anku agar aku meminumnya. Ia melihatku sedang membuka album foto ku dan o
oto ini. Begitu menggemaskan!" K
. Lalu aku memelas. "Aku belum siap membersihkan rumah karena keasika
ibi tidak akan terima jika keponakan b
k ada gunanya, Bi. Ada banyak anak yang tidak seberu
n tujuan untuk mengacak rambutku. "Tidak terasa kam
pun p
n bagaimana aku sekarang bisa tinggal dengan bibiku. Aku akan ceritakan sekarang. Saat aku berumur sepuluh tahun, ayah dan ibuku meninggal
berkata kepadaku bahwa ia ingin agar aku mengenal alam dan terutama kupu-kupu. Ia ingin aku mencintai kupu-kupu seperti dirinya mencintai itu. Aku mulai menyu
wan-hewan bebas di sana, terutama ular yang menggantung di pohon. Aku sering melihat ular menggantung di pohon untuk mencari mangsa.
-kupu jantan yang bisa melakukannya. Ia bukan mengeluarkan suara dari produksi mulutnya, melainkan kupu-kupu jantan dapat mengeluarkan suara cracker dari kepakan sayapnya. Kupu-kupu itu memiliki warna hitam dan biru. Warna birunya sangat
ergi dari mereka. Aku berjalan cukup jauh sambil tertawa dengan senangnya seolah-olah kupu-kupu itu sedang mengajakku bercan
sangat tebal. Aku sangat takut melihat asap tersebut. Aku memanggil ayah d
ri sambil memanggil orang tuaku. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Asap tebal langsung mengepul mengelilingiku. Aku tidak bisa bern
akkan tubuhku. Bibirku kering, tanganku luka-luka dan aku tidak bisa berbicara lancar. Bah
mah sakit, aku menginap di kantor polisi beberapa hari sambil menunggu bibi datang menjemputku. Aku tidak per
mperkenalkan dirinya sebagai adik dari ibuku. Aku tidak tahu bahwa ibu memiliki seorang adik perempua
Bibi ke Indonesia. Kami pulang ke Medan, tempat Bibi tinggal
ertinya tubuhku sudah terjebak di kota Medan ini. I
*
cubit hi
an gambar saat aku sekolah dasar kelas enam. Ia sengaj
da tiga orang temanku berjejer. Aku salah satunya yang berdiri di antara mereka. Ak
au menyusahkan Bibi
idak ingat sama sekali. Memangnya
ru untuk memberikanmu juara dua. Sangat sombong!" Kata Bibi yang kembali menjitak kepalaku. Ia bercanda ka
akit!" K
kau sudah dewasa dan bisa mengerti. Jadi pukulan itu untu
juaraku diberikan kepada yang
h karena sikapmu. Akhirnya guru menuruti keinginanmu k
napa aku tidak mau juara satu?" Aku melep
i, semenjak meninggal, kau tidak pernah lagi mau menjadi juara satu!" Jelas Bibi. Ia ke
Bibi dan mencium kepalaku. Ia kemudian pergi dan mengatakan a
u pada ayah. Aku tidak mau jadi juara satu karena aku tidak bisa lagi meminta sebuah hadiah dari kedua orang tuaku. Kalau aku mendapat juara satu, aku biasanya meminta untuk pergi ke taman bermain. Ke
ku selalu membantunya di laundry. Aku ingat aku membantu di laundry. Tapi, aku tidak ingat aku seorang yang penyen