/0/13523/coverbig.jpg?v=bed2aa4320bf88c7538cbfd9cb2362b1)
Reynold, seorang preman kampung, jatuh cinta pada pandangan pertama dengan seorang gadis cantik berhijab, putri semata wayang Pak Haji Kipli sesepuh kampung yang baru lulus pesantren. Penampilan pemuda bernama asli Reyhan yang urakan itu menyulitkan dirinya sendiri untuk meraih hati sang gadis pujaan. Apalagi ketika ia harus bersaing ketat dengan Usman, ustaz muda putra Ustaz Arfan, yang jago ngaji dan sering mengisi kajian di majelis taklim. Demi mendapatkan sang pujaan, Reynold rela berubah. Meski harus jatuh bangun dan babak belur, apalagi ketika menghadapi dua macan jagoan yang selalu melindungi Farhana, sang gadis pujaan. Siapa lagi kalau bukan abang-abang kembar, Razaq dan Raziq? Bagaimana jerih upaya Reynold, eh, Reyhan, meraih cinta gadis impian? Mampukah ia selamat dari ancaman dua macan? Berhasilkah ia bersaing dengan ustaz muda tampan jebolan pesantren, yang notabene digandrungi gadis-gadis belia sekampung?
"Bang, mau sampai kapan kita backstreet begini? Sebenarnya, abang serius ngga, sih?" Gadis berhijab mocca yang bila tersenyum menyembulkan lesung pipi di kedua pipinya itu menatap serius Reynold. Pemuda itu sibuk memilin ilalang di tangan kanannya. Kemudian ia merebahkan tubuh di atas hamparan rumput di tepian sawah dan sungai berarus kecil ini. Pandangannya menatap hamparan langit berwarna jingga. Lalu pemuda itu mengembuskan napasnya berat.
"Abang khawatir keluarga Hana nggak bisa menerima abang." Reynold menoleh ke arah Farhana yang duduk menghadap ke arah sungai dangkal sambil memeluk lutut.
Sungai yang terbentang di tepian hamparan rumput dan sawah ini tidak begitu lebar. Airnya mengalir tenang dan begitu jernih, membuat siapa pun yang melihatnya berhasrat menyegarkan badan dan berendam di dalamnya. Bebatuan menyebar di segala penjuru. Beberapa ikan bersembunyi di sekitar bebatuan berukuran sedanag dan besar.
Hana menoleh dan memerhatikan wajah Reynold. Berusaha mencari keseriusan pada wajah bervwarna eksotis itu. Dirinya paling tidak suka dibohongi. Tapi tak ada kebohongan dari raut wajah pemuda yang sekilas terlihat mirip artis Hongkong, Andy Lau, dengan versi kearifan lokal.
"Masak preman kampung ciut menghadap calon mertua?" sindir Farhana. Gadis itu kembali menekuri pandangan ke arah sungai. Tak berapa lama suara azan berkumandang dan langit tiba-tiba berubah gelap. Hujan pun mengguyur tiba-tiba.
"Bangun! Kebiasaan elu kalo molor nggak inget bangun. Bangun, bujangan! Udah azan maghrib tuh. Kebiasaan molor di waktu asar." Babeh Rojali terus mencipratkan air ke muka anak semata wayangnya yang tergagap sambil mengerjapkan mata.
Pemuda itu lantas bergegas bangun dan mengusap wajahnya. Ternyata adegan tadi hanyalah mimpi. Ingin rasanya ia melanjutkan mimpi indahnya tadi. Seandainya babehnya tidak membangunkannya mungkin adegannya tengah berpacaran dengan gadis impian masih berlanjut.
"Ah, babeh mah demen banget ngerusak mimpi indah Rey aje deh." Meski enggan, Reynold alias Reyhan tetap melangkahkan kaki menuju kamar mandi. Dengan langkah gontai yang terasa berat, pemuda yang terkenal sebagai preman kampung itu menuju kran untuk berwudu. Basuhan demi basuhan pada sebagian anggota tubuhnya itu membuatnya kembali merasa segar dan sadar akan kehidupan nyata.
Farhana itu hanya angan yang takkan bisa diraihnya. Terlalu berat ujian untuk mendapatkannya. Dua kakak kembarnya jago silat dan ibunya sangat selektif memilih calon menantu. Bukan sekali dua kali Rey mendengar kabar penolakan dari beberapa pemuda kampung bahkan pemuda kampung lain yang mencoba meminang gadis manis berhijab itu.
***
"Belum berangkat gawe, Rey?" Babeh Rojali melongok dari balik tirai yang menutup pintu kamar Rey. Selang berapa detik ibu sambungnya memanggil keduanya dari dapur untuk segera sarapan.
"Badan Rey kayaknya meriang, Beh." Pemuda itu meringkuk di atas ranjang dengan berselimut sarung bermotif kotak-kotak. Selepas salat subuh ia melanjutkan tidur.
"Lagian elu semalam begadang sampe tengah malam. Bukannya istirahat tidur." Babeh menghampiri anak kesayangan semata wayangnya. Pria itu duduk di tepi ranjang. Semenjak kepergian mendiang istri pertamanya, babeh Rojali menikah dengan gadis yang usianya terpaut tiga tahun lebih tua dari Reyhan. Namun hingga saat ini belum juga dikaruniai keturunan. Terus terang, masih besar harapan babeh Rojali bisa menambah keturunan lagi karena ia hanya memiliki Reyhan, satu-satunya generasi penerus keturunannya. Sekarang babeh Rojali dan Saebah, istri mudanya, sedang menekuni promil.
"Beh, tolong gantiin Rey bisa nggak?"
"Lah, gimana ceritanya babeh gantiin elu? Kayak babeh nggak ada gawe aja. Makanya, kata babeh juga mendingan elu punya usah di rumah sini. Ngewarung kek, apa kek. Bukan jadi jagoan pasar. Jangan sok pahlawan elu. Resikonya gede itu." Babeh menasihati Reyhan yang tubuhnya semakin menggigil kedinginan. Jemarinya yang mulai terlihat keriput namun masih bertenaga dengan lihat memijit kaki dan tangan Rey. Pria itu juga memijit di beberapa titik syaraf yang ia pahami. Reyhan merasa sangat enakan dipijit babehnya saat itu.
"Beeeh .... Reeey .... Sarapan dulu yuk," panggil Saebah dari arah dapur. Terdengar suara piring dan gelas juga beberapa peralatan makan tengah disiapkan. Babeh Rojali lalu menuntun anaknya yang terlihat lemas dan lunglai.
"Selepas sarapan, babeh bawa elu ke bidan Hayati," ujar babeh sambil memapah Rey menuju dapur.
"Lah, ngapain ke bidan Hayati sih, Beh? Aye pan kagak hamil, Beh." Reyhan terdengar protes. Kedua bibirnya merengut.
"Yang bilang elu hamil siape? Heh, bidan Hayati juga sering ngobatin orang sakit. Banyak pasien setiap hari datang ke rumahnya." Babeh Rojali mendudukkan Rey di salah satu kursi makan. Lalu pria itu duduk di sebelah istrinya. Saebah langsung menyendok nasi dan menuangkannya ke atas piring suaminya.
"Ogah ah. Ke puskesmas aje. Jangan ke bidan Hayati. Nanti mata babeh jelalatan mandangin bidan Hayati yang kata orang aduhai ntuh." Reyhan meneguk teh hangat manis lalu menyomot pisang goreng. Dari raut wajahnya bisa dipastikan jika pemuda itu tidak merasa nyaman dengan setiap kunyahan yang terasa pahit. Setelah diperhatikan, pantas saja pahit karena ternyata pisang goreng gosong yang diambilnya. Ia kira, lidahnya sudah mati rasa karena sakit.
"Ehm! Ngomongin ape, nih?" Saebah berdeham. Sorot matanya mengarah tajam ke arah suaminya yang terlihat mesem-mesem dan gelagapan. Telinganya sudah akrab mendengar perbincangan bapak-bapak di pos ronda soal kemolekan janda bidan belum beranak itu.
"Engga apa-apa. Babeh cuma mau nganter Rey berobat ke bidan Hayati." Babeh buru-buru menyuap makanan ke dalam mulutnya hingga hampir tersedak. Kalau sudah membahas perempuan, ia tak mau berurusan lama-lama dengan sang istri. Bisa berabe dan runyam.
"Jangan berobat dulu. Tuh, Ebah udah buatin rebusan wedang jahe merah. Nanti diminum, ya, Rey. Siapa tahu ampuh buat ngobatin meriang elu. Kalau kondisi belum baik juga, baru deh berobat."
Merasa diperhatikan ibu sambungnya, dinding pertahanan Rey mulai runtuh perlahan. Bertahun-tahun dirinya membenci Saebah hanya karena tidak setuju dengan pernikahan babeh dan perempuan muda itu. Babeh memang terkenal dengan kekayaannya di kampung ini. Tanah dan sawahnya luas di mana-mana. Punya ternak sapi dan kambing juga. Gadis mana yang tidak terpikat dengan kekayaannya yang tidak habis tujuh turunan? Reyhan berpikir, Saebah sama saja dengan para gadis di kampungnya yang silau akan harta dan jabatan. Sebagai bentuk protesnya, pemuda itu bertingkah urakan layaknya preman.
"Iye, Nyak. Nanti Rey minum. Makasih, Nyak."
"Uhuk! Tolong .... Tolong ... Ambilin minum, Bah!" Babeh Rojali menunjuk-nunjuk ke arah gelas berisi teh tawar hangat. Saebah segera mengambilkan dan menyodorkan kepada sang suami yang tersedak. Reyhan menatap babehnya dengan rasa khawatir.
"Babeh nggak apa-apa?" tanya pemuda itu.
"Coba ulangi adegan tadi!"
"Adegan apaan, Beh? Adegan babeh keselek?"
Babeh Rojali menggelengkan kepalanya. "Yang barusan tadi tuh. Elu ngomong apa?"
"Apaan, sih? Kagak ngerti Rey, Beh."
"Elu tadi manggil Saebah dengan sebutan enyak. Babeh seneng banget. Akhirnya elu mau ngakuin Ebah sebagai emaklu." Babeh Rojali meraih sang istri ke dalam pelukannya. Sementara Saebah hanyak tersenyum melihat tingkah suaminya yang terlihat begitu bahagia.
"B aja kali, Beh. Nggak usah lebay dah."
Sementara itu Reyhan dengan santai melahap isi piringnya hingga tandas.
***
Sejatinya mencintai dan dicintai adalah fitrah manusia. Rayhana pernah mendengar kisah sayyidah Fatimah Az-Zahra, putri Baginda Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam, yang mencintai diam-diam sepupu ayahnya, Ali bin Abi Thalib. Pun begitu halnya dengan Ali yang juga memiliki rasa yang sama. Keduanya hanya bermunajat, memohon di sepertiga malam. Jika berjodoh, dekatkanlah. Bila tidak, jauhkanlah. Kini Rayhana laiknya sayyidah Fatimah. Ia merasakan indahnya cinta dalam diam itu. Hanya mampu mengagumi dan berdoa dalam hati jika lelaki itu muncul di hadapannya. Gadis itu tak berani berharap lebih. Rayhana menyadari latar belakang keluarganya tak memungkinkan untuk mewujudkan harapannya. Ayahnya seorang pemabuk dan penjudi. Ibunya bekerja banting tulang menghidupi keluarga dengan menjadi asisten rumah tangga keluarga priyayi. Keluarga di mana lelaki pujaannya itu mendapat curahan kasih sayang lebih dari cukup. Diam-diam Rayhana mencuri pandang setiap kali ia menggantikan posisinya ibunya ketika sakit. Tapi cinta itu menjadi rasa sakit baginya. Karena ia sadar betul siapa dirinya. Tapi bukankah kasih Allah kepada hambanya tak pernah pilih-pilih? Itulah yang diyakini seorang Rayhana.
Hanya ada satu pria di hati Regina, dan itu adalah Malvin. Pada tahun kedua pernikahannya dengannya, dia hamil. Kegembiraan Regina tidak mengenal batas. Akan tetapi sebelum dia bisa menyampaikan berita itu pada suaminya, pria itu menyodorinya surat cerai karena ingin menikahi cinta pertamanya. Setelah kecelakaan, Regina terbaring di genangan darahnya sendiri dan memanggil Malvin untuk meminta bantuan. Sayangnya, dia pergi dengan cinta pertamanya di pelukannya. Regina lolos dari kematian dengan tipis. Setelah itu, dia memutuskan untuk mengembalikan hidupnya ke jalurnya. Namanya ada di mana-mana bertahun-tahun kemudian. Malvin menjadi sangat tidak nyaman. Untuk beberapa alasan, dia mulai merindukannya. Hatinya sakit ketika dia melihatnya tersenyum dengan pria lain. Dia melabrak pernikahannya dan berlutut saat Regina berada di altar. Dengan mata merah, dia bertanya, "Aku kira kamu mengatakan cintamu untukku tak terpatahkan? Kenapa kamu menikah dengan orang lain? Kembalilah padaku!"
Anne mengikuti kontrak tertentu: dia akan menikah dengan Kevin dan melahirkan anaknya pada akhir tahun. Kalau tidak, dia akan kehilangan semuanya. Namun, itu lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Menghadapi penghinaan hari demi hari, dia sudah kehabisan kesabaran. Kali ini, dia tidak mau menyerah. Pada hari kecelakaan Kevil, Anne mengorbankan dirinya untuk menyelamatkannya. Meskipun dia hidup, dia akan segera menghilang di hadapan dunia. Nasib mereka terikat sekali lagi setelah bayi mereka tumbuh. Anne mungkin telah kembali kepadanya, tetapi dia bukan lagi wanita yang sedang mengejar cinta Kevin. Sekarang, Anne siap berjuang untuk putranya.
WARNING 21+ !!! - Cerita ini di buat dengan berhalu yang menimbulkan adegan bercinta antara pria dan wanita. - Tidak disarankan untuk anak dibawah umur karna isi cerita forn*graphi - Dukung karya ini dengan sumbangsihnya Terimakasih
Pada hari Livia mengetahui bahwa dia hamil, dia memergoki tunangannya berselingkuh. Tunangannya yang tanpa belas kasihan dan simpanannya itu hampir membunuhnya. Livia melarikan diri demi nyawanya. Ketika dia kembali ke kampung halamannya lima tahun kemudian, dia kebetulan menyelamatkan nyawa seorang anak laki-laki. Ayah anak laki-laki itu ternyata adalah orang terkaya di dunia. Semuanya berubah untuk Livia sejak saat itu. Pria itu tidak membiarkannya mengalami ketidaknyamanan. Ketika mantan tunangannya menindasnya, pria tersebut menghancurkan keluarga bajingan itu dan juga menyewa seluruh pulau hanya untuk memberi Livia istirahat dari semua drama. Sang pria juga memberi pelajaran pada ayah Livia yang penuh kebencian. Pria itu menghancurkan semua musuhnya bahkan sebelum dia bertanya. Ketika saudari Livia yang keji melemparkan dirinya ke arahnya, pria itu menunjukkan buku nikah dan berkata, "Aku sudah menikah dengan bahagia dan istriku jauh lebih cantik daripada kamu!" Livia kaget. "Kapan kita pernah menikah? Setahuku, aku masih lajang." Dengan senyum jahat, dia berkata, "Sayang, kita sudah menikah selama lima tahun. Bukankah sudah waktunya kita punya anak lagi bersama?" Livia menganga. Apa sih yang pria ini bicarakan?
Nadia Pamungkas saat ini sedang mengenyam bangku kuliah di Jakarta, dia pikir ide kedua orang tuanya menyuruh tinggal bersama kakak Tasya bukanlah suatu ide buruk. Namun ternyata Ini merupakan malapetaka besar bagi dirinya juga keluarganya terutama kak Tasya. Tasya menikah dengan Aldo pria blasteran Indo Jerman, karena dulu Tasya kuliah di Jerman keduanya akhirnya bertemu kemudian menikah. Kini keduanya sama-sama bekerja di salah satu perusahaan besar di Jakarta. Awalnya tampak biasa, Nadia pun merasakan tidak ada yang janggal dengan suami kakaknya dia begitu baik dan perhatian beda dengan kakaknya yang selalu sibuk, namun semakin lama Aldo berubah dia menunjukkan ketertarikannya pada Nadia, hingga pada akhirnya mereka melakukan satu kesalahan besar. Bagaimana kisah selanjutnya?
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.