ngan banyaknya pikiran yang menghantui isi kepalanya. Bukan hanya pe
yang berkaitan dengan asmara. Begitu, dia mendapatkan kesempat
tersenyum bangga karena berhasil menikahkan Lilya dengan orang kaya raya. Sedan
" Penghulu yang lebih dulu datang
inya. Memang, mungkin dia tidak akan terlalu malu, karena tak ada satu pun tamu penting yang di
a orang memasuki ruangan itu dengan pakaian rapi. Keluarga besar Gunawan semuanya hadir, termasuk
an, dan memakai tuksedo berwarna putih itu dengan wajah polosnya. Di seb
calon
alon suaminya satu minggu yang lalu. Namun, orang itu tidak ada. Semua orang yang datang ke sana tidak satu pun yang memiliki ci
dewasa yang mengenakan tuksedo berwarna putih
pnya heran. Wajah pria itu tampak tegas, garis-garis rahangnya terbentuk dengan jelas, ekspresi wajahnya datar, tatapa
pan, memesona,
ng salah de
ihat semua ini. Namun, dia lebih takut kalau Evan marah dan berakhir mence
lya tak sanggup menahan rasa
imu," kata Evan
uat Kenanga langsung menatapnya
engannya. Mereka bahkan mencari-cari orang tua yang melamar Lilya minggu lalu, tapi mereka
nada polosnya. Mulutnya bahkan sampai menga
dua sosok tinggi di belakang Evan ce
a saya su
Kak Kenanga, kamu orang tua mesum
Bahkan Raffa, omnya langsung tersenyum miring, sisanya langsung tersenyum-sen
tentang saya, jangan percaya pada rumo
Lilya yang masih saja ter
ya, tidak ada yang berani mengganggu. Walau satu sosok di ruangan itu tampak
*
ada makanan apa pun yang terhidang, hanya ijab singkat, dan bubar.
nama Evan. Begitu yang Lilya ingat tentang nama suami
g berisikan satpam, penjaga kebun, dan pengurus rumah. Kemudian,
an tempat baru, karena aku tidak
turan itu. "Mengapa? Mereka orang tuaku,
sangka, aku hanya ingin menjaga diriku sendi
lanya. "Apa maksudmu k
ini membuatku ingin memukulmu sampai menangi
dengan bayang-bayang malam pertama mereka. Dia yang menangis
? Dia suka memukuli wanita apalagi
mpan itu, tapi dia tidak menikah-
Lilya sangat yakin. Evan hanya perlu menampakkan wajah dan isi dompetnya saja, dia akan mendapat banyak calo
s. Jawabannya j
i setiap malam oleh pria tampan
, karena kalau dia melawan, bisa jadi Evan akan memb
*
kunjung masuk kamar. Sejak pulang dan mengenalkannya pada semua pengurus rumah, Evan menguru
it, masih mengenakan piama tidurnya yang berupa celana katun
erdiam. Bagaimana cara
Kangmas, Kakak
a membuat Lilya langsung dimasukk
terbuka. Evan berdiri di hadapan
bertanya sembari mencoba mengu
el
u harus makan dulu
Hendak menutup pintu dan meninggalkan Lilya begitu saja, tapi anak SMA
nggak bisa kerja lagi. Sekarang kamu makan dulu, ya?
berkata begini, karena sedang menanti
menundukkan wajah. Evan tersenyum ti
m!" bantah Lily
? Malu karena sedang membayangkan se
memerah layaknya tomat busuk. Gadis itu lantas
yang membuatnya tidak laku-l
n menuju meja makan. "Pokoknya, kamu harus makan dulu, abis itu kamu mau kerja sampai mati j
anak SMA yang tadi pagi dinikahi olehnya. Walaupun begitu ia hanya bisa men
etahui apa saja kerugian yang akan dia dapatkan, k
L
pa
Kaisar, bukan?" serang Evan tepat k
. "Memang kenapa kalau aku