/0/11013/coverbig.jpg?v=20250123144639)
Shane Johnson menjalin kasih dengan Gerald Davis yang melamarnya setelah satu tahun berpacaran. Tetapi musibah justru datang tepat di saat dia sedang berbahagia. Gerald berselingkuh dengan teman baik Shane sendiri, Hyena Anderson. Di saat sedang berduka setelah mengetahui perselingkuhan tunangannya, Shane justru bertemu dengan seorang lelaki yang dulu pernah sangat dicintainya. Akankah cinta lama bersemi kembali?
Bab 1. Lane County Fair
"Upss ... maaf," ujar Shane saat kardus kue yang dibawanya menyenggol botol air milik stan sebelah.
"It's oke," jawab seorang lelaki muda sambil membenarkan botol air yang terguling akibat senggolan kardus gadis berambut pirang yang dicempol ke atas.
"Hai ... kenalkan, aku Shane. Shane Johnson. Dan kau?"
"Hi Shane, boleh aku memanggilmu begitu? Aku Andy Smith," jawab lelaki muda itu dengan senyuman ramah.
"Tentu saja boleh, Andy. Maaf, aku agak grogi. Karena ini pengalaman baruku. Aku baru pertama kali ikut acara ini. Kau sendiri bagaimana?"
"Yeah ... sama, aku juga baru pertama ikutan. Belum tahu antusias pengunjung tahun ini seperti apa." Andy menjawab sambil mengatur dan menyusun gelas-gelas minuman di stan-nya.
"Wah ... kita sama-sama baru di sini. Baiklah, And. Eh boleh kupanggil seperti itu? Terdengar lebih akrab" Shane tertawa kecil.
"Ayo kita lakukan yang terbaik, semoga pengunjung suka dengan dagangan kita!" seru Shane bersemangat sambil mengacungkan lengannya membentuk hurup L.
Andy tertawa melihat tingkah Shane yang seperti anak sekolah.
Shane, gadis muda berusia dua puluh tiga tahun itu menyelesaikan kursus baking dan pastry- beberapa bulan yang lalu. Bazar kali ini merupakan debut pertamanya, dan dia sangat berharap bisa meraup banyak pelanggan. Dia sangat menyukai aroma kue yang baru saja diangkat dari panggangan.
Andy Smith, lelaki muda berusia dua puluh satu tahun, menyukai kopi dan minuman. Keluarganya mengelola sebuah kedai kopi di pinggiran California. Semasa kuliah dia menjadi barista di sebuah kedai kopi dekat kampus. Ini juga kali pertama dia memberanikan diri ikut bazar.
Suasana pagi itu masih sepi, yang ada hanya para pemilik stan yang mulai merapikan dagangan mereka. Lane County Fair, bazar tahunan yang selalu diadakan di pertengahan musim panas.
Semua ada di sini. Makanan, minuman, permainan, musik, pakaian, hingga hasil kebun.
Menjelang siang, pengunjung mulai berdatangan dan musik juga mulai dimainkan hingga membuat suasana semakin meriah. Satu dua orang pengunjung mendatangi stan Shane, membeli sepotong dua potong untuk di makan sambil melihat-lihat stan yang ada di sana. Juga sekalian mampir di stan Andy untuk membeli minuman yang dijual lelaki muda itu.
***
= Dua tahun kemudian =
Pagi ini, Shane Johnson mengendarai mobil Ford Focus berwarna beige kesayangannya yang sudah menemani beberapa tahun belakangan ini, melintasi jalan tol luar kota dari Portland menuju Eugene, kota di mana neneknya tinggal selama ini. Dia harus sampai sebelum pukul sebelas. Upacara pemakaman Diane Swan, nenek dari ibunya, akan di lakukan pada pukul satu siang ini. Josephine sudah mengingatkan untuk datang sebelum waktu pemakaman.
Ayah dan Ibu Shane, Edward dan Josephine Johnson sudah berada di Eugene lebih dari satu minggu,
karena Granny masuk rumah sakit sebelum akhirnya meninggal. Usia Granny hampir menginjak delapan puluh tahun, sudah cukup tua walau sangat sehat sebelumnya. Dia mandiri, selama ini hidup sendiri di Eugene, kota yang tenang dekat samudra Pasifik Utara dan jauh dari keramaian dengan orang-orang yang ramah dan saling peduli.
Sedangkan orang tua Shane sendiri tinggal di Seattle, tidak terlalu jauh dari Eugene, perjalanan berkendara hanya memakan waktu sekitar lima jam saja. Dua orang saudara Shane yang lain juga tinggal di dekat Seattle dan Washington, dan mereka sudah berkumpul di Eugene. Hanya tinggal Shane saja yang belum hadir. Cukup memalukan, mengingat gadis itu yang tinggal di Portland, berada paling dekat dengan Eugene, hanya dua jam berkendara.
Matahari mulai memancarkan kehangatan di akhir musim dingin. Shane merapatkan sweater putih gading kesayangannya. Menyalakan penghangat mobil dan musik untuk menemani selama perjalanan. Untung Jessica sebulan yang lalu sempat mengunjungi Granny di awal dia masuk rumah sakit. Saat itu mereka sempat bercerita dan bercanda walau neneknya sudah telihat melemah.
Pekerjaan Shane sebagai seorang baker, membuatnya tidak begitu leluasa untuk cuti. Walau 'Morning Breakfast' adalah usaha milik bersama, tapi dalam pekerjaan Shane sangat profesional. Dia bersama rekannya, Andy Smith - seorang barista muda, membuat peraturan kerja yang wajib diikuti oleh seluruh karyawan dan pimpinan. Andy sendiri, selain sebagai barista juga memegang pembukuan kafe.
Dari awal perkenalan di Lane County Fair itu kemudian berlanjut dengan ide mendirikan kafe bersama. Dari semula hanya tiga orang karyawan, sekarang berkembang menjadi lebih dari sepuluh karyawan.
Morning Breakfast, cukup terkenal di lingkungan pekerja kantoran yang biasanya di pagi hari sibuk memikirkan sarapan dan suka sekali duduk bersantai sepulang kerja, sekadar menikmati sepotong kue dan secangkir kopi bersama rekan dan teman. Untuk itulah Shane dan Andy memilih lingkungan perkantoran untuk kafe pertama mereka.
Shane berkonsentrasi dengan kendaraannya, rasa sedih menggelayut di hati. Dia sangat menyayangi Granny, begitupun sebaliknya. Pernah satu kali dia mengungkapkan keinginannya untuk mengajak Granny pindah ke apartemen di dekat sungai Willamette, tapi Granny bersikeras untuk tetap di Eugene, karena semua temannya ada di sana dan dia mengenal hampir semua penduduk Eugene.
Tiba-tiba, ponsel yang diletakkannya di dashboard mobil bergetar, segera meraih sambungan bluetooth dan di pasangkannya di telinga kanan.
"Yes, Mom?"
"Halo, Honey. Sudah sampai di mana dirimu? Masih jauhkah?"
"Sekitar dua puluh menit lagi aku sampai, Mom"
"Baiklah, hati-hati di jalan."
Setelah mengucapkan bye, Shane memutuskan sambungan ponsel. Dia tahu, ibunya sudah cemas memikirkan di yang belum juga sampai. Pagi-pagi sekali gadis bermata coklat itu mampir ke kafe untuk membuat adonan donut. Kemudian menunggu karyawan datang dan memberikan instruksi untuk melanjutkan pembuatan donut yang sudah hampir mengembang. Setelah selesai, dia sarapan dan bergegas berangkat.
Mobil yang di kendarai Shane memasuki halaman rumah duka Heaven, satu-satunya yang ada di Eugene, kota dengan penduduk yang hanya seratus ribu lebih itu. Setelah memarkirkan kendaraan di dekat pohon cemara hutan yang sudah setinggi atap rumah duka, dia turun lalu merapikan sweater dan celana kainnya yang sedikit kusut. Mengambil tas dan mengenakan selendang hitam untuk menutupi kepala sambil memperbaiki kuncir rambut yang melorot.
Begitu memasuki rumah duka, suasana sedih semakin terasa. Selain orang tua dan kerabat Shane, nampak beberapa orang tetangga Granny, datang untuk mengucapkan doa perpisahaan. Melihat kedatangan Shane, Josephine segera bangkit dari duduk menghampiri gadis itu. Raut wajahnya menunjukkan kesedihan, mata dan hidung yang memerah kebanyakan diusap.
Josephine langsung memeluk putri bungsunya itu, ketika mereka bertemu di tengah ruangan, lalu menggandeng Shane ke arah peti jenazah. Granny berbaring dengan pakaian putih dan rosario di genggaman tangan, senyum damai terukir di wajahnya. Shane menitikkan air mata saat dia mulai berdoa di samping peti jenazah Granny. Mencium kening dan mengusap wajah pucat dan berkeriput perlahan. Granny masih sangat cantik di usianya. Air mata Jessica luruh saat teringat pertemuan terakhirnya bersama Granny.
Pastor tiba satu jam kemudian, acara prosesi pemakaman pun dimulai. Selama satu jam lebih acara misa berlangsung dengan khidmat. Hingga akhirnya peti jenazah Granny diangkut ke dalam mobil dan dibawa ke pemakaman umum yang ada di Eugene. Tepat pukul satu mereka tiba di areal pemakaman. Acara penguburan pun berlangsung dengan khidmat dan lancar. Shena yakin, Granny pasti sudah di surga tersenyum melihatnya. I Love You, Granny, semoga kau dan Grandad bahagia bersama Bapa di Surga, bisik Jessica saat menabur bunga di atas gundukan tanah yang masih basah.
Semerbak bunga mawar yang di tabur menyeruak ke udara. Semasa hidupnya Granny begitu menyukai bunga. Tak heran jika banyak tetangga juga teman dan orang-orang yang mengenalnya membawa sebuket bunga dan di taruh di atas makam Granny. Dia yang ramah dan supel membuat semua orang menyukainya.
***
"Kita adalah dua orang yang tak seharusnya bersama," lirih Xena pilu. Morgan menarik dagu Xena dan berdesis, "Sejak awal, kita memang sudah ditakdirkan bersama." Xena Foster terkenal dengan kehidupan glamour dan selalu berfoya-foya. Bagi Xena, dirinya tak perlu bekerja susah payah, karena selama ini gadis itu selalu mendapatkan apa yang diinginkan. Hidup Xena memang selalu menjadi idaman para gadis di luar sana. Sempurna dan tak memiliki celah kekurangan. Namun, siapa sangka semua itu berubah di kala Xena bertemu dengan Morgan Louise—sosok pria tampan yang mampu menggetarkan hatinya, bahkan membangkitkan hasrat memilikinya. Morgan telah berhasil, membuat Xena tergila-gila pada pria itu. Sayang, perasaan cinta Xena telah terjebak pada kenyataan pahit tentang Morgan Louise. Kenyataan yang telah menghancurkannya. Bagaikan di ambang jurang, mampukah Xena bertahan? *** Follow me on IG: abigail_kusuma95
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Sepatah Kata, Jangan pernah bengong dan tertegun-tegun jika belum selesai membaca kisah yang sangat AGAK LAEN dan super unik dalam novel ini. Mungkin banyak yang tidak terpcaya jika cerita ini lebih dari 58,83% merupakan KISAH NYATA, 24,49% Modifikasi Alur dan 16,68% tambahan halu sebagai variasi semata. Buktikan saja keunikan kisah dalam novel ini. Jangan mengatakan gak masuk akal jika belum tahu bahwa hal itu bisa terjadi kapan dan dimanapun juga
Kumpulan cerita seru yang akan membuat siapapun terbibur dan ikut terhanyut sekaligus merenung tanpa harus repot-repot memikirkan konfliks yang terlalu jelimet. Cerita ini murni untuk hiburan, teman istrirahat dan pengantar lelah disela-sela kesibukan berkativitas sehari-hari. Jadi cerita ini sangat cocok dengan para dewasa yang memang ingin refrehsing dan bersenang-senang terhindar dari stres dan gangguan mental lainnya, kecuali ketagihan membacanya.