"I LOVE YOU, KAPTEN!" Teriakan itu terdengar di area penjemputan, menggema di sekitar terminal kedatangan internasional. Semua mata terpaku pada sosok gadis mungil yang cantik dalam balutan dress selutut warna putih bermotif bunga sakura. Ia tampak anggun dan menawan dengan penampilannya, berbanding terbalik dengan teriakan lantang nya yang kasar. Seorang pria dengan balutan seragam mengayun langkah mantap dengan menyeret kopernya. Senyum kemenangan yang awalnya terpatri di wajah tampannya itu segera menghilang. Aura cuek dan dingin kini terpatri kembali di wajahnya. "Caramu menyatakan cinta itu sungguh bar-bar sekali, Nona Fiona," ucap David sambil melemparkan senyum jahatnya saat ia berhenti di hadapan Fiona. Fiona diam-diam memutar bola matanya dengan malas, tetapi ia dengan cepat memasang senyum termanis yang ia miliki. 'Dasar kapten pilot kurang ajar! Awas saja dia! Kenapa juga dia harus menerorku untuk menghancurkan 'Ana's Wedding Dream?' Gara-gara dia aku jadi harus malu-maluin diri sendiri kayak gini!' Fiona membatin dengan kesal sambil diam-diam menatap nyalang pada pria tampan yang tengah menatapnya itu. Tidak ada yang akan tahu isi hatinya, termasuk David. Apa yang kira-kira terjadi di antara Fiona dan David? Kenapa Fiona berusaha menjebak David dengan menyatakan cinta kepada pria itu?
"Na! Aku dengar kamu dapat proyek gede. Beneran, nih?" tanya Sally pada temannya, Fiona.
"Biasa aja sih, Sal. Gede apanya coba? Aku kan cuma seorang wedding planner yang rangkap jadi penjual bunga juga. Ga bisa dibandingkan sama proyek mega yang harga milyaran punya perusahaan kamu tahu!" Fiona terkekeh di ujung kalimatnya. Sally terlalu membesar-besarkan proyek yang ia dapat kali ini.
Fiona Russell adalah seorang wanita berusia 27 tahun. Ia akrab disapa dengan 'Nana' atau hanya 'Na' oleh orang-orang terdekatnya. Bentuk wajahnya yang oval, ditambah dengan gigi gingsulnya, serta paket lesung pipi yang manis di kedua belah pipi, membuat orang-orang betah menatap wajah putih bersih milik wanita itu.
Fiona hanya memiliki Sally sebagai temannya, selain mamanya, Bella Russell yang keturunan Skotlandia. Sementara itu, papanya adalah orang Indonesia. Namun, selama 27 tahun sudah hidupnya, Fiona belum pernah mengenal siapa ayah kandungnya. Sementara itu, Fiona sendiri juga tidak pernah lagi mau bertanya pada sang mama.
Fiona khawatir ia akan menguak luka lama yang mungkin masih belum sembuh. Jadi, Fiona memutuskan untuk mengubur rasa penasarannya itu. Lagi pula, hidup Fiona juga baik-baik saja tanpa kehadiran papanya.
"Ck! Miss Russell! Kamu lagi ngeledek, ya?" tanya Sally dengan memicingkan matanya menatap wajah cantik Fiona.
"Bukan begitu, sih, Sal. 'Kan memang kenyataannya begitu. Lagian aku kan cuma karyawannya Mama. Sementara kamu? Kamu itu bosnya!" serobot Fiona cepat.
"Fiona ...."
"Eh, Nak Sally! Ternyata ada tamu. Fiona kok nggak ngasih tahu Mama, sih?!" itu adalah suara Bella Russell yang baru saja muncul dari balik daun pintu ruangan Fiona.
"Hallo, Ma," panggil Fiona pada Bella Russell. Wanita itu hanya bisa menyeringai menatap sang mama yang mulai melangkah masuk ke dalam ruangannya.
"Maaf, Tante. Tadi aku mau bertamu ke kantornya, Tante, tapi nggak ngasih tahu Tante dulu sebelumnya, hehe," ucap Sally dengan tertawa tanpa merasa bersalah. Ia segera bangkit dari kursinya lalu mencium punggung tangan wanita paruh baya di depannya itu.
"Nggak apa-apa, kok, Sal! Tante, sih, senang-senang aja. Bentar, ya! Tante punya urusan sama Nana." Bella mempersilahkan lagi Sally kembali ke kursinya dan memanggil Fiona untuk berbicara dengannya.
"Ya, Tante. Fiona sama Tante silakan mengobrol saja." Sally lantas meraih tasnya. "Aku akan kembali ke kantor dulu, Na. Permisi, Tante. Maaf mengangguk," ucap Sally dan mohon pamit.
"Loh, Sal? Kok buru-buru pulang?" Bella mengerutkan keningnya menatap sahabat putrinya itu.
"Aku cuma mampir sebentar doang, kok, Tante. Lagian bentar lagi aku juga harus bertemu dengan klien," ucap Sally lagi. Kali ini ia terdengar sangat meyakinkan.
"Ya sudah, ga apa-apa, Ma. Biarkan saja Sally lanjut kerja. Kapan-kapan dia bisa datang ke rumah lagi. Iya kan, Sal?" Fiona mengedipkan sebelah matanya menatap Sally yang sepertinya mengerti akan kode darinya.
"Iya, Tante! Sally bisa datang ke sini kapan saja, kok! Sally pamit dulu, ya!"
Setelah kepergian Sally, Bella menatap anaknya dengan serius. Setelah berbasa-basi, kali ini mereka akan membahas pekerjaan.
"Na, apa kamu udah liat proposalnya?" tanya Bella pada putrinya.
"Udah, kok, Ma. Sepertinya klien mau bikin sebuah pesta yang mewah, ya?" cerocos Fiona. Tangannya tampak sibuk membenahi berkas-berkas di atas meja. Mejanya tidak berantakan, tetapi juga tidak bisa dibilang rapi. Karena tangannya senggang, jadi sekalian saja ia membersihkannya sambal berbincang dengan Bella.
Bella sekadar mengangguk. "Jadi, kapan kamu mau ketemu sama calon pengantinnya?" tanya Bella lagi pada putrinya.
Fiona menghentikan gerakan tangannya dan balas menatap sang mama. "Besok, Ma. 'Ntar Nana minta Kimchi untuk menghubungi klien buat janji temunya," jelas Fiona dan menyelesaikan kegiatannya menata berkas.
Setelahnya, Fiona lantas menggapai ponsel yang tergeletak di atas meja kerja yang sebelumnya tertutupi oleh kertas-kertas. Ia mengirimkan pesan pada asistennya, Kimchi, untuk segera menghubungi klien.
"Na, barusan kamu dari mana sama Sally?" Bella bertanya sekedar basa-basi.
"Dari Bandara ma, habis jemput kakaknya si Sally." jawab Fiona. Melemparkan ponselnya sembarangan di atas meja.
Bella bisa melihat jika saat ini, pipi Fiona tiba-tiba bersemu merah, malah putrinya itu terlihat sedang mengulum senyum.
"Apakah mama sudah melewatkan sesuatu Fiona?" tanya Bella, mencoba meminta Fiona menceritakan apa yang sudah terjadi.
"Ada deh." jawab Fiona singkat. Mengulum senyum dan matanya menatap kosong ke depan. Sekonyong-konyong, ingatannya kembali lagi pada peristiwa tadi.
Flashback On
"Na! Fiona Russell!" teriak Sally setelah Fiona tidak merespon panggilannya beberapa kali.
"Sally, kok teriak-teriak sih. Ini bandara tauk! Bukan hutan. Emang kamu tarzan modern?" kesal Fiona. Karena tidak sedikit mata yang sedang melihat ke arah mereka.
"Makanya kalo di panggil itu jawab Na, emang kamu lagi liatin apa sih?" tanya Sally sambil mengikuti arah pandangan Fiona.
"Noh Sal, pilot itu cakep banget deh sumpah." celetuk Fiona. Jujur.
"Ciee... selera kamu memang pilot mulu kan Na, ga pernah berubah." usik Sally.
"Ck! Apaan sih. Aku kan cuma bilang cakep saja. Bukan bermaksud aku jatuh cinta." sanggah Fiona, sambil berdecak kecil.
"Biarlah aku menjadi pengagum rahasianya. Karena sebentar agi, aku pasti bakalan lupa sama wajahnya." lanjut Fiona lagi sambil menatap ke arah seorang pria yang sedang menyeret koper kecilnya itu, lengkap dengan seragam resmi kerjanya.
Akhirnya kedua sahabat itu tertawa lucu.
Flashback Off
Pria matang yang tampan dan gagah berusia 29 tahun itu adalah David McLaren, atau lebih akrab disapa dengan Dave oleh teman-teman dan keluarganya. Ia merupakan seorang kapten pilot termuda di maskapai Eagle Indonesia Airlines. Di usianya yang ke 28 tahun, Dave telah dinaikkan jabatannya menjadi seorang kapten pilot karena hasil kerjanya yang begitu cemerlang dan sangat disiplin dalam bertugas.
Namun sayangnya, kehidupan pribadi pria itu tidaklah secemerlang kerjayanya. Dave harus terus menghindar dari kejaran Lifia, putri dari kolega bisnis mamanya.
Setelah usai pekerjaannya, Dave akhirnya sudah bisa pulang. Ia sudah tidak sabar untuk segera mengistirahatkan badannya. Pria itu mulai menyeret kopernya dan melangkah mantap menuju parkiran, tempat di mana supir Dave sedang menunggu untuk mengantarkannya pulang ke rumah.
Tiba-tiba saja, Dave mau tidak mau harus mengurungkan niatnya untuk pulang dengan cepat saat mendengar sebuah suara feminism dibalik punggung memanggil namanya.
"Dave ...," panggil satu suara wanita dari arah belakang David.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Arsyla adalah seorang wanita berumur 23 tahun, dan dia sudah memiliki suami yang bernama Edi. Usia Edi terpaut 3 tahun lebih tua dari Arsyla. Meski pernikahan mreka sudah beranjak 2 tahun, tetapi mereka belum di karuniai seorang anak. Edi maupun Arsyla tidak memusingkan akan hal itu, karna menurut mereka ekonomi keluarga harus bagus terlebih dahulu. Edi yang hanya bekerja sebagai OB di salah satu supermarket, dengan gajih pas-pasan masih harus menanggung kebutuhan sekolah adik adik-nya yang yatim, dan Arsyla pun tidak keberatan dengan keputusan itu. Sore itu Edi baru pulang dari kerja, iya pulang ke kontrakan yang dia tinggali bersama arsyla. Walaupun kontrakannya
Semua orang terkejut ketika tersiar berita bahwa Raivan Bertolius telah bertunangan. Yang lebih mengejutkan lagi adalah bahwa pengantin wanita yang beruntung itu dikatakan hanyalah seorang gadis biasa yang dibesarkan di pedesaan dan tidak dikenal. Suatu malam, wanita iru muncul di sebuah pesta dan mengejutkan semua orang yang hadir. "Astaga, dia terlalu cantik!" Semua pria meneteskan air liur dan para wanita cemburu. Apa yang tidak mereka ketahui adalah bahwa wanita yang dikenal sebagai gadis desa itu sebenarnya adalah pewaris kekayaan triliunan. Tak lama kemudian, rahasia wanita itu terungkap satu per satu. Para elit membicarakannya tanpa henti. "Ya tuhan! Jadi ayahnya adalah orang terkaya di dunia? "Dia juga seorang desainer yang hebat dan misterius, dikagumi banyak orang!" Meskipun begitu, tetap banyak orang tidak percaya bahwa Raivan bisa jatuh cinta padanya. Namun, mereka terkejut lagi. Raivan membungkam semua penentangnya dengan pernyataan, "Saya sangat mencintai tunangan saya yang cantik dan kami akan segera menikah." Ada dua pertanyaan di benak semua orang: mengapa gadis itu menyembunyikan identitasnya? Mengapa Raivan tiba-tiba jatuh cinta padanya?
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?