"Jangan sampai kau kehilangan seseorang yang tak minta apa-apa kecuali waktumu." "Memprioritaskan seseorang itu bukan mengabari 24 jam setiap hari. Tapi mengabari kapan dan waktu harus berkabar. Sebab, hidup bukan hanya tentang bicara dengan mu saja, akan tetapi juga bertarung waktu. Mencari uang dan membangun ruang untuk di tempati bersama." Delindra mendapat petaka setelah mengintip kamar pengantin Angga, pria yang pertama kali menerobos dinding hatinya. Namun malah menikah degan Dahlia, sepupu yang merangkap saudara, setelah dijadikan anak angkat oleh Pak Hendra, ayah Delindra. Entah petaka atau anugerah, Delindra di nikahkan dengan Aditya. Delindra dan Angga menjadi dekat saat pernikahan masing-masing menuju kehancuran. Mereka berteman dan berusaha membantu satu sama lain untuk mempertahankan pernikahan namun malah saling jatuh cinta.
" Ahhhhh Mas...aku capek!"
" Sayang...nanggung nih, lanjut yuk!"
Langkah Delindra terhenti tepat di depan kamar pengantin yang di depannya dipenuhi dengan hiasan berbagai macam bunga, hingga ke daun pintu juga.
Entah kenapa tiba-tiba Delindra ingin melihat apa yang tengah terjadi di dalam kamar sana yang terdapat pasutri yang baru saja melangsungkan pernikahan, dan ini adalah malam pertamanya bagi mereka.
Delindra melangkah pelan-pelan menuju pintu yang dihias dengan bunga sedap malam yang bergelantungan di daun pintu.
Delindra sadar, nianya itu salah, tapi rasa penasarannya terhadap apa yang dilakukan Angga, pria yang dicintainya, semenjak pertama kali bertemu di kampusnya.
Namun saat Pak Hendra, Ayah Delindra menawarkan Angga, untuk memilih menikahi Delindra putri kandungnya atau Dahlia sepupu Delindra yang diangkat anak oleh Pak Hendra, Angga menjatuhkan pilihannya pada Dahlia.
Angga jatuh cinta pada Dahlia saat pertama kalinya melihat kecantikan Dahlia.
Delindra patah hati? Tentu saja, namun apa bisa dikata, cintanya bertepuk sebelah tangan.
Saat ini Delindra telah berada tepat di depan pintu, ia sedikit membungkukkan badannya, agar bisa mengintip kamar pengantin dari celah gagang pintu.
Obsesinya pada Angga membuat Delindra nekad melakukan hal tak bermoral tersebut.
Saat pupil matanya mulai menangkap bayangan pasutri yang tengah beradegan ranjang tersebut, tiba-tiba....
" Kamu sedang apa Del?"
Delindra yang terperanjat tak sengaja menyenggol guci di sampingnya, dan segera menoleh ke arah sumber suara, detak jantung Delindra semakin bertambah hebat saat ia ketahuan mengintip oleh Aditya.
Aditya adalah, pria yang datang dari kota untuk mengurus bisnisnya, dan sudah dua hari ini menginap di rumah Delindra, sebab mobilnya mogok di tengah malam.
Pak Hendra yang merupakan Rt di kompleks tersebut memberi bantuan untuk memberi tumpangan pada Aditya.
" Ada apa, kok aku seperti mendengar keributan?"
Delindra semakin tegang saat Angga keluar, dengan hanya memakai celana boxer selutut.
Angga menatap Delindra dan Aditya secara bergantian.
" Ini tadi Delindra mengintip...."
" Tadi saya melihat kayak ada ular yang masuk ke Kamar Mas Angga dan Mbak Dahlia, jadi untuk memastikannya aku ngintip, takutnya gigit Mbak Dahlia nantinya" Delindra dengan cepat memotong ucapan Aditya, sebelum Angga berpikiran yang macam-macam, walaupun itu benar sekalipun.
Angga menatap Delindra dengan penuh arti, yang Delindra sendiri tak tahu apa arti tatapan itu. Yang pasti perasaan Delindra saat ini tak karuan, malu dan takut bercampur jadi satu. Apalagi saat ini Dahlia juga keluar, juga bertanya ada apa.
" Masa iya sih di rumah ini ada ular" celetuk Aditya tampak bingung, dan ragu dengan pernyataan Delindra.
" Iya semenjak ada kamu kayaknya, makanya kalau bisa kamu secepatnya keluar dari rumah kami!" setelah berucap dengan ketusnya, Delindra melangkah pergi, sebelum Ayahnya datang dan ikut menanyakan.
*****
Pagi ini, semua penghuni rumah Pak Hendra yang terdiri dari Angga, Aditya, Dahlia dan Delindra, terakhir pak Hendra sendiri berkumpul untuk sarapan pagi.
" Mulai sore nanti mungkin saya akan keluar dari rumah ini Pak" tutur Aditya di sela sarapannya.
" Oh, udah bisa mobilnya Nak Adit?" tanya Pak Hendra.
" Iya Pak, mungkin nanti sore juga saya akan pulang ke kota!" terang Aditya.
" Saya haturkan terima kasih pada orang rumah ini, telah memberikan tumpangan pada saya!" sambung Aditya, yang ditanggapi oleh yang lainnya, kecuali Delindra.
Pasca kejadian semalam saat dirinya kepergok mengintip kamar pengantin, ia malu untuk berbicara. Lebih-lebih ke Angga, sekedar mengangkat wajahnya saja ia malu berlebihan.
****
" Mengintip kamar pengantin yang baru melangsungkan pernikahan itu kata orang dulu pamali, akan menimbulkan kesialan bagi pelakunya, bisa jadi petaka"
Kata-kata tersebut tergiang-giang di pikiran Delindra, namun sebisa mungkin ia tepis.
Kata-kata tersebut diucapkan tadi pagi saat Delindra berpamitan pada Pak Hendra untuk berangkat mengajar di Taman Kanak-kanak, yang ditekuninya semenjak Delindra lulus kuliah.
Tanpa melihat wajah sang Ayah, sebab tak kuasa menahan malu, Delindra langsung berangkat setelah salim. Entah darimana Delindra tidak tahu Ayahnya tahu kejadian semalam, padahal tidak ada saat kejadian berlangsung.
" Ini semua gara-gara Aditya!" gerutu Delindra menyalahkan Aditya, sebab ketahuan pria itu ia menjadi malu sama Angga juga Ayahnya.
*****
Sepulangnya mengajar, Delindra tidak langsung pulang, melainkan mampir ke danau biasa ia satai dengan Dahlia untuk menghilangkan kepenatannya.
Namun setelah menikah dengan Angga, pria yang dicintainya, pastinya Dahlia tak akan lagi sempat untuk meluangkan waktu bersama Delindra, apalagi pergi ke danau yang sudah biasa ia kunjungi berpikir, daripada pulang ke rumah dan melihat pria yang dicintainya bermesraan dengan Dahlia, saudara angkatnya, mending ia santai dulu di danau, sekalian menghibur diri dari patah hatinya.
Delindra duduk di hamparan bebatuan menikmati angin sore yang menerpa wajahnya, dan menerbangkan anak-anak rambutnya.
" Ternyata kamu disini rupanya!" ucap Aditya yang tiba-tiba datang dan menghampiri Delindra.
" Ngapain kamu kesini?" tanya Delindra ketus.
" Aku mau pamitan, Btw terimakasih ya atas tumpangannya, walaupun aku tahu, kamu gak ikhlas!"
Delindra menatap Aditya dengan sengit.
" Baguslah jika kamu sadar" tanggap Dindra.
Aditya bergeming.
" Soalnya aku juga sadar, mobil mogok itu hanya akal-akalanmu saja kan, mobil kamu di mogok-mogokin biar dikasih tumpangan geratis, secara tinggal di penginapan itu bayar, sedangkan di rumahku GE-RA-TIS" Delindra meneka kalimat terakhirnya.
" Kamu salah, aku sampai rela nyariin kamu kesini hanya demi bayar biaya tinggal dan makanku selama dua hari ini di rumahmu, nih!" Aditya meletakkan amplop di telapak tangan Delindra.
" Tadi aku kasih ke Ayahmu, tapi ditolaknya walaupun aku paksa, mau kasih ke Mbak Dahlia, dia lagi keluar sama suaminya, yaudah aku cari kamu, takut dianggap hutang sama kamu!" papar Aditya.
" Oh ya bagus dong kalau gitu!" ketus Delindra, lalu melangkah melewati Aditya untuk berlalu.
Karena tak hati-hati, tanpa sengaja bahu Delindra menyenggol bahu Aditya, hingga Aditya oleng dan terjatuh ke dasar danau.
" Aaa...." Aditya berteriak.
Delindra hanya menatapnya tanpa ekspresi.
" Del...tolong aku!" teriak Aditya dengan tangan yang bergerak-gerak gaya minta tolong.
" Tolong aku, aku gak bisa berenang!" ucap Aditya yang bergerak-gerak di air.
" Kamu pasti bohong kan? Biar aku nolongin kamu gitu, ogah! Aku tak mudah tertipu!"
Setelah berucap Delindra melangkah hendak meninggalkan Aditya, namun baru selangkah ia berhenti saat mendengar Aditya memekik minta tolong, bahkan suaranya sudah terengap-engap.
" Eh, Mas Adit, kamu seriusan gak bisa berenang?" Delindra mulai panik.
" T-tidak...Del...." suara Adit mulai tak jelas di dengar Delindra.
" Duh Mas, gimana ini, aku juga tidak bisa berenang!" suara Delindra terdengar getir, ia menoleh ke sana kemari mencari seseorang untuk dimintai pertolongan, namun tak ada satupun orang yang lewat.
Dipandanginya Aditya yang gerakannya mulai sedikit hilang. Karena khawatir dengan keadaan Aditya, bagaimanapun itu kesalahan Delindra walaupun tak di sengaja.
Delindra yang tak punya pilihan lain segera menceburkan diri ke danau untuk menolong Aditya.
Sontak Aditya yang tadinya pura-pura tenggelam dan tak bisa berenang tertawa saat melihat Delindra menceburkan diri ke danau.
Selanjutnya Aditya naik ke atas daratan, meninggalkan Delindra yang tengah terengap-engap sebab memang tidak bisa berenang sungguhan.
" Udah lah Del...gak usah akting, aku tahu kamu mau bales aku kan?" ucap Aditya yang tak percaya, dengan sesekali terkekeh
" Mas, to-to...long....!" suara Delindra nyendat-nyendat, sebab susah bernafas, paru-parunya juga mulai kemasukan air.
Gerakan Delindra semakin melemah, hingga akhirnya gadis itu benar-benar tak bergerak.
" Del...Delindra!" Aditya memanggil Delindra, masih mau memastikan bahwa Delindra hanya pura-pura.
Namun setelah beberapa detik kemudian tidak ada reaksi dari Delindra, Aditya segera mencemplungkan diri ke danau, dan menangkap tubuh Delindra yang sudah tak sadarkan diri untuk dibawanya ke atas daratan.
" Del, bangun Del...." Aditya tampak panik, sambil menepuk-nepuk pelan pipi Delindra. Namun Delindra tak bereaksi apapun.
Mendadak hujan lebat turun, Aditya segera membopong tubuh Delindra berteduh di sebuah pondok beratap daun yang terletak di pinggir danau.
Setibanya di pondok yang tak bertebing, Aditya membaringkan tubuh Delindra yang masih tak sadarkan diri.
Sesekali Aditya menekan-nekan dada Delindra, namun tak berhasil.
Aditya benar-benar panik, ia membuka bajunya dan menjadikan bantal di kepala Delindra.
Dipandanginya wajah Delindra, terlintas dipikirannya untuk memberi nafas buatan. Tapi ia takut, namun tidak ada pilihan lain.
Aditya nekad menyentuh 6ibir Delindra dan memberinya nafas buatan.
Percobaan pertama gagal, Aditya mencoba untuk kedua kalinya, juga gagal. Hampir menyerah...namun sekali lagi Aditya mencobanya tuk ketiga kalinya.
" Uhuk-uhuk...uhuk...." Delindra terbatuk-batuk bersamaan dengan matanya terbuka. Aditya berhasil.
Aditya yang merasa senang refleks memeluk Delindra.
" Syukurlah kamu gak papa Del!" ucap Aditya girang. Namun bersamaan dengan itu tiba-tiba....
" Ini dia Pak Rw, orang yang telah berbuat mesum di tempat ini!"
Aditya terlonjak kaget, dengan kedatangan segerombolan orang-orang yang telah mengerumuninya.
" Ada apa ini rame-rame!" tanya Delindra yang masih tak mengerti.
" Kalian telah kepergok berbuat hal yang tidak senonoh di tempat ini, jadi kalian akan mendapatkan sangsi!" ucap Pak Rw tegas. Membuat Delindra panik.
" Sebentar-sebentar...ini hanya salah paham!" Aditya mencoba menjelaskan.
" Alah...salah paham gimana, jelas-jelas sudah terbukti salah masih saja mengelak!"
" Iya, sudah jelas gak pakai baju, terus kita lihat tadi juga berc1uman!"
" Terus berpelukan lagi, kurang bukti apa?"
Para warga melontarkan masing-masing pendapatnya.
" Ayo sekarang kita seret mereka!"
" Tidak, tunggu dulu!" berontak Delindra, ia berusaha untuk menyelamatkan dirinya dari kesalah pahaman ini, namun para warga mana peduli, malah menyeret Delindra dan Aditya, lalu diarak menuju rumah Pak Rt, yaitu Pak Hendra, yang merupakan Ayah Delindra sendiri.
Delindra tak dapat menahan air matanya, ia tidak tahu apa kata Ayahnya nanti, mendadak ia teringat akan kata-kata sial yang tadi pagi Ayahnya katakan.
Delindra berpikir, mungkin ini petaka dari perbuatannya semalam. Meskipun hanya keisengan belaka.
Menyesal pun sudah tiada guna.
****
" Jangan...jangan hukum Delindra dengan mengusirnya dari tempat ini, beri cara lain untuk menebus kesalahan mereka!" pinta Pak Hendra dengan bersimbah air mata, rasa malu juga sedih bersatu di benaknya.
Delindra hanya bisa menundukkan wajahnya dalam-dalam, ia sangat malu untuk mengangkat wajahnya, bagaimana seorang guru di sekolah TK malah dituduh kepergok berbuat tidak senonoh.
" Baiklah, kalau begitu bagaimana kita nikahkan saja mereka berdua!" usul Pak Rw
Sontak Delindra membelalakkan matanya, ia tak tahu, ini petaka atau anugerah. Seperti apa yang dikatakan Ayahnya.
___________
Menceritakan kekhilafan dua wanita yang begitu terobsesi dengan pria yang berstatus ipar mereka masing-masing .... Rara dan Sasha adalah saudara kembar identik, nyaris tak bisa dibedakan kalau saja keduanya berpenampilan sama. Untungnya penampilan keduanya berbeda. Rara non hijab, sedangkan Sasha berhijab. Kesamaan mereka yang hampir tak bisa dibedakan tersebut rupanya dijadikan kesempatan oleh mereka berdua dengan bertukar pasangan. Lebih tepatnya tukar posisi istri. Tepat seminggu dari pernikahannya. Rara menjadi istri dari Gasta-suami Sasha. Sedangkan Sasha menjadi istri dari Genta-suami Rara. Tentunya mereka lakukan secara diam-diam. Alasan Rara dan Sasha tukar posisi istri tersebut, mereka tak cocok dengan suami pilihan papanya, keduanya berpikiran kalau jodoh mereka tertukar. Karenanya mereka mencoba tukar posisi selama seminggu. Karena nafsunya yang menginginkan pria yang diidamkan, saudara kembar itu khilaf. Nekat memainkan pernikahannya sendiri. Namun siapa sangka niat main-main mereka malah menghasilkan dampak luar biasa bagi perasaan Gasta dan Genta-suami mereka masing-masing. Terhadap istri palsu mereka, Rara dan Sasha.
Ayana heran dengan suaminya Dindar yang selalu marah bahkan tak segan melakukan kekerasan terhadap dirinya hanya sebuah kesalahan yang menurut Ayana tak patut untuk dijadikan masalah hingga melakukan kekerasan. Kesalahan Ayana yaitu mendesah saat melakukan hubungan suami istri. Sekalipun itu tak sengaja Ayana lakukan maka Dindar tak segan untuk marah dan menyakiti Ayana. Namun ternyata Dindar punya rahasia dibalik kelainan gairahnya tersebut.
Dinar dan Inder menikah sebab punya tujuan masing-masing. Inder karena menginginkan perusahaan dari ayahnya, sedangkan Dinar biar ada yang membiayai kuliahnya yang mengambil jurusan bidan. Siapa sangka Dinar malah jatuh cinta pada Inder, namun Inder tidak. Sebab Inder memiliki mantan yang begitu cantik bahkan indah menurut Inder. kecantikan mantannya itu sulit membuat Inder bisa menerima pernikahannya dengan Dinar sekalipun Dinar sudah menerima bahkan jatuh cinta pada pria dingin itu. Saat Dinar ingin menyerah dan ingin bercerai, barulah ia tahu, bahwa Inder punya rahasia dengan mantannya tersebut. Hingga pria itu sulit melepas hubungannya sekalipun telah menikah.
Nando---saudata tiri Laily diam-diam punya hasrat terpendam pada saudari tirinya tersebut. Entah kenapa setiap kali melihat Laily---adik tirinya, pria itu kerap tak bisa menahan diri untuk memiliki gadis ayu nan berwajah shalihah tersebut. Hingga dorongan birahinya pada suatu malam membuat pria itu nekat hendak menodai sang adik ketika ingin melaksanakan ibadah. Untung saja ada sosok seorang seorang pria pemabuk bernama Abdi yang menolongnya. Fatalnya, Abdi malah dijatuhi fitnah, hingga terpaksa pria pecandu alkohol tersebut harus menikahi Laily---wanita yang sudah jadi sasaran sang kakak tiri.
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Naya Agustin, "aku mencintaimu, tapi cintamu untuknya. Aku istrimu, tapi kenapa yang memberi segalanya ayah mertuaku?" Kendra Darmawan, "kau Istriku, tapi ayahmu musuhku. Aku mencintamu, tapi sayang dosa ayahmu tak bisa kumaafkan." Rendi Darmawan, "Jangan pedulikan suamimu, agar aman dalam dekapanku."
21++ Bocil dilarang mampir Kumpululan Kisah Panas Nan Nakal, dengan berbagai Cerita yang membuat pembaca panas dingin
Kesalahan satu malam, membuat semuanya menjadi hancur lebur. Miranda berawal hanya bersenang-senang saja, tapi sialnya malah dia terjebak malam panas dengan Athes Russel. Hal yang membuatnya semakin kacau adalah pria itu merupakan teman bisnis ayahnya sendiri. “Kita bertemu lagi, Miranda,” bisik Athes serak seraya memeluk pinggang Miranda. Miranda mendorong tubuh Athes keras. “Shit! Menjauh dariku, Jerk!” Athes terkekeh sambil membelai rahang wanita itu. “Bagaimana bisa aku melupakanmu? You’re so fucking hot.” *** Follow me on IG: abigail_kusuma95 (Informasi seputar novel ada di IG)
Keseruan tiada banding. Banyak kejutan yang bisa jadi belum pernah ditemukan dalam cerita lain sebelumnya.
Kisah seorang ibu rumah tangga yang ditinggal mati suaminya. Widya Ayu Ningrum (24 Tahun) Mulustrasi yang ada hanya sebagai bentuk pemggambran imajinasi seperti apa wajah dan bentuk tubuh dari sang pemain saja. Widya Ayu Ningrum atau biasa disapa Widya. Widya ini seorang ibu rumah tangga dengan usia kini 24 tahun sedangkan suaminya Harjo berusia 27 tahun. Namun Harjo telah pergi meninggalkan Widy sejak 3 tahun silam akibat kecelakaan saat hendak pulang dari merantau dan karna hal itu Widya telah menyandang status sebagai Janda di usianya yang masih dibilang muda itu. Widya dan Harjo dikaruniai 1 orang anak bernama Evan Dwi Harjono