taklukkan dirimu dengan tawa. Kejena
ukup lama. Tetapi yang aku pikirkan saat ini mengenai perintah Raja Dewata selanjutnya yang h
ang aku pikirk
pa pemilik da
m benakku. Kerinduan seperti namanya, membuatku kembali menghitung ratusan hari semenjak takdir yang menyu
lah satu wanita yang paling dalam mencuri hatiku bahkan sampai detik ini. Wanita berparas cantik itu manusia setengah serigala dengan kelebihan istimewah yang membawa kekuatan
u, ia ingin menjadi permaisuriku. Tetapi kasta kami sangat bermusuhan dan beberapa
i bersamaku, namun kali ini aku merasa Rindu tidak pantas mendapatkan pria penakluk wanita sepertiku. Ia menang dari pada
gar seperti sebuah tuntutan. Aku pun juga ikut membantu
bibirku yang spontan mengeluarkan suara gerangan. Rindu yang kudapatkan sedang
baskan juba merahnya, ia berjalan mendekati kami berdua yang sedang kasmaran. Kemudian sedikit membungkukkan tubuhnya kala ia tampak
apa pun. "Katakan, Raja." Suara beratku terdengar lemah karena c
jud manusia. Kendati gen yang saat ini Asmara Rindu miliki adalah gen manusia setengah serigala yang hanya memiliki dua pilihan saat digigit oleh bangsa vampir. Pertama,
ensiku yang masih terluka. Kesekaratan pada saat itu, membuatku semakin jatuh ditebas ke jurang kejenakaan. Kupapah tubuhnya yang lemah, sayup-sayup kedua bola mata yang memegang jagad raya melengkungkan senyuman
berkas cahaya mentari yang merangsek menyilaukan mata, kupandangi hari yang
enahan bahuku saat aku hen
n segera tiba, jadi jangan halangi aku lagi!" Aku berucap dengan intonasi cukup tinggi, kedua bola mataku menyala-nyala berw
*
point of
aturan dari bangsa vampir. Bukan hanya memahami, tapi Caren tahu jelas sejarah mereka. Ketakutan bangsa vampir jika membiarkan manusia itu hidup bebas di luaran sana, mereka akan membawa sejarah tersebut ke dalam sebuah teknologi informasi yang dapat dia
oleh seluruh kasta dari bangsawan vampir. Bersembunyi untuk melindungi dirinya sendiri, karena samp
ri Caren kecil hingga tumbuh dewasa dirawat di sana oleh keluarganya. Rumah itu tampak sepi, sunyi, dan kosong. Tida
njukkan kelegaan. Menilik sejenak jam arloji yang melingkari pergelangan tangannya, waktu
akaian ganti, termasuk jaket bertudung dengan bulu domba putih, serta kacamata hitam dan masker ia gunakan sebagai penyamaran dalam
alian," kata Caren yang bergumam lirih pada dirinya sendiri ketika ia melan