Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Aku Dan CEO Nakal
Aku Dan CEO Nakal

Aku Dan CEO Nakal

5.0
25 Bab
563 Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Seorang gadis cantik yang magang di sebuah perusahaan besar dan terkenal. Hidupnya berubah ketika bertemu dengan seorang pria yang hidung belang. Bagaimana kisah selanjutnya dari sang gadis magang itu?

Bab 1 Keterkejutan Alceo

Keesokkan harinya, gadis berambut pirang terang terlihat tergesa-gesa berjalan menyalip setiap orang yang dirasa menghalangi jalannya.

Sepatu hak tinggi yang dikenakan gadis itu nampaknya tidak menjadi penghambatnya untuk segera menghampiri mesin jam digital yang sebentar lagi akan menunjukan pukul 8:00 pagi.

Dan lebih dari itu, gadis itu akan terhitung terlambat. Hal yang tidak gadis itu inginkan untuk mempengaruhi laporan magangnya pada bulan ketiga ia magang di perusahaan besar dan berkompeten itu.

"Touch down!!" serunya begitu ia berhasil meletakkan ibu jarinya di mesin sidik jari, tepat 1 detik sebelum jam berubah menjadi angka 8.

"Pada dasarnya, kita masih diberikan toleransi 15 menit untuk terlambat punch in, Meg. Kau baru saja menyia-nyiakan semangat kerjamu untuk berlari."

Gadis yang disebut Meg tersebut menoleh kearah kanan begitu bunyi Bip yang menandakan kalau absennya sudah masuk terdengar.

"Dan pada dasarnya aku adalah calon karyawan teladan yang menjunjung tinggi ketepatan waktu," balas Gadis itu sambil menyingkir agar laki-laki yang merupakan seniornya dapat melakukan absen.

"Oh, apa tadi kau tidak lihat? Mesin mendaftarmu pukul 8:00 lewat 3 detik. So, basically, kau sudah terlambat."

Laki-laki itu terkekeh ketika melihat gadis di sampingnya merutuk. "Megan Penelope tenang saja, sebagai senior yang baik, aku akan pura-pura tutup mata akan hal itu."

Perlahan senyum diwajah Megan mulai terlihat. "Aku tahu kau tidak akan tega kepadaku, Bos."

Laki-laki itu berdesis. "Aku berubah pikiran. Aku akan memasukan keterlambatanmu pada laporan bulan ini."

Begitu selesai mengabsen, laki-laki itu berjalan melalui Megan kedalam ruang kerjanya.

Megan terkejut dan ia langsung mengekori langkah laki-laki itu dengan cepat.

"Ah, maaf, Ed. Aku lupa akan aturan yang satu itu. Ed, kan? Aku berjanji tidak akan memanggilmu bos lagi. Jadi please, lepaskan kesalahanku yang satu itu, ya?"

Kedatangan dua orang itu cukup mengundang tatapan setiap orang yang sedang sibuk di kubikelnya masing-masing.

Sebagian ada yang tertawa, ada yang memilih mencuekinya. Bukan rahasia lagi memang kalau Ed atau Edward, Marketing Manager perusahaan itu tidak suka kalau dipanggil dengan sebutan Bos yang menurutnya terdengar sangat otoriter.

Semua orang tahu, bahkan hal itulah yang pertama kali Ed tekankan saat perkenalannya dengan karyawan magang, termasuk Megan.

Sementara itu, Megan sendiri juga memang dikenal friendly pada siapapun dan apapun kedudukan mereka, termasuk Ed sendiri yang notabene adalah Atasannya.

Ed menatap gemas kearah Megan dan memutuskan untuk menyentil kening gadis itu. "Kembali ke mejamu."

"Tapi kau berjanji tidak akan..."

"Kalau kau tetap berbicara di depanku, maka aku akan benar-benar memasukan keterlambatan 3 detikmu ke dalam laporan," potong Edward sambil berkacak pinggang.

Ia berhenti tepat di depan ruang kerja pribadinya sebelum Megan mengekori lebih jauh.

Tanpa berbicara lagi, Megan langsung berbalik dan berlari dari hadapan Edward yang tertawa melihat tingkahnya.

Megan kembali ke meja kerjanya lalu menyalakan komputer miliknya.

"Jam berapa kau pulang semalam?"

Megan menoleh ke sebelah kirinya, mendapati Claire, rekan kerja yang juga teman kuliah yang melakukan magang bersama di perusahaan itu sedang menatap penuh selidik kearahnya.

"Kau pulang terlalu cepat semalam dan melewatkan keseruannya," desis Megan tidak menjawab pertanyaan temannya secara langsung.

"Well, itu sudah jam 11 malam, -aku berani jamin itu sama sekali bukan pagi karena aku sudah mengantuk-, dan aku tidak melihat tanda-tanda kalian akan segera pulang. Maka itu aku..."

"Tania dilamar David, dan David akan merayakannya malam ini di klub. Kau ikut?" tanya Megan tanpa menunggu

Claire menyelesaikan jawabannya. "He what??" Pekik Claire terkejut. "Apa dia Iupa kalau dia masih harus menyelesaikan magang dalam 3 bulan lagi, dan masih banyak ujian yang menungg... Oh ya, Tuhan! Laki-laki itu memang bodoh. Dia menyepelekan segala hal."

Megan memutar bola matanya menanggapi gerutuan Claire yang sudah biasa ia dengar.

Dalam lingkungan pertemanannya, Claire dikenal sebagai ibu mereka yang suka melakukan ceramah.

David dikenal sebagai bungsu pembuat onar.

Tania yang paling innocent di antara mereka.

Sedangkan Megan adalah sosok kakak tertua yang selalu bisa di andalkan.

Claire menghela nafas dan kembali ke posisinya di meja kerja ketika Megan bergerak mendekat dengan kursinya dan berbisik, "Lalu kau tidak mau ikut malam nanti?"

Claire melirik kearah Megan yang sedang menggodanya dengan menggerakkan kedua alisnya naik turun sambil menyunggingkan senyumnya.

Claire terkekeh sambil mendorong tubuh Megan menjauh. "Tentu saja aku ikut, bodoh!"

***

Suara dering ponsel yang nyaring, di sertai dengan getaran yang membuat suara gesekan antara benda pipih dan meja kayu itu beradu mengganggu ketentraman dan ketenangan tidur laki-laki yang enggan membuka matanya pagi itu.

"Babe, your phone." Suara lembut seorang wanita terdengar berbisik di telinganya hingga mau tidak mau ia membuka matanya bersamaan dengan kecupan lembut yang mendarat di bibirnya.

Laki-laki itu sedikit terkejut, namun hanya beberapa detik sebelum ia sadar akan keadaannya. Ia meraih ponsel yang masih bergetar riang di atas nakas sambil menarik tubuhnya untuk bersandar di kepala ranjang.

Wanita yang tadi membangunkannya kini melingkarkan kedua tangannya di perut telanjang laki-laki itu sambil memejamkan mata. Laki-laki itu masih setengah tersadar ketika ia menjawab panggilan itu.

"Alceo speaking."

"Sir, apa kau akan segera tiba? Rapat akan dimulai dalam 10 menit."

Suara dari seberang sana cukup membuat Alceo mengernyit dan menggaruk pelipisnya sebelum tangannya kembali membelai punggung telanjang wanita di sebelahnya yang sudah mulai menyentuh setiap jengkal tubuh tegapnya dan membangunkan kembali nafsunya.

"Pukul berapa ini?" tanya Alceo.

"P-pukul 9 lewat 35 menit pagi, sir."

Pria di seberang telepon menjawab dengan suara sedikit gugup.

"Pagi?" tanya Alceo tidak penting.

Begitu sadar kalau pertanyaannya sama sekali tidak bermutu, ia kembali bersuara.

"Undur rapatnya 1 jam lagi."

"S-sir, saya rasa tidak bisa."

Alceo mengernyit. Sedikit terkejut ketika ia merasakan tangan wanita di sebelahnya sudah menyentuh bagian bawahnya yang tidak tertutup apapun sisa dari perbuatan mereka semalam.

Seperti bisikan, Alceo bertanya, "Kenapa?"

"Ayah anda sedang berada disini. Dan beliau ingin memantau jalannya rapat hari ini."

Alceo seperti disiram air dingin begitu mendengar penuturan sekretatisnya barusan.

Nafsunya langsung padam, tubuhnya menegap dan matanya melotot.

"APA?!"

Alceo benar-benar ketakutan saat ini. Takut bukan dalam artian ayahnya akan memarahinya, membentaknya bahkan memukulinya.

Takutnya Alceo dalam artian ayahnya akan marah karena dia tidak hadir dalam rapat pagi ini hanya karena seorang wanita. Pekerjaannya terbengkalai demi urusan pribadinya.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY