/0/12619/coverbig.jpg?v=18e265de4c4bc4037c4079b9aac3c79c)
Bagaimana jadinya jika pembunuh bayaran bereinkarnasi menjadi putri antagonis dalam novel yang dinistakan? "Kau adalah diriku dan aku adalah dirimu. Seluruh jiwa dan raga baru ini milikmu. Balaskan dendam atas kematianku." Archelia Monic bangun sebagai anak kecil berusia enam tahun bernama Athea Dominic, putri ke dua Duke Aaron Dominic yang dianggap sebagai sampah karena dalam dirinya mengalir darah Klan Api. Bukan hanya oleh keluarga tirinya, bahkan di antara bangsawan namanya menjadi bahan ejekan. Cinta buta Athea kepada Pangeran Pertama Alexander Kingston membuatnya mati dipenggal karena dijadikan kambing hitam. Kini, Athea baru terlahir kembali. Setelah Klan Air mampu merobohkan Kerajaan Agneysia milik Klan Api dan mendirikan kerajaan baru, seluruh keturunan Klan Api dihilangkan kekuatannya dan dijadikan rakyat jelata. Athea bangkit. Demi membuktikan diri, dia masuk ke dalam pasukan elite kerajaan dan menjadi salah satu prajurit paling mematikan. Siapa sangka, ketika di hari kematiannya dalam novel, Athea selamat, tetapi keluarganya dibantai habis karena dijadikan kambing hitam oleh Pangeran Pertama demi merebut takhta raja. Dendam Athea meluap hingga mempertemukannya dengan Azrael, pria lemah yang ia manfaatkan demi ambisi, tetapi ternyata menyembunyikan identitas sebagai Putra Mahkota Klan Api yang menuntut balas dendam. Mampukah Athea membalaskan dendam kematian keluarganya dan merobohkan pemerintahan Pangeran Pertama bersama Azrael?
"Kau memesan pembunuh bayaran untuk bunuh diri?"
Archelia terkekeh tak percaya dengan orang yang ia hadapi. Dia adalah seorang pria berkaca mata, tampak begitu tenang di depan layar laptop. Pemuda paling aneh yang pernah ditemuinya. Barang kali Archelia tidak akan pernah percaya ada kasus seperti ini jika bukan karena pemuda itu adalah partnernya sendiri.
"Hidup terlalu melelahkan untuk memuaskan semua orang," gumam pemuda itu setelah mematikan layar laptopnya.
Bangkit dari kursi putarnya, melewati Archelia lalu berdiri di depan rak besar yang penuh dengan novel karyanya. Pemuda itu mengambil sebuah novel, lantas kembali mendekati Archelia.. Tangannya terulur, menyerahkan buku dengan sampul berwarna ungu dengan hiasan cahaya dan pita berjudul, "Villain's Darkside".
"Untukmu. Anggap saja sebagai rasa berterimakasihku."
"Aku tidak suka membaca," dengkus Archelia tidak menerima uluran buku itu.
Namun, meski mendapat peolakan, pemuda itu tetap memaksanya dengan menggenggamkan novel itu ke tangan Archelia.
"Anggap saja itu permintaan terakhirku," ucap si pemuda lalu membalikkan badan.
Sekali lagi, Archelia benar-benar dibuat terheran-heran dengan pemuda yang dihadapinya. Jika dilihat dengan mata telanjang, pemuda itu tampak tidak memiliki masalah. Baik-baik saja, malah. Itu terbukti dengan deretan novel yang telah naik cetak, bahkan di beberapa novelnya terlihat tulisan "Best Seller".
"Kau bisa membunuhku sekarang," ucap pemuda itu membuat perhatian Archelia pecah.
Memang, jika dilihat lebih dalam, tatapan pemuda itu tampak sangat kosog seolah tak memiliki kehidupan. Lebih tepatnya tidak memiliki harapan hidup di sana. Seolah, di balik tubuh sehatnya terdapat sesuatu yang rapuh dan mungkin telah hancur.
Archelia seharusnya bersikap profesional, tetapi kali ini pikirannya dibuat sangat terganggu. Wanita itu berjalan mendekati pemuda yang duduk di atas kursi menghadap jendela kaca menghadap pemandangan kota. Mungkin dia bisa membujuk pemuda itu untuk mengurungkan niatnya. Mati memang mudah, tetapi siapa yang tahu ada apa di balik kematian itu sendiri.
"Hei, Nak. Bisakah kau pikirkan lagi keputusanmu ini?" Archelia menimbang-nimbang novel di tangannya. "Aku bisa mentransfer kembali uangmu jika kau mengurungkan niat untuk mati. Kau masih muda, kau juga sukses. Hidup terlalu baik untuk kau tinggalkan."
Ada seulas senyum yang terbit di wajah pemuda itu. "Kau tidak akan mengerti. Orang yang bersusah payah berusaha untuk dirinya sendiri tidak akan mengerti cara hidup orang yang berusaha untuk pengakuan orang lain."
"Kau bisa juga bisa melakukan-"
"Bisakah kau membunuhku sekarang?"
Dor!
Setelah kematian pemuda itu dan novel yang diberikannya pada Archelia, entah mengapa pikiran wanita itu menjadi tidak tenang. Dalam beberapa misi, ia selalu melakukan kesalahan yang nyaris membunuhnya. Selalu ada keresahan yang menerornya, seolah tak ingin membiarannya mendapat ketenangan, meskipun itu dalam tidur. Hingga saat itu datang.
Archelia terbangun di tempat yang gelap dan sunyi. Entah tempat apa itu, tetapi hanya ada kegelapan. Paling tidak, semua gelap sebelum ia menoleh pada seorang wanita jelita yang bersamanya bersama serta cahaya surgawi. Tatapan sayu pemilik Surai legam itu seolah mengantarkan perasaan sesak yang lantas membuat Archelia memegang dadanya yang mendadak nyeri luar biasa. Bukan karena luka, tetapi karena sebuah perasaan yang tak mampu didefinisikan.
Namun, paras menawannya tak berbanding lurus dengan dress kuning gadingnya yang tampak begitu kotor dipenuhi tanah cokelat. Bahkan, terdapat sisa cairan berwarna merah yang telah mengering di sekujur tubuhnya, yang tentu saja terlalu mudah dikenali Archelia. Mata Archelia menyipit ketika melihat leher wanita itu mengeluarkan darah.
"Siapa kau?" Archelia bersikap waspada. Ia hendak melangkah, tetapi mendadak tubuhnya menjadi beku. Ia tak mampu bergerak.
"Kau adalah diriku, dan aku adalah dirimu. Seluruh jiwa dan raga baru ini milikmu. Balaskan dendam atas kematianku."
"Kematianmu?" Kening Archelia mengernyit heran.
Alih-alih menjawab, wanita itu justru lenyap secara perlahan menjadi butiran cahaya hingga membuat tempat itu kembali dipenuhi kegelapan. Namun, tak lama setelah itu, sebuah memori kehidupan muncul secara acak di kepalanya bagai kaset rusak. Teriakan, cacian dan kekerasan.
Mengapa dia mengalami hal semacam ini?
"Ayah?" panggil sang gadis serayaengulurkan tangan meminta tolong. Namun, pria gagah yang dipanggilnya ayah itu malah berpaling dan meninggalkannya diseret paksa memasuki penjara yang gelap mengerikan.
Slide memori meloncat pada gadis yang menangis ketakutan di dalam penjara yang sunyi. Secercah harapan muncul dalam binar tatkala ia mendapati kedatangan sosok pria berpakaian elite nan gagah. Sosok pria pujaan hati yang membuat akal sehat Athea hilang karena kegilaannya pada sang pangeran.
"Yang Mulia, apakah Anda datang kemari untuk menolongku?" Athea malang mengesot, sesekali meringis karena memar di tubuhnya bergesekan dengan lantai. Ia bergerak terseok layaknya anjing kehausan. Hanya bisa mencengkeram besi penjara yang memisahkannya dengan sang pangeran.
"Kau bilang, kau mencintaiku, 'kan?" Suara berat yang dingin tanpa empati.
"Ya! Tentu saja aku sangat mencintai Pangeran."
"Jadi, kau rela berkorban untukku?"
"Aku rela mati untukmu!" sahut Athea cepat.
Hal itu membuat salah satu sudut bibir Sang Pangeran terangkat. Pria itu malah membalikkan badan dan pergi begitu saja.
"Yang Mulia!" Athea panik.
"Besok aku akan melihat bukti cintamu!" Sang Pangeran berkata dengan entengnya sebelum tubuhnya menghilang di balik pintu kayu yang memisahkan tahanannya.
Archelia yang melihat itu lantas berjalan mendekat. Menatap iba pada Athea malang yang hanya bisa menangis tersedu-sedu. Pria yang dicintainya bahkan keluarganya, semua pergi ketika Athea berada di titik terbawah dalam hidupnya.
Nyaris saja Archelia menyentuh Athea, tetapi dunia seolah berputar dan berpindah ke suatu lapangan luas yang dipenuhi tentara. Di tengah lapangan, Athea duduk bersimpuh dengan semangkuk racun.
"Athea Dominic, hari ini dijatuhi hukuman mati karena telah melakukan pemberontakan! Apakah kau mengakuinya?"
Sorot mata tajam Athea jatuh pada Pangeran Pertama.
"Aku ...."
"Aku ... tidak mengakuinya."
Sayang, kesadarannya terlalu terlambat. Kebutaannya pada cinta sepihak membuat Athea terjebak dalam khayalan romansa yang manis, tetapi terasa sangat pahit.
Namun, siapa sangka, justru Pangeran Pertama langsung berjalan ke arahnya seraya mengangkat pedang. Wajahnya memerah dengan rahang mengeras. Tubuh Athea terlalu syok melihat kemarahan sang pria.
"Kau telah membuat keluargaku terbunuh, wanita sialan!"
Dan pedang itu tak ubahnya bagai kilat yang menyambar leher jenjang Athea yang menegang beku.
Crash!
Dan semua berubah menjadi hitam.
***
"Bangsat, siapa yang mengikatku di pohon?!" teriak Archelia ketika ia terbangun di sebuah tempat asing. Tempat yang di sisinya terdapat pepohonan rindang dan hamparan rumput hijau yang luas, di mana di ujung lapangan rumput terdapat bangunan kastil yang sangat megah.
Kedua matanya menyipit, merasa silau terhadap bias cahaya mentari yang begitu menyengat. Sejenak Archelia tertegun melihat pemandangan di sekitarnya. Apalagi saat ia melihat kakinya yang sangat kecil. Ah, bukan hanya kaki, bahkan tubuhnya juga tampak sangat kecil.
"Apa-apaan ini?!"
Archelia berusaha keluar dari tali yang mengikatnya di sebuah pangkal pohon. Namun, tubuh kecilnya yang terlampau kecil seperti anak berusia enam tahun ini membuatnya sangat kesulitan. Tentang apa yang terjadi di sini, bisa ia cari tahu nanti setelah ia lepas dari ikatan.
Di tengah usaha Archelia meloloskan diri, telinganya sedikit terusik tatkala ia mendengar suara patahan ranting kayu dan daun kering. Benar saja, ketika pandangannya terangkat dan menyapu sekeliling, ia mendapati seorang anak laki-laki yang kira-kira berusia tujuh tahunan tengah berjalan terseok-seok dengan luka di sekujur tubuhnya. Pakaian yang dikenakannya khas klan bangsawan, tetapi tampak kotor dan lusuh dipenuhi debu dan bekas darah mengering.
Melihat itu, Archelia segera memanggilnya. "Hei, Nak! Tolong bantu aku melepas ikatan ini! Nanti aku bantu mengobati lukamu!"
Wajah si anak laki-laki mendongak. Tampak dipenuhi berbagai luka memar. Sangat menyedihkan. Dalam benak Archelia terheran-heran, apa yang sebenarnya terjadi?
Anak laki-laki itu mendekat dan tanpa sepatah kata membantu Archelia melepaskan ikatan tali.
"Apakah mereka melakukan ini lagi kepadamu?" tanya si anak laki-laki dengan wajah datar. Napasnya sedikit berat karena kelelahan.
Mendengar ucapan si anak laki-laki, Archelia lantas mengernyit. "Mereka?"
Setelah melepas ikatan tali yang membelit tubuh Athea, anak itu menatap sepasang manik legam milik Athea kecil.
"Usiamu itu empat tahun lebih kecil dariku, Athea."
Setelah berkata demikian, tiba-tiba tubuh anak laki-laki itu tumbang dan jatuh menimpa tubuh mungil Athea. Atyea kecil terkesiap, ia kurang sigap sehingga membuat tubuhnya ikut jatuh dengan posisi tubuh si anak laki-laki menindih tubuhnya.
Awalnya, Archelia ingin memaki. Namun, kedua mata Archelia dibuat terbelalak kemudian, tenggorokannya terasa tercekat ketika matanya jatuh pada sebuah panah yang menancap di punggung si anak. Darah segar merembes begitu deras, menebarkan bau anyir yang menyengat.
"Astaga! Kau terluka!"
Dengan bersusah payah, Archelia menyingkirkan tubuh si anak laki-laki dari atas tubuhnya. Ia bangkit dan berusaha menggendong si anak laki-laki. Namun, ukuran tubuhnya jelas tidak sebanding dengan anak laki-laki yang mengaku empat tahu lebih tua darinya itu. Ya, memang benar, postur tubuhnya bahkan jauh lebih tinggi dari Archelia.
Sejenak, setelah berhasil mengangkat si anak laki-laki di punggungnya. Yah ... meski hanya melingkarkan kedua tangan si anak laki-laki pada lehernya lalu membuat anak itu terangkat, Archelia sudah menganggapnya menggendong daripada menyeret. Ia terdiam sejenak karena tidak tahu harus dibawa ke mana.
Hingga tiba-tiba muncul sebuah ingatan kilat yang membuat mata Archelia langsung tertuju pada bangunan kastil megah di sana.
Ya!
Sekarang, dia adalah Athea.
Nona muda, putri dari Duke Aaron Dominic.
Menjadi istri seorang Bos Mafia di novel dewasa? Alister Fernando adalah pria panas dengan segala kesempurnaan yang berhasil menyembunyikan bisnis ilegalnya. Sang antagonis yang tergila-gila pada protagonis wanita bernama Alice, yang kelak membunuhnya demi pembalasan dendam. Sial, alih-alih ke neraka setelah bunuh diri, Archelia malah menjadi istri Alister. Archelia dalam novel adalah tokoh antagonis yang selalu mencelakai Alice, sehingga membuat Alister dan protagonis pria berusaha membunuhnya. Meskipun novel dewasa itu berakhir indah dengan kemenangan protagonis, bukankah ini berarti bahaya besar untuk Archelia? Mampukah Archelia menjinakkan keliaran Alister?
Setelah tiga tahun menikah, Becky akhirnya bercerai dengan suaminya, Rory Arsenio. Pria itu tidak pernah mencintainya. Dia mencintai wanita lain dan wanita itu adalah kakak iparnya, Berline. Suatu hari, sebuah kecelakaan terjadi dan Becky dituduh bertanggung jawab atas keguguran Berline. Seluruh keluarga Arsenio menolak untuk mendengarkan penjelasannya, dan mengutuknya sebagai wanita yang kejam dan jahat hati. Rory bahkan memaksanya untuk membuat pilihan: berlutut di depan Berline untuk meminta maaf, atau menceraikannya. Yang mengejutkan semua orang, Becky memilih yang terakhir. Setelah perceraian itu, Keluarga Arsenio baru mengetahui bahwa wanita yang mereka anggap kejam dan materialistis itu sebenarnya adalah pewaris keluarga super kaya. Rory juga menyadari bahwa mantan istrinya sebenarnya menawan, cantik, dan percaya diri dan dia jatuh cinta padanya. Tapi semuanya sudah terlambat, mantan istrinya tidak mencintainya lagi .... Namun, Rory tidak menyerah dan tetap berusaha memenangkan hati Becky. Apakah Becky akan goyah dan kembali ke sisinya? Atau akankah pria lain masuk ke dalam hatinya?
Keseruan tiada banding. Banyak kejutan yang bisa jadi belum pernah ditemukan dalam cerita lain sebelumnya.
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?
Hanya butuh satu detik bagi dunia seseorang untuk runtuh. Inilah yang terjadi dalam kasus Hannah. Selama empat tahun, dia memberikan segalanya pada suaminya, tetapi suatu hari, pria itu berkata tanpa emosi ,"Ayo kita bercerai." Hannah menyadari bahwa semua usahanya di tahun-tahun sebelumnya sia-sia. Suaminya tidak pernah benar-benar peduli padanya. Saat dia masih memproses kata-kata mengejutkan itu, suara pria yang acuh tak acuh itu datang. "Berhentilah bersikap terkejut. Aku tidak pernah bilang aku mencintaimu. Hatiku selalu menjadi milik Eliana. Aku hanya menikahimu untuk menyingkirkan orang tuaku. Bodoh bagimu untuk berpikir sebaliknya." Hati Hannah hancur berkeping-keping saat dia menandatangani surat cerai, menandai berakhirnya masanya sebagai istri yang setia. Wanita kuat dalam dirinya segera muncul keluar. Pada saat itu, dia bersumpah untuk tidak pernah bergantung pada belas kasihan seorang pria. Auranya luar biasa saat dia memulai perjalanan untuk menemukan dirinya sendiri dan mengatur takdirnya sendiri. Pada saat dia kembali, dia telah mengalami begitu banyak pertumbuhan dan sekarang benar-benar berbeda dari istri penurut yang pernah dikenal semua orang. "Apa yang kamu lakukan di sini, Hannah? Apakah ini trik terbarumu untuk menarik perhatianku?" Suami Hannah yang selalu sombong bertanya. Sebelum dia bisa membalas, seorang CEO yang mendominasi muncul entah dari mana dan menariknya ke pelukannya. Dia tersenyum padanya dan berkata dengan berani pada mantan suaminya, "Hanya sedikit perhatian, Tuan. Ini istriku tercinta. Menjauhlah!" Mantan suami Hannah tidak bisa memercayai telinganya. Dia pikir tidak ada pria yang akan menikahi mantan istrinya, tetapi wanita itu membuktikan bahwa dia salah. Dia kira wanita itu sama sekali tidak berarti. Sedikit yang dia tahu bahwa wanita itu meremehkan dirinya sendiri dan masih banyak lagi yang akan datang ....
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Semua orang terkejut ketika tersiar berita bahwa Raivan Bertolius telah bertunangan. Yang lebih mengejutkan lagi adalah bahwa pengantin wanita yang beruntung itu dikatakan hanyalah seorang gadis biasa yang dibesarkan di pedesaan dan tidak dikenal. Suatu malam, wanita iru muncul di sebuah pesta dan mengejutkan semua orang yang hadir. "Astaga, dia terlalu cantik!" Semua pria meneteskan air liur dan para wanita cemburu. Apa yang tidak mereka ketahui adalah bahwa wanita yang dikenal sebagai gadis desa itu sebenarnya adalah pewaris kekayaan triliunan. Tak lama kemudian, rahasia wanita itu terungkap satu per satu. Para elit membicarakannya tanpa henti. "Ya tuhan! Jadi ayahnya adalah orang terkaya di dunia? "Dia juga seorang desainer yang hebat dan misterius, dikagumi banyak orang!" Meskipun begitu, tetap banyak orang tidak percaya bahwa Raivan bisa jatuh cinta padanya. Namun, mereka terkejut lagi. Raivan membungkam semua penentangnya dengan pernyataan, "Saya sangat mencintai tunangan saya yang cantik dan kami akan segera menikah." Ada dua pertanyaan di benak semua orang: mengapa gadis itu menyembunyikan identitasnya? Mengapa Raivan tiba-tiba jatuh cinta padanya?