ya sudah sana sebelum gelap" ucap pak Robert tersenyum melihat kelakuan anaknya.

Bimo pun lalu melangkah meninggalkan pak Robert pergi ke kamarnya,dia membongkar isi tasnya untuk mengambil handuk dan perlengkapan mandi yang dia bawa dari kos,setelah itu Bimo langsung menuju ke kamar mandi yang berada di bagian belakang rumah itu.

" byur byur..." saat Bimo masuk ke kamar mandi dia mendengar suara guyuran air dari kamar mandi sebelah,rumah itu memang memiliki dua kamar mandi yang letaknya bersebelahan dan hanya di batasi oleh pagar dari papan dan bagian atasnya dari anyaman bambu.

" hmm pasti mbok diyah nih yang mandi" gumam Bimo sambil membuka kaosnya.

awalnya Bimo tak ada niatan apa apa namun setelah membuka kaos dan mau menaruhnya di cantolan tak sengaja Bimo melihat ada celah diantara papan yang sedikit renggang,seketika itu rasa penasaran Bimo pun muncul.

dengan gemetar Bimo mendekatkan matanya ke celah itu untuk melihat aktifitas di kamar mandi sebelah.

jantung Bimo langsung berdetak kencang dan nafasnya seketika terasa berat melihat mbok diyah yang sedang menyabuni tubuhnya,tangan mbok diyah dengan santainya mengusapkan sabun ke seluruh tubuhnya yang sekel montok itu tanpa mengetahui kalau ada sepasang mata yang memperhatikan setiap lekuk tubuhnya dari kamar mandi sebelah.

" gleg...." dengan susah payah Bimo menelan ludah untuk membasahi kerongkongannya yang terasa kering.

mata Bimo semakin terbelalak lebar saat tangan mbok Diah sampai di dua gunungnya yang cukup besar dan bulat.

setelah selesai menyabuni tubuhnya mbok diah pun lalu mengguyur badanya dengan air lagi sampai seluruh sabun larut dengan air.

" wow...." gumam Bimo saat mbok Diah selesai mengguyur air karena mbok Diah tepat menghadap ke arah posisi Bimo saat mengeringkan tubuhnya dengan handuk.

Bimo dengan jelas dapat melihat seluruh bagian depan dari tubuh mbok diyah,mulai dari gunung kembar besar yang menggelayut indah sampai belahan apem tembem yang berada di bawah perut mbok Diah yang rata.

belahan apem yang di hiasi sedikit bulu halus di atasnya membuat kaki Bimo jadi gemetar saat melihatnya.

setelah selesai mbok diyah melilitkan handuk itu ke tubuhnya dan keluar dari kamar mandi meninggalkan Bimo yang masih terpaku di dalam kamar mandi di sebelahnya.

darah Bimo serasa mendidih dengan kaki yang juga masih gemetar karena melihat pemandangan indah yang baru selesai dia lihat,sebuah pemandangan yang baru pertama kali dia lihat secara langsung meskipun umurnya sudah 25 tahun.

memang selama ini Bimo hanya fokus sekolah dan kuliah saja tak pernah memikirkan hal hal yang seperti itu.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY