/0/15730/coverbig.jpg?v=a8fe215b3889355cf41e69b2eff602cc)
Om Andi tampan, kaya, tapi misterius, ditambah lama menduda. Mampukah Indah menemukan jawaban atas semua pertanyaannya?
"Apa? Bang Angga meninggal!" Aku berdiri di depan meja kerja dengan kaki gemetar. Kabar yang sangat tidak bisa aku percaya. Namun, apa ada orang yang main-main memberikan kabar kematian tentang seseorang.
"Nggak mungkin. Empat hari yang lalu kami masih saling telepon." Aku duduk di lantai, mengabaikan rasa malu dan mulai ditatap oleh rekan-rekan kerjaku.
Air mataku mengalir deras. Rencana pernikaha kami nggak lama lagi akan digelar. Satu bulan kemudian dan Bang Angga ke kampung untuk meminta restu ayahnya supaya acara berjalan lancar.
Suara di seberang sana menandakan bahwa yang terjadi memang sudah terjadi. Aku menangis sesenggukan. Beberapa temanku datang mencoba menenangkan. Aku sudah tidak bisa berpikir jernih lagi. Semua persiapan, ini dan itu sudah disiapkan. Bahkan sudah hampir habis tabungan kami untuk acara pernikahan. Akan tetapi, semuanya terkalahkan oleh takdir. Aku pun tak kuat lagi, lalu tiba-tiba semua terasa gelap.
***
"In, kamu nggak apa-apa?" tanya temanku ketika sudah lima menit aku membuka mata. Aku ada di ruang kesehatan, tempat para karyawan sakit beristirahat.
"Nggak apa-apa. Aku cuman syok berat." Aku menjawab sambil melihat ke arah cincin tunangan kami. Aku masih tidak percaya dengan kepergian Bang Angga.
"Indah, aku pulang duluan, ya, entar lagi dijemput sama suami." Teman yang menjagaku dari tadi undur diri. Aku mempersilakan.
Dijemput suami, harusnya kata-kata itu bisa aku ucapkan setelah hubungan kami sah. Harusnya aku bisa menjadikan Bang Angga sebenar-benarnya tempat bersandar ketika lelah dan sedang banyak masalah.
Harusnya lagi aku bisa mencegah Bang Angga untuk tidak usah pulang kampung segala. Tempatnya terpencil dan jauh. Kata orang calon pengantin kalau pergi itu darahnya manis, dan bisa jadi ada kecelakaan di jalan. Lalu benar terjadi akhirnya, kareka aku terlalu sering memikirkan mitos itu.
Aku meraih ponselku di dalam tas. Jam di handphone menunjukkan waktu hampir maghrib. Biasanya Bang Angga sudah menjemputku di depan kantor. Aku sudah kehilangan momen itu selama beberapa hari dan sekarang aku akan kehilangan selama-lamanya.
Jangan dipikir aku tidak menangis. Aku menangis dan tisu sudah hampir habis satu bungkus. Hanya saja aku tidak mau memperlihatkan pada orang lain. Menjelang isya aku baru beranjak pulang dari kantor.
"Eh, calon pengantin. Tumben sendirian." Sapa salah satu satpam melihat aku jalan kaki.
Calon pengantin? Tepatnya aku batal nikah. Aku sedang malas menjelaskan pada siapa-siapa. Aku hanya tersenyum saja, lalu menunggu angkot untuk pulang ke kos-kosan.
Sampai di dalam ruangan dengan hanya aku sendiri saja tanpa ada teman, aku langsung merebahkan diri di ranjang. Rasanya lelah luar biasa sekali. Sudah pekerjaan menumpuk, kabar buruk pula yang membuat tubuhku seperti tak bertulang.
Aku memandang fotoku bersama Bang Angga. Juga sample undangan pernikahan yang sudah jadi. Tertulis di sana Angga Pramudya dan Indah Nora Diana. Nama kami berdua yang telah berkomitmen selama hampir lima tahun. Dimulai sejak Bang Angga merantau ke kota.
Semua impian kami kini sudah terkubur dalam-dalam. Kemudian, aku teringat dengan sesuatu hal. Aku belum bertanya pada yang memberi kabar. Apa sebab kematian calon suamiku. Aku mencoba mendial nomor tadi siang, tapi di luar jangkauan. Baru ingat aku, Bang Angga pernah bilang kalau desanya sangat terpencil dan sinyal hanya ada di siang hari.
Aku mengubur sejenak rasa ingin tahuku. Besok pagi saja aku hubungi yang tadi memberikan kabar. Karena Bang Angga pergi dalam keadaan sehat dan tidak menunjukkan tanda-tanda andaikata dia menderita depresi atau semacam perasan tertekan.
Malam ini aku tidur dengan ragam perasaan yang bercampur aduk. Sedih karena ditinggalkan calon suami dan penasaran dengan apa sebab kematiannya.
***
Pagi hari aku masih pergi ke kantor seperti biasa, dengan mata sembab habis menangis semalaman. Terlalu banyak kenangan di antara kami yang harus dikubur begitu saja. Terlalu mendadak berita kematian Bang Angga.
"Halo," ucapku pada yang mengabarkanku kemarin. Suara agak putus-putus dan seperti ada angin lewat.
"Iya, Om, saya mau tanya apa sebab kemat-" Yah, panggilan terputus.
Aku ulang lagi tapi tidak tersambung. Aku coba kirim pesan biasa saja, karena aku takut kalau kirim wa susah sinyal. Aku menanyakan siapa pemilik nomor handphone ini dan apa sebab kematian Bang Angga. Cukup lama aku menunggu balasan, dari pagi sampai siang baru ada yang menjawab.
[Saya Andi, ayah Angga. Anak saya meninggal tanpa sebab dalam tidurnya, dan hari ini akan dimakamkan. Terima kasih, semoga kamu bahagia bersama lelaki lain. Mohon maaf kalau Angga ada berbuat salah, dan jika Angga ada meninggalkan hutang kamu boleh tagih sama saya.] Begitu pesan yang dikirim.
Andi Pramudya, nama yang juga tertera dalam undangan kami. Sedangkan mama calon suamiku sudah sejak Bang Angga kecil meninggal. Katanya lagi ayahnya tidak menikah sejak ditinggal istrinya. Begitu kisah singkat keluarga Bang Angga.
Ada satu orang adik laki-laki dan jadi polisi. Dia ditempatkan di kota yang berbeda dengan kami. Bang Angga tidak terlalu terbuka soal keluarganya. Dia cenderung menghindar kalau aku tanyakan ini dan itu. Katanya ada luka masa lalu yang belum sembuh.
Selesai makan siang aku memutuskan untuk menghadap HRD. Aku ingin meminta dan mengambil jatah cuti yang seharusnya aku gunakan setelah menikah untuk keperluan bulan madu. Cukup lama juga, mungkin sekitar dua belas hari.
"Mau ke mana, Indah? Yang saya dengar dari gosip di kantor, pernikahanmu batal karena calon suamimu meninggal," tanya staff HRD padaku.
"Saya mau ke kampung calon, Pak. Saya mau ziarah kuburan untuk pertama dan mungkin terakhir kalinya."
"Sepenting itukah, Indah? Kita ada deadline loh, yang harus dikejar."
"Saya janji tiga hari ini jatah kerjaan saya akan saya selesaikan." Aku berusaha meyakinkan para staff.
Tidak etis rasanya sudah lima tahun pacaran terus aku menghilang begitu saja tanpa pamit pada makam Bang Angga juga pada calon mertuaku. Setidaknya ada basa basi sedikit.
"Okey, nanti kamu tunggu kabar, ya. Dan kamu bisa selesaikan pekerjaan kamu dimulai dari sekarang. Saya nggak peduli mau ada lembur atau nggak. Itu sudah konsekuensi dari kamu." Staff HRD memberikan angin segar tentang cutiku.
Sebelum aku mengerjakan semua tumpukan kejar tayang yang harus diselesaikan. Aku sempatkan mengirim pesan pada Om Andi sebelum hari sore dan sinyal akan semakin sulit.
[Om, saya boleh ke kampung untuk ziarah makam Bang Angga?] Aku langsung to the point saja. Lama sekali balasan aku dapatkan, sekitar 30 menit kemudian.
[Silakan, saya tidak pernah melarang. Saya ingatkan tempat ini benar-benar terpencil dan tidak seperti yang kamu bayangkan. Lebih baik bawa baju tebal, soal makanan tidak usah dipikirkan.] Balasan dari calon mertuaku.
[Baik, Om Andi, terima kasih. Saya akan datang mungkin empat hari lagi.]
Selesai sudah kami bertukar pesan dan tidak ada lagi jawaban dari Om Andi. Empat hari, iya, bisa saja. Mengingat perjalanan ke kampung Bang Angga harus pakai bus dulu selama delapan jam. Lalu harus menyeberang menggunakan speed boat selama empat jam lamanya. Bang Angga pernah menunjukkan rutenya padaku dan aku catat di dalam buku. Siapa tahu perlu. Nyatanya memang berguna.
Tiga hari lamanya aku mengerjakan semua tumpukan pekerjaanku, dengan hati kacau, mata sembab dan kurang makan. Ya, maklum tidak ada yang memberi perhatian lagi padaku. Aku seperti kehilangan separuh napasku.
Memasuki hari keempat, aku sudah berada di terminal bus dengan satu koper kecil baju saja. Lalu aku melihat ponselku. Ada pesan masuk berasal dari Om Andi.
[Kalau memang jadi kemari, hati-hati di jalan. Jangan ladeni orang tidak dikenal bicara, dan jangan terima makanan dari orang asing. Sampai di pelabuhan nanti saya yang akan jemput kamu.] Om Andi yang lebih dahulu mengirim pesan padaku.
[Terima kasih, Om.] Jawabanku singkat saja.
Kernet bus mulai meminta penumpang untuk naik. Aku duduk di dekat jendela, sambil melihat pemandangan yang kiri dan kanan yang isinya hutan lebat dan tanpa rumah sama sekali. Iseng-iseng aku buka ponsel.
Aku melihat foto Bang Angga saat dia baru dilepaskan ke kota oleh Om Andi. Terlihat kedua pria dalam foto ini tinggi badannya sama. Wajah juga mirip. Lalu dari pantulan kaca aku seperti melihat wajah Bang Angga. Refleks aku menoleh ke kursi sebelah, dan tidak ada siapa-siapa selain penumpang lain.
Yang tadi itu beneran Bang Angga? Atau hanya halusinasiku saja karena terlampau rindu? Jangan takut, Bang, Indah akan ke makam untuk mengujungi Abang. Indah janji nggak akan merepotkan ayah Abang, karena pasti beliau sudah tua juga. Usia juga sudah 60 tahun.
Aku memejamkan mata sejenak, ingin tidur. Lagi wajah Bang Angga seperti melintas dalam penglihatan. Wajahnya pucat dan sendu dan dia memintaku untuk kembali. Ada apa ini?
Bersambung ...
Dipaksa bercerai dengan suami ketika selesai melahirkan, itu sakit. Dan ketika dia kembali, apakah harus diterima?
Terjebak pernikahan dadakan membuat Cantika bingung dan bengong
Yolanda mengetahui bahwa dia bukanlah anak kandung orang tuanya. Setelah mengetahui taktik mereka untuk memperdagangkannya sebagai pion dalam kesepakatan bisnis, dia dikirim ke tempat kelahirannya yang tandus. Di sana, dia menemukan asal usulnya yang sebenarnya, seorang keturunan keluarga kaya yang bersejarah. Keluarga aslinya menghujaninya dengan cinta dan kekaguman. Dalam menghadapi rasa iri adik perempuannya, Yolanda menaklukkan setiap kesulitan dan membalas dendam, sambil menunjukkan bakatnya. Dia segera menarik perhatian bujangan paling memenuhi syarat di kota itu. Sang pria menyudutkan Yolanda dan menjepitnya ke dinding. "Sudah waktunya untuk mengungkapkan identitas aslimu, Sayang."
Kayla Herdian kembali ke masa lalu dan terlahir kembali. Sebelumnya, dia ditipu oleh suaminya yang tidak setia, dituduh secara salah oleh seorang wanita simpanan, dan ditindas oleh mertuanya, yang membuat keluarganya bangkrut dan membuatnya menggila! Pada akhirnya, saat hamil sembilan bulan, dia meninggal dalam kecelakaan mobil, sementara pelakunya menjalani hidup bahagia. Kini, terlahir kembali, Kayla bertekad untuk membalas dendam, berharap semua musuhnya masuk neraka! Dia menyingkirkan pria yang tidak setia dan wanita simpanannya, membangun kembali kejayaan keluarganya sendirian, membawa Keluarga Herdian ke puncak dunia bisnis. Namun, dia tidak menyangka bahwa pria yang dingin dan tidak terjangkau di kehidupan sebelumnya akan mengambil inisiatif untuk merayunya: "Kayla, aku tidak punya kesempatan di pernikahan pertamamu, sekarang giliranku di pernikahan kedua, oke?"
AREA DEWASA! YANG BELUM CUKUP UMUR, MINGGIR DULU YA, CARI BACAAN SESUAI UMURNYA. NEKAT BACA CERITA INI, DOSA TANGGUNG SENDIRI. Pertemuan Anne Mary yang masih berumur 18tahun dengan Marcio Lamparska, 30tahun dalam sebuah tragedi pembunuhan di Tokyo dimana Marcio sebagai pelaku pembunuhan dan Anne yang menjadi saksi matanya membuat hubungan antara Anne dan Marcio terikat dalam suatu kerjasama yang saling menguntungkan karena akibat dari tragedi pembunuhan tersebut, Anne yang merupakan orang terdekat dengan korban, tertuduh menjadi tersangka utama pembunuhan. Sebelum interpol menemukan dan menangkap Anne, Marcio bersama anak buahnya sudah terlebih dahulu menculik gadis itu dan membawanya ke Murcia, Spanyol, kediaman Marcio berada. Anne Mary yang memiliki otak jenius di atas rata-rata hanyalah seorang gadis muda yang sangat lugu, polos namun memiliki mulut yang tajam pedas dan kritis sedangkan Marcio yang tanpa dia sadari sudah jatuh cinta kepada gadis muda tersebut semakin membuatnya protektif menjaga dan memberikan pelatihan-pelatihan fisik pada Anne yang tentu saja semakin membangkitkan api dendam dalam diri Anne yang membara di dalam dadanya. Anne akhirnya bersedia membuka hatinya untuk menerima perasaan Marcio agar dia bisa lebih mudah untuk membunuh pria itu yang ternyata tanpa dia sadari masuk ke dalam perangkapnya sendiri, jatuh cinta pada Marcio. Bisakah Anne melupakan Touda Akira sepenuhnya, orang yang sudah menjadi korban pembunuhan Marcio, dimana Touda merupakan cinta pertama Anne yang mencintainya secara diam-diam dan melupakan balas dendamnya pada Marcio? Bagaimana dengan Iosef, tangan kanan musuh besar Marcio yang sejak pertama kali bertemu dengan Anne, memiliki perasaan tidak biasa terhadap gadis mungil itu. Iosef juga musuh yang pernah melukai Anne namun juga menyelamatkan gadis itu dari kematian. Demi menyelamatkan Marcio, Anne terpaksa ikut pergi dengan Iosef. Iosef yang lembut, perhatian, sangat posesif dan mencintai Anne dengan nyawanya. Cinta yang tulus dan abadi namun memahami jika gadis yang dia cintai tersebut masih mengukir nama Marcio di dalam hatinya. Dalam pelarian bersama Iosef, Anne tumbuh semakin kuat, tangguh dan sangat cantik mempesona. Ayunan pedangnya sangat cepat, akurat, dan sikapnya tegas, tidak segan membunuh siapapun yang menjadi tugas dalam misinya. Akankah pertemuan kembali Anne dan Marcio bisa menumbuhkan perasaan cinta dan kerinduan di antara mereka lagi atau mereka menjadi musuh yang akan saling membunuh? Ikuti terus cerita Anne Mary ini dari seorang gadis biasa yang jelek menjadi seorang gadis muda yang sangat cantik dan memukau namun sifatnya yang sangat tidak peka akan cinta membuat para pria yang terpikat padanya selalu salah paham akan sikapnya. “Ini bukan tentang cinta dan siapa yang kamu pilih, tapi kepada siapa kamu akan berkomitmen untuk memberikan hati yang kamu yakini dia bisa menjaga hatimu dengan sangat baik,” – Anne Mary. CERITA INI EXCLUSIVE HANYA ADA DI BAKISAH!
Bagi yang belum cukup umur, DILARANG KERAS Membaca Cerita ini, karena banyak sekali adegan Dewasa. Mohon Bijak Dalam Membaca.⚠️ Menceritakan seorang anak muda, yang terjerumus kedalam lubang hitam, hingga akhirnya, pemuda tampan kecanduan seks dengan Guru dan keluarganya sendiri.
Tanpa membantah sedikit pun, aku berlutut di antara sepasang paha mulus yang tetap direnggangkan itu, sambil meletakkan moncong patokku di mulut kenikmatan Mamie yang sudah ternganga kemerahan itu. Lalu dengan sekuat tenaga kudorong batang kenikmatanku. Dan …. langsung amblas semuanya …. bleeesssssssssssskkkkkk … ! Setelah Mamie dua kali melahirkan, memang aku merasa dimudahkan, karena patokku bisa langsung amblas hanya dengan sekali dorong … tanpa harus bersusah payah lagi. Mamie pun menyambut kehadiran patokku di dalam liang kewanitaannya, dengan pelukan dan bisikan, “Sam Sayang … kalau mamie belum menikah dengan Papa, pasti mamie akan merengek padamu … agar kamu mau mengawini mamie sebagai istri sahmu. “ “Jangan mikir serumit itu Mam. Meski pun kita tidak menikah, kan kita sudah diijinkan oleh Papa untuk berbuat sekehendak hati kita. Emwuaaaaah …. “ sahutku yang kuakhiri dengan ciuman hangat di bibir sensual Mamie Tercinta. Lalu aku mulai menggenjotnya dengan gerakan agak cepat, sehingga Mamie mulai menggeliat dan merintih, “Dudududuuuuuh …. Saaaam …