ar
.Les
takut dimangsa, tapi takut jauh ci
h pinggir jalan. Di tengah tanah lapang yang di penuhi rerumputan gaja
masih terbilang asri dan ruma
et disebagian tempat. Rumah yang serupa, hanya berbeda cat. Kebetulan rumahku bercat hijau telor
sini, ikut
terlarut dalam renungan tentang sos
iku mulai mengikuti arah la
itu, lebih baik main bola bersama de
nas! ingat Sisil
ii
tag
in ngelamun! untun
emandang sosok di atas motor
a sengajalah
inta ma Sisil? gua gebet
ak
h pipi teman kecilku ini. Seraya mer
Kalau ngomong suka ceplas-ceplos. Ga ada ganteng-gantengnya, cuma Ia salah satu cowok populer di
n lahir dan batin. Itu kata Mamah
satu penggemar Shane Filan. Salah satu anggota band tersebut. Saking n
au Aku... ga mirip sama sekali
u jaman itu artis korea belum banyak di gandrungi kaum hawa. Menurut cerita Mamah,
dampak pada wajahku yang mirip aktor lawa
korea sih, mirip. Cuma
ak jidat, terus mesam-mes
asih waras, tau!
. Loe da
an sama Gue! Loe c
h. Belum rezek
aksud
ullah, Alh
rsamaan Fahri seperti melihat hal
nganku menuju mata Fahri yang m
aga
at sosok yang amat menggoda itu sedang
te Sarah tampak sangat seksi dengan
pat lain. Pemandangan indah lagi menegangkan itu
a-lama liat tetangga Loe yang aduhai. Nasib perjaka
gga baru memang me
gadis baik, tau," serang Fahri yan
da. Seumuran Nyokap pula, Gua mah ga t
ro? tapi biar tua dan jan
gences liat Tante Sarah melulu," Aku men
um
motor nya dan berhenti tep
melambai dan melempar senyumnya padaku, setelah itu Fahri kembali
kahku menuju Teo yang asik bermain sepak bola. Rumput gatal m
cewek tu kaki merah-merah!" protes Teo yan
upa pake celana panjang.
anget, Dek. Pul
mat terik. Bukan takut kulitku menghitam, tapi
bil mikiri Tante Sara
epat. "Pulang aja duluan. T
badan dan melangkah menjauhinya. Sebisa mungkin
*
dengan suara Mamah dan Mbak K
suara mereka yang cempreng sempurna. Dah, gagal ini.
adu Kiki. Aku menatapnya garang seraya t
ak
ua. Berbaring kesamping dan menutup wajahku dengan bantal. Ternyata su
uhku. Panas luar dalam intinya. Aku terduduk dan
rrg
Kiki masih terdengar lanta
rna. Peluh yang mengucur deras me
brolan yang asik. Hatiku menelisik, apa kiranya yang me
s angin baling-baling yang terga
ubah rencanaku yang ingin mandi. Lebih memilih melanjutkan tidur yang tadi sempat ter
asa menyentuh dan menjalari tubuhku, desah nafa
lus dan lembut berma