/0/13005/coverbig.jpg?v=9cd78141f83941c03784c9a5bde701b1)
Karine seorang wanita duta perusahaan terkenal harus merelakan keperawanannya direnggut oleh dua CEO demi melanjutkan kerja sama antar perusahaan dan melanjutkan bisnis ayahnya. Karine telah menjadi wanita simpanan Pak Bilang dan Pak Arum selama dua tahun terakhir. Walau Karine tahu bahwa kedua CEO tersebut telah beristri dan bahkan telah mempunyai buah hati, Karine tetap saja rela dijadikan wanita pemuas nafsu untuk memenuhi tuntutan kedua CEO tersebut dan bisnis ayahnya tetap berjalan. Lalu bagaimana nasib Karine dan perusahaan ayahnya jika kedua istri CEO itu mengetahui perselingkuhan mereka?
Karine hanya mampu menikmati gairah yang diberikan oleh dua CEO tampan dalam ruangan rapat kedap suara. Tubuh mungilnya ditelanjangi, ditindihnya ke arah tembok sehingga pergerakannya terkunci. Empat tangan ganas berurat berusaha mengerogoti seluruh belah tubuh Karine.
"Apa kamu menginginkan kerja sama ini tetap berjalan, hmm?" Pak Bilang mendonggakkan dagunya, terlihat mata masih terpejam menikmati sentuhan.
Pak Arum ikut berucap, "Dengan begini kamu tidak perlu susah payah mempertahankan karir menjadi seorang duta perusahaan. Kami bisa memberimu hingga miliaran. Siapa yang akan menolaknya."
Suara desahan mulai digemai dalam ruangan. Pakaian kantor Karine yang tadinya cukup rapi kini satu-persatu mulai lepas. Tubuhnya kini tanpa benang.
"Tidak perlu takut, kamu sudah melakukan ini selama dua tahun, bukan?" Terus saja pertanyaan dialihkan pada Karine, tepat pada jenjang telinganya.
Suara Pak Bilang dan Pak Arum begitu membuat Karine ikut bernafsu tinggi.
"Apapun demi perusahaan," jawab Karine yang sesekali mendesah.
Tingg
Namun, suara dentingan ponsel membuat mata ketiganya menyorot pada atas rak buku, menghentikan aksi yang telah diperbuat.
"Siapa?" Pak Arum bertanya mendahului setelah mengetahui dentingan ponsel itu berasal dari ponsel Pak Bilang, meninggalkan Karine tanpa pakaian di atas meja kerja.
Dilihatnya panggilan itu berasal dari Nadin, istri Pak Bilang. Jelang beberapa menit, mereka melakukan sebuah perbincangan hingga berakhir.
"Aku cabut duluan," ungkap Pak Bilang yang langsung saja meraih pakaiannya dan segera bergegas keluar dari ruangan itu meninggalkan Karine dan Pak Arum di sana.
"Sepertinya aku harus menikmati tubuh mungilmu sendirian, Karine."
Tak ingin melewatkan kesempatan itu, Pak Arum tanpa aba-aba memusatkan perhatiannya pada tubuh Karine yang sedari tadi siap. Mereka kembali melakukan aksinya tanpa menyadari kini jarum jam telah menunjuk pukul 17.30.
Setelah berkemas, Karine berucap, "Pak, duluan ya." Ia meraih segala perlengkapannya, membersihkan seisi ruangan seolah tak terjadi apa-apa di sana.
"Iya, istri Bapak juga sudah menelepon," akhirnya.
Kini Karine meninggalkan ruangan, melihat jam mulai larut, Karine bergegas keluar dari perusahaan tersebut setelah mendapati suasana luar mulai menjelang magrib. Lagian di tempat itu juga sudah tidak ada siapa-siapa.
Kakinya dengan cepat berjalan menyusuri trotoar menuju kompleks yang tempatnya tak jauh dari sana, ia hanya mengandalkan kaki agar bisa sampai walau selangkangannya lumayan perih berjalan.
"Karine!" Suara teriakan dari arah berlawanan membuat langkah wanita itu terhenti.
Yuna, salah satu karyawan perusahaan milik CEO menghampiri. Ia juga tinggal di daerah komplek Karine. Tampak di tangannya terdapat kantong kresek dengan isian martabak di dalamnya.
"Si Yuna lagi! Pasti dia bakalan tebak gua dari mana!" batin Karine seraya memutar bola matanya malas. Tampak tak ada semangat untuk kembali berdebat dengannya terlebih lagi keadaan tubuh Karine yang mulai lemas akibat ulah Pak Arum beberapa menit lalu.
Dengan tatapan mencurigakan, Yuna bertanya, "Baru pulang dari kantor? Emang ada bisnis penting banget yang harus lo bicarakan sampai selarut ini?"
"Udahlah, gak usah kepo urusan atasan!" Karine menjawab disertai alisnya yang mulai mengerut. Tampak tingkahnya membuat Yuna mampu menebak.
Perahan Yuna mendekatkan wajahnya pada raut wajah Karine, mencoba membaca sudut wajah. "Lo ... Habis digilir lagi kan sama CEO tampan itu?" tebaknya tanpa ragu.
"N-nggak! Gak usah mikir aneh, gua ada tugas tambahan tadi!" hindarnya. Tak ingin di tanya macam-macam lagi, Karine berusaha menjauh dari posisi Yuna setelah feeling nya mulai tak bisa ditebak.
"Bohong, gua juga dapat Pak Arum tadi baru pulang. Berarti pasti habis-"
Huussttt!!!
"Sekali lagi lo ngomong ini, gua bakalan lapor ke atasan lo! Awas aja!" Bibir Yuna di dekap seketika oleh Karine, takut jika tetangganya ikut mendengarkan perbincangan ricuh itu.
Kini dengan cepat ia menjauh, tubuhnya tak bisa di topang lebih lama lagi. "Halahh, pasti Yuna iri soalnya perusahaan gua bakal tetap kerja sama sama perusahaan atasannya!"
Karine mulai meraih kunci kompleknya dari bawah pot bunga, di pegangnya gagang pintu bersiap untuk masuk.
Clakk
Ruangan itu terbuka, Karine menghempas seisi tasnya di atas kasur yang sedari tadi pagi berantakan saat ia meninggalkan tempat itu, setelahnya beralih menuju kamar mandi untuk membersihkan cairan putih kental Pak Arum yang sempat tersisa di area intimnya.
Jam kini menunjuk pukul 21.34, Karine sibuk dengan ponsel di atas kasur empuk miliknya, bersenda gurau bersama lawan gender di dalam ponsel tersebut.
David, kekasih Karine yang sampai saat ini belum juga mengetahui kelakuan dari pacarnya padahal mereka telah merajut asmara sekitar tiga tahun sepuluh bulan. Memang, David terkadang mempunyai firasat buruk tentang Karine tapi kembali di kuatkan oleh gugatan Karine yang seakan tak pernah melakukan hubungan intim dan berlagak layaknya seorang gadis perawan.
[Udah dulu ya Ayang, ngantuk.]
[Ok, see you baby]
Mereka mengakhiri perbincangan yang berlangsung sekitar satu jam empat puluh menit. Karine hanya beralasan, nyatanya ia mendapati panggilan dari Pak Bilang, bagaimanapun CEO itu yang utama.
"Pak Bilang ngapain telepon tengah malam? Apa dia butuh gua lagi, soalnya kan tadi dia gak sempat, mana tadi udah di ujung."
Tangannya perlahan menekan tombol, memastikan bahwa memang yang menelepon adalah Pak Bilang. Tanpa berdecak lebih dahulu, Pak Bilang memulai.
[Karine, di mana?] Dari suaranya saja Karine mampu menebak bahwa pria beristri itu menginginkan sesuatu. Suara agak candu.
Karine ikut membalas dengan suara yang mampu menggoda Pak Bilang pula. [Iya Pak? Ini di komplek sendirian.]
[Tunggu Bapak di situ,] akhir Pak Bilang sontak mematikan panggilan tersebut. Karine mampu menebak maksud dari pria muda.
Tak membuang banyak waktu, ketukan pintu komplek terdengar jelas. Karine mampu menebak bahwa itu adalah Pak Bilang.
Clakk
Dibukanya pintu tersebut, memperlihatkan Pak Bilang dengan kegagahannya berdiri di sana. Tanpa berucap, pria itu langsung saja meraih dan mendorong tubuh Karine hingga mentok pada tembok. Tatapannya agak berbeda.
"Pak? Bapak mabuk?" tanya Karine perlahan. Suara napas Pak Bilang mampu ia dengar begitu jelas. Tak ada celah di antara keduanya.
"Kamu mau bisnis tetap berjalan? Maka, terima ini!" Belah dada yang tertutup dengan baju tidur bergambar Doraemon tanpa bra yang ia gunakan sangat mudah membuat Pak Bilang menjelajah. Terus saja CEO itu menikmati tubuh Karine, sedangkan gadis itu hanya pasrah.
Kecupan tercipta agak lembut, Karine berusaha menarik tubuhnya menuju kamar agar lebih leluasa. Sesampainya, Pak Bilang langsung saja menghempas tubuh Karine di atas kasur dengan ganas, perlahan baju dan celana yang ia gunakan mulai terbuka, menyisakan CD biru navy milik Pak Bilang.
"S-stop Pak." Karine menghentikan aksi Pak Bilang sekejap.
Tanpa bertanya, pria kekar itu hanya menunggu Karine melanjutkan ucapannya. "Nanti kalau ada yang tau Bapak di sini kan bahaya. Apalagi ini pertama kalinya Bapak ke sini malam-malam, takutnya ada yang lapor ke istri Bapak."
"Siapa yang berani melawan saya? Apa saya harus peduli? Saya tidak peduli! Yang jelas nafsu saya malam ini terpenuhi oleh tubuh mungilmu, Karine!"
Cover by Lee Design warning 21+ !!! Adult Content2 Menikah di usia muda awalnya bukan pilihan bagi Alia tetapi ketika pacarnya mengutarakan niatnya kepada orang tuanya dan mereka menerima akhirnya Alia menjadi seorang istri di usia yang masih terlampau muda. Antara kuliah dan kewajiban seorang istri berusaha Alia jalanin walaupun harus menerima sikap mertuanya yang tidak menyukainya. Bahkan demi masa depan suaminya , Alia harus merelakan kehormatannya tergadaikan tetapi ketika seseorang yang tidak pernah di sangka Alia menolong dan membuat wanita itu merasakan sesuatu yang terlarang apa kah Alia harus melupakan perasaannya atau berbuat dosa dengan berkhianat dari suaminya. Ini hanya cerita fiktif. Bila ada kesamaan nama dan tempat, itu hanya kebetulan belaka. Tidak ada maksud menyinggung suku, agama dan ras mana pun, hanya imajinasi penulis
Warning! Banyak adegan dewasa 21+++ Khusus untuk orang dewasa, bocil dilarang buka!
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Yolanda mengetahui bahwa dia bukanlah anak kandung orang tuanya. Setelah mengetahui taktik mereka untuk memperdagangkannya sebagai pion dalam kesepakatan bisnis, dia dikirim ke tempat kelahirannya yang tandus. Di sana, dia menemukan asal usulnya yang sebenarnya, seorang keturunan keluarga kaya yang bersejarah. Keluarga aslinya menghujaninya dengan cinta dan kekaguman. Dalam menghadapi rasa iri adik perempuannya, Yolanda menaklukkan setiap kesulitan dan membalas dendam, sambil menunjukkan bakatnya. Dia segera menarik perhatian bujangan paling memenuhi syarat di kota itu. Sang pria menyudutkan Yolanda dan menjepitnya ke dinding. "Sudah waktunya untuk mengungkapkan identitas aslimu, Sayang."