eladeni panggilan darurat dari rumah sakit. Aku tahu, permintaanku ini mungkin sangat membebanimu. Sementara menjadi perawat ada
rulang-ulang bagaikan kaset rusak. Ini sudah hari kedua sejak gadis itu melakukan shalat istikharah, namun dia bel
asien, dari kalangan anak-anak hingga remaja, yang menjalani perawatan di bangsal kardiologi, begitu menyayangi
amping operasi. Karena Rereー yang baru berusia 8 tahun, pasien asuhan Sora, penderita CHF (Congestive Heart Failure) memberontak sambil menangis histeris ketika hendak dib
n. Ia sudah pasrah karena baginya hidupnya sudah tak ada artinya lagi. Berkali-kali ia menyentak dokter atau perawat yang ingin memeriksa kondisinya hingga akhirnya Sora datang.
Jadwal operasi anak-anak itu telah ditentukan dan semuanya jatuh di dua hari terpenting ーmalam pernikahan dan hari Hー dalam hidup Sor
kan tugasnya. Tugasnya merawat bukan menyembuhkan pasien yang sakit. Akan tetapi, entah menga
r tidak bisa memilih. Lantas, bagaimana bibirku bisa menjawab?'
anpa sadar mengarahkan mulut tremos tepa
irullaha
ang kebetulan melewati pantry denga
ass
n pergerakan tangan Sora
*
Putra yang tengah mengobati tangan yang mulai memerah. Berkali-kali gadis itu merutuki kecer
Dok. Saya benar-benar lalai.
an malah membuat Putra tergelak renyah. Ia sama sek
panas membakar seperti ini." balasnya. Well, sensasi panas di punggung m
. mem-memar k
ya tertarik ke atas mengulas senyum. "Aku
ta membeliak. 'Apa maksud
ktu seolah berhenti ketika tanpa sengaja tatapan matanya be
kau sedang melakukan aktivitas," imbuhnya seraya menerbitkan seny
but dari Hazel. Dia juga sosok yang penyayang lagi penyabar. Putra seorang yang sangat sederhana kendati
bergetar. Darahnya berdesir ambigu dengan membawa dopamin menuju o
eh
akan getaran yang cukup ia ketahui apa artinya. Gadis itu buru-buru me
eaksi alami karena keterkejutanku,' batin Sora merutuki jantun
lah, kau boleh memb
utra Rajendra. Selain alim, tampan, baik, ramah,
r ju
inta pendapatnya peri
tu nurse station. Namun, belum sampai kaki jenjang itu menjajaki ambang pintu, Putra merasakan lengan s
i, apakah saya boleh meminta
tatapan itu. Please, jangan tanya,
meledak karena sak
*
itu cukup sepi, setidaknya mereka tidak berduaan. Suasana di antara residen dan perawat itu tidak terlalu canggung
mendengar perawat cantik itu menceritakan
perasi pada hari itu," keluhnya dengan kepala menunduk. Sedang jemarinya memilin ujung kerudung dengan perasaan campur aduk. "Sejujurnya ... andai saya diizinkan egois, saya
mendengar penuturan terakhir Sora. Ah, apa
di? Sebentar lagi wanita di depanku ini akan me
saya seolah berhenti berputar. Semuanya tampak gelap, dan saya terjebak di dalam kegelapan itu," lanjutnya dli ya?" celetuk Putra ta
kepala, melempar tatapan be
sama. Apa pun profesiku, entah itu supir bus, supir angkot, atau kuli bangunan. Sesibuk apa pun aku atau sejarang apa pun aku bertemu denganmu ... aku
chle
nar tak bisa
ra memastikan. Dan Sora langsung mengkonfirmasi jawaban
eh dibantah. Apalagi sebentar lagi kau akan menjadi istrinya bukan?" imb
Tidak tahu harus membe
kan ke telinga Sora. "Kalau ucapanku membuatmu ters
mimik wajah Sora yang cukup signifikan. Dari yang semula muram
Namun, ia mengentikan langkah di samping Sora. Melirik penuh akan rasa simpati pada gadis malang yang tengah
i api cinta yang berkobar di dalam bola mata Sora.
erintah suamimu. Kau pasti mengerti maksud dari ucapanku ini kan?" tuturnya sangat lembut dan lirih. Putra men
mereka sampai sembuh. Kau fokuslah pada pernikahanmu, hmm? Sekarang kembalilah ke nurse station dan istira
m di sana. Saat menyadari langkah Putra yang kian menjauh, barulah ia berani mengangkat kepala, lalu menoleh ke
tas kebingunganku." Gadis perawat itu tersenyum sendu sembari menyeka air di pelupu
*
Sora langsung mengirimkan jawabannya pada Hazel melalui aplikasi chatting. Dalam ruang c
Ha
rat resign-ku. Do'a kan ya,
dua di samping ketikan masih berwarna abu-a
uambil ini berasal dari
ngkin ke arah matahari yang mulai
*
u di kediama
h. Itu pun karena ia mendengar g
emaja berbalutkan seragam putih abu-abu dengan ke
AAK
terbuka selebar-lebarnya, menampakkan biner hitam yang berkilat jengkel. Disibaknya selimut teba
etika terhuyung ke depan dan jidatnya
Udah kayak batu gunung!" semb
am dengan w
sana!" usir Hera sambil mengibas-ngibaskan tangan layaknya mengusir ayam.
ngannya ini. Namun, ketika Hera hendak berbalik badan tangan Hazel
n kebawelan dewi Hera-ku ini," seru
pernah hampir meregang nyawa karena penyakit kardiomiopati restriktif. Beruntung ART yang bekerja di rumah orang tua
mbuh setelah menjalani perwa
a Hera. Tapi, bukannya menurut Hazel malah mempere
adik yang kurang
KU DI MANA?! AAAAA
ak m
COM KAK HAZEL K
hahaa
anjutkan langkah ke kamar mandi, Hazel menyempatkan diri untuk memeriksa ponselnya. Dan saat itulah ia mendapati
ll
rat resign-ku. Do'a kan ya,
sudut bibir Hazel berkedut, dan di detik berik
ng aku tinggal menjalankan langkah kedua. Ya